siapakah Pierre Boudieu?
Pierre Felix Bourdieu adalah seorang ahli filsuf perancis yang memegang kedudukan prestisius dalam sosiologi di college de france (Jenkins, 1992). Dia dilahirkan di kota selatan perancis pada 01 Agustus 1930 dan meninggal pada 23 Januari 2002. Hasil pemikirannya yang dikenal yaitu, Sosiologi Kritis (Critical Sociology) atau Strukturalisme Genetik (Genetic Structuralism). Hasil pemikirannya ini banyak dipengaruhi oleh beberapa tokoh yaitu, Wittgenstein, Marleau-Ponty, Husserl, Karl Marx, Weber, Durkheim dan Levi-Strauss. Karyanya yang terkenal ialah Distinction dan A Social Critique of The Judgement of Taste. Pemikirannya dekat dengan kehidupan sehari-hari meskipun istilah yang digunakan kritis dan asing sehingga mudah dipahami.
Apa saja pemikirannya ?
Pemikirannya mengenai praksis sosial merupakan gabungan dari hasil dialektika antara internalisasi eksterior dan eksternalisasi interior. Internalisasi eksterior adalah segala sesuatu yang dialami dan diamati dari luar perilaku sosial. Aspek eksterior ini berasal dari arena (struktur obyektif yang ada di luar diri perilaku sosial). Sedangkan eksternalisasi interior adalah pengungkapan segala sesuatu yang sudah terinternalisasi dan menjadi bagian dari diri perilaku sosial. Aspek interior ini dibentuk oleh habitus yang membentuk dunia dalam (kita menyerap dari luar lalu kita ekspresikan keluar). Dialetika ini ditentukan oleh kapital atau modal. Perilaku sosial dalam praksis ini memiliki habitus yang terjadi ketika hidup dalam arena.
Habitus merupakan nilai-nilai sosial, mode atau gaya, serta ekspresi yang dihayati manusia dan tercipta melalui proses sosialisasi yang berlangsung lama, sehingga mengendap menjadi cara berpikir dan pola perilaku yang menetap dalam diri manusia. Selain, mempengaruhi pola perilaku dan cara berpikir, habitus juga berpengaruh dalam tubuh fisik seseorang yang sudah kuat tertanam dan mengendap menjadi perilaku fisik yang disebut sebagai Hexis.
Tidak hanya habitus yang dibutuhkan seseorang, namun Kapital juga diperlukan untuk membentuk habitus. Kapital merupakan suatu modal yang memungkinkan seseorang untuk mendapatkan berbagai kesempatan di dalam hidup. Beberapa jenis kapital yang diketahui antara lain, kapital intelektual (pendidikan), kapital ekonomi (uang), kapital budaya (latar belakang dan jaringan) serta kapital simbolik (merk hp, mobil, gelar, dll). Jika seseorang memiliki habitus yang tepat dalam hidupnya, maka dia bisa memperoleh kapital. Contohnya, ketika seseorang memiliki kapital intelektual (pendidikan), dia bisa memperoleh kapital ekonomi (uang) dari bekerja sebagai pendidik.
Kemudian terdapat ruang khusus yang ada di dalam masyarakat yaitu arena. Berbagai arena yang ada seperti, arena pendidikan, arena bisnis, arena seniman, serta arena politik. Seseorang diperlukan mempunyai habitus dan kapital yang tepat agar berhasil dalam suatu arena. Contohnya, jika seseorang ingin berhasil dalam arena bisnis, maka ia harus memiliki habitus yang tepat (ulet bekerja dan hemat) serta kapital bisnis (uang sebagai modal usaha) agar mempermudah mencapai keberhasilan bisnisnya. Jika seseorang memiliki habitus dan kapital seorang pendidik dan terjun ke arena bisnis, maka kemungkinan tidak akan berhasil atau gagal.
Selanjutnya dominasi simbolik adalah suatu penindasan yang dilakukan dengan menggunakan simbol-simbol. Tindakan ini tidak dapat dikatakan sebagai penindasan, melainkan sebagai sesuatu yang secara wajar perlu dilakukan. Artinya, penindasan tersebut dilakukan karena persetujuan dari pihak yang ditindas. Contohnya, seperti seorang istri yang tidak dapat membela diri karena perlakuan kasar suaminya, karena secara tidak sadar dia menerima statusnya sebagai yang tertindas oleh suaminya. Puncak dari dominasi simbolik disebut doxa yang merupakan pandangan penguasa dianggap sebagai pandangan seluruh masyarakat. doxa menunjukkan bagaimana penguasa meraih, mempertahankan, serta mengembangkan kekuasaannya dengan mempermainkan simbol yang berhasil memasuki pikirannya sehingga mereka kehilangan sikap kritisnya kepada penguasa. Di dalam dominasi simbolik terdapat bahasa. Bahasa bukanlah alat komunikasi yang bersifat netral tanpa kepentingan. Tata bahasa yang digunakan seseorang menjadi cerminan kelas sosial ekonominya dalam masyarakat. Misalnya, Bahasa Ilmiah, Bahasa Formal, Bahasa Sufi, serta Bahasa Filosof, dll.
Menurut Bourdieu, pendidikan merupakan suatu proses penciptaan ulang dominasi sosial yang sudah ada sebelumnya. Pendidikan menutup jalannya orang-orang yang tidak memiliki habitus maupun kapital sebagai seorang pembelajar. Orang-orang tersebut ialah umumnya kelas ekonomi bawah yang sebelumnya tidak memiliki habitus maupun kapital untuk belajar secara akademik. Di dalam pendidikan terdapat pengajaran moral. Di dalam pengajaran moral yang baik bukan melalui perintah dan larangan, namun bisa melalui sastra. Dalam karya sastra orang bebas memilih tokoh apa yang disukainya. Tokoh tersebut memiliki kualitas kepribadian yang khas sehingga disukai orang. Yang terpenting bukanlah apa yang diceramahkan, melainkan kenyataan yang dapat dilihat dalam perilaku sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H