Mohon tunggu...
Salsabila Melani
Salsabila Melani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswi MTsN Padang Panjang

Pelajar MTsN Padang Panjang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Hidup Ana

1 Januari 2023   21:48 Diperbarui: 2 Januari 2023   08:40 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

     "Oeee... Oeee.. ". Suara bayi yang baru saja terlahir ke dunia ini. Bayi yang dilahirkan secara normal setelah 9 bulan 10 hari dinantikan. Bayi ini terlahir sehat, cantik, dan sempurna. 

     Merupakan suatu anugrah dan karunia yang berarti dalam hidupnya. Sepasang suami istri yang baru menikah pada awal tahun kemarin, kini mereka akan menjadi orangtua. Tujuh hari setelah kelahiran, mereka melakukan aqiqah untuk anaknya dengan dua ekor kambing. Kemudian mereka memberi nama anaknya Ana. 

     Ana dirawat dan dijaga dengan baik oleh kedua orang tuanya. Ana sangat disayang dan dimanjakan orang tuanya. Apapun yang Ana minta langsung dibelikan.  Hal itu terlihat dari wajah ceria dan gelak tawa Ana tiap harinya. 

     Hal yang tidak diingankan terjadi. Gempa mengguncang tempat tinggal Ana. Yang mana saat itu Ana masih berusia 1 tahun 4 bulan. Gempa yang terjadi di Sumatera Barat pada tahun 2009 itu berpusat sekitar 50 Km barat laut Kota Padang dengan kekuatan 7,6 SR. 

     Saat gempa terjadi, orang tua Ana berada di teras rumah. Dan Ana sedang tidur nyenyak di dalam kamar. Sontak saja orang tua Ana langsung berlari ke kamar. Sesampainya di dalam kamar orang tua Ana mendapati Ana tertimpa papan. Ayah Ana langsung mengangkat papan dan membawa Ana ke luar rumah. 

     Gempa yang terjadi membuat Ana kecil dan orang tuanya pindah ke kampung halaman. Di kampung halaman, Ana hanya bermain dengan boneka barbie kesayangannya. Ayah dan bundanya sibuk memindahkan barang dari rumah ke kampung halaman. Ayah Ana juga harus bolak balik kesana kemari untuk mendapatkan usaha baru. 

     Setelah beberapa hari tinggal di kampung, akhirnya orang tua Ana mendapatkan tempat tinggal dan juga usaha baru yang cocok. Ana kecil pindah ke Kota Pariaman.  Pindah ke tempat baru membuat Ana harus beradaptasi dengan lingkungan yang masih terasa asing itu. Tapi itu bukan masalah yang besar bagi Ana. Dalam kurun waktu yang singkat, Ana mendapatkan banyak teman. 

     Di setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Pindah ke Kota Pariaman membuat usaha orang tua Ana berjalan lebih baik daripada sebelumnya. Masyarakat disana sangat ramah dan baik hati. Mereka juga mempunyai jiwa sosial yang sangat tinggi. Kota Pariaman menjadi saksi bisu tumbuh kembang Ana. Ana tumbuh menjadi anak yang baik dan shalehah. Ia belajar agama sejak dini. Selain shalat wajib,  shalat sunnah pun juga tak lupa dikerjakannya. 

     Saat usia Ana mencapai 5 tahun, Ana disekolahkan di Taman Kanak-Kanak (TK) Bakti. Setelah setahun Ana bersekolah di TK Bakti, Ana melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar. Ana tidak diterima di sekolah yang diinginkannya. Karena usia Ana tidak mencukupi saat itu. 

     Akhirnya Ana diterima di SDN 20. Di SDN 20 Ana bersahabat dengan Siska. Mereka bagai api dengan asap. Ana dan Siska tidak dapat dipisahkan. Mereka melewati suka duka persahabatannya bersama-sama. Bersenda gurau dan tertawa bersama. Tidak ada ego di antara mereka. 

     Pernah suatu hari Nela dari kelas 5D ikut nimbrung bersama Ana dan Siska. Entah mengapa,  Siska berfeeling tak baik terhadap Nela yang berusaha untuk dekat dengan mereka. Siska rasa Nela ingin memanfaatkan Ana. 

     "Ana, kok perasaan aku nggak enak ya terhadap Nela", ujar Siska. "Nggak baik gimana, Sis? ", tanya Ana. "Kayaknya Nela mau manfaatin kamu doang karna kamu baik", jawab Siska. "Ingat, nggak boleh suudzon Sis", sahut Ana. "Iya Ana.. ",sahut Siska balik. 

     Seminggu kemudian feeling Siska terhadap Nela terbukti. Ternyata Nela hanya mau memanfaatkan Ana saja. Hal itu terbukti ketika Ana ke perpustakaan dan mendengar Nela berbicara dengan gengnya. 

     Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Selama enam tahun menjadi sahabat yang tak dapat terpisahkan. Kini, Ana dan Siska harus berpisah demi melanjutkan pendidikan mereka masing-masing. Mau tak mau mereka harus saling merelakan. 

     Ana melanjutkan sekolah di MTsN PaPa. Dan Siska melanjutkan sekolah di Bogor. Jarak memisahkan persahabatan mereka. Meski demikian, mereka tak pernah miss komunikasi. Sekarang, Ana dan Siska duduk di bangku tingkatan akhir SLTP. Tak terasa mereka sudah mau masuk jenjang sekolah SLTA. 

     Rencananya kedua sahabat ini mau melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Sumatera Barat (SMANSSU). Alasan mereka memilih SMANSSU ialah untuk mempermudah masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selain itu mereka juga ingin menjadi penghafal 30 juz Al-Qur'an. 

     Planning Ana untuk usia menikah,  disaat dirinya sudah siap dan sudah membahagiakan kedua orang tuanya. Ana berharap dirinya meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Di samping harapan ini, ia mempersiapkan bekal dirinya dengan lebih memperbanyak amal baiknya. 

     

     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun