Mohon tunggu...
Melani Harriman
Melani Harriman Mohon Tunggu... Pengajar -

1. Seorang pelajar S3, senang berbagi pengetahuan soal mengelola perusahaan demi kemakmuran organisasi dan stakeholder. Juga senang berbagi soal hidup sehat bahagia dan sejahtera. 2. Seorang guru yoga, bersertifikasi dari lembaga internasional Sivananda Institute

Selanjutnya

Tutup

Money

BPD, Manajemen Nilai, dan Regional Champion

27 Agustus 2015   11:53 Diperbarui: 27 Agustus 2015   11:53 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Pernah dimuat pada Selasa, 19 April 2011 | Investor Daily

Memicu Siklus Peningkatan Perekonomian Daerah

Ada alat yang pas dan praktis untuk memajukan perekonomian daerah dengan mewujudkan bank pembangunan daerah (BPD) sebagai regional champion. Value based management (VBM) adalah alat itu. Pertama VBM membantu BPD untuk mengidentifikasi bidang usaha unggulan maupun perusahaan unggulan yang memerlukan dukungan pendanaan dari BPD. Kedua, dengan VBM, BPD memastikan bahwa BPD cukup fit untuk menarik investor ekuitas ke bank untuk menjamin pasok dana untuk pertumbuhan usaha.

Tambahan ekuitas perlu dilakukan BPD untuk manajemen risiko maupun untuk memenuhi CAR minimum. Bila kesempatan perluasan kredit sedemikian besar didukung perkembangan ekonomi daerah, dana cadangan dari dalam maupun dari pemegang saham yang ada tak akan memadai untuk memfasilitasi pertumbuhan. Sebagai akibat BPD akan terkekang kemampuan tumbuhnya bila tidak bersiap dari awal untuk menjadi fit untuk bertanding di bursa. VBM sebagai suatu sistem manajemen berfokus kepada pertumbuhan nilai perusahaan sejalan dengan imbal hasil yang memadai bagi investor yang ikut menanggung risiko usaha BPD.

Dengan VBM BPD dapat memeriksa apakah BPD itu cukup mampu bersaing dalam menumbuhkan nilai perusahaan sebaik yang diinginkan oleh pasar. Kemampuan bersaing ini diukur dengan dasar informasi yang objektif dari pasar modal dari perusahaan-perusahaan sejenis. Bila ternyata belum cukup memadai untuk bersaing merebut minat investor, masih ada waktu untuk berbenah di dalam.

Kapasitas kredit yang bertambah dari tambahan modal memungkinkan BUMD menyalurkan lebih banyak kredit kepada usahawan di daerahnya sembari memberikan bimbingan dari segi pengetahuan keuangan dengan VBM. Penerapan VBM dalam manajemen keuangan untuk membuat rencana permodalan selama usaha tumbuh membuat usahawan daerah lebih mampu mengembangkan bisnisnya.

Usahawan daerah yang maju meningkatkan pendapatan daerah dan menyerap tenaga kerja. Berkembangnya usaha-usaha yang sukses di daerah menyediakan lapangan kerja baru tanpa harus memadati ibu kota. Tenaga kerja dengan pendapatan memadai meningkatkan belanja perorangan yang meningkatkan permintaan akan barang dan jasa setempat.

Peningkatkan pendapatan daerah memungkinkan daerah menyediakan fasilitas infrastruktur dan sosial yang mendorong pertumbuhan pada tingkat yang lebih tinggi lagi. Peningkatan pendapatan perusahaan menyumbang kepada pendapatan asli daerah (PAD) melalui pajak daerah. PAD ini menyediakan dana bagi pembangunan fasilitas sosial maupun infrastruktur oleh pemerintah daerah. Fasilitas yang prima membantu perkembangan usaha daerah.

Siklus tersebut membuat semakin besarnya pasar yang tersedia untuk BPD dan menimbulkan pertumbuhan berkelanjutan.

Siklus peningkatan perekonomian daerah ini akan kembali mengembangkan pasar bagi jasa BPD. BPD yang merupakan niche player karena pengetahuan akan nasabah dan potensi daerahnya mendapatkan pasar yang terus berkembang dan makmur secara berkelanjutan.

Membuka Peluang Bagi Perusahaan Daerah

Modal dan pembinaan manajemen berdasarkan VBM mendorong daya saing perusahaan di daerah menjadi perusahaan yang unggul bersaing dengan fokus pengambilan keputusan yang lengkap, terukur dan jelas sejak awal didirikan dan dibina. Mengapa demikian? VBM merupakan sistem manajemen yang lengkap. Bila pada umumnya pengusaha sudah puas bila usahanya laba, dengan VBM pengusaha dilatih untuk memeriksa juga berapa modal yang digunakan untuk mendapatkan laba itu dan seberapa besar risikonya. Tiga faktor utama dalam usaha: laba, modal dan risiko inilah yang membuat pertimbangan bisnis lengkap dan menjamin sukses dalam meningkatkan nilai perusahaan, tanpa kecuali bagi usaha menengah kecil dan mikro (UMKM).

Pada saatnya UMKM perlu menarik investor baru saat modal tambahan diperlukan sejalan dengan perkembangan usaha, UMKM tak lagi canggung untuk berfikir dengan sudut pandang investor. Karena cara pandang investor inilah UMKM melihat dengan lengkap paparan persaingan maupun kesempatan usaha secara lengkap, kesiapan mana merupakan sikap usaha yang perlu untuk berkembang.

Bagaimana VBM memastikan tercapainya tujuan BPD sebagai regional champion sebelum 2014 tersaji dalam gambar berikut.

 

Bagaimana VBM memicu perkembangan ekonomi?

VBM memberikan ukuran pada dashboard bisnis dengan jelas dan lengkap bagi alokasi dana bank maupun perusahaan non bank. Bila ukuran keuangan tradisional menekankan pada pertumbuhan pangsa pasar maupun laba tanpa mempertimbangkan berapa modal yang dipakai, VBM memasukkan unsur modal berikut beban penggunaan modal seperti halnya beban penggunaan tenaga kerja. Semakin besar risiko semakin besar beban penggunaan modal. Bila risiko tidak ditimbang secara spesifik dalam sistem informasi keuangan perusahaan, seringkali modal dianggap gratis setelah masuk ke dalam perusahaan, padahal untuk risiko usaha yang ditanggung ada biaya modal bukan?

Dalam dashboard VBM, laba saja tidak cukup, laba bukan tujuan akhir usaha. Imbal hasil yang memadai perlu untuk tiap investasi. Ketahui imbal hasil yang cukup untuk risiko serta bagaimana mengukurrnya dan menerapkannya dalam keputusan investasi dan operasional sehari-hari. Ketahui pula seberapa cepat usaha sejenis menumbuhkan modal yang ditanamkan.

Contoh Kasus

Sistem manajemen nilai usaha ini telah membawa badan usaha milik negara Singapura sebagai penggerak ekonomi negara kepada pemulihan yang cepat setelah krisis 2008. Riset Employment Performance, McKinsey Global Institute pada November 1994 yang dikuatkan dengan riset pada tahun 1997 atas 2700 perusahaan dari 20 negara menunjukkan bahwa negara yang banyak badan usahanya menerapkan VBM ekonominya berkembang pesat dan tingkat pemanfaatan tenaga kerjanya tinggi atau tingkat penganggurannya rendah. Demikian pula riset dari sekolah bisnis Ivey Kanada (Richard Ivey School of Business, The University of Western Ontario, Kanada) pada tahun 2007 menunjukkan bahwa pasar modal bertumbuh dengan baik ditopang oleh perusahaan-perusahaan yang menerapkan VBM.

Kedua hasil penelitian itu sekaligus membantah anggapan bahwa fokus perusahaan pada peningkatan nilai bagi pemegang saham bertentangan dengan kepentingan buruh dan pemangku kepentingan lain. Kenyataannya adalah fokus terhadap peningkatan nilai perusahaan dinikmati pula oleh karyawan dalam bentuk peningkatan pendapatan yang timbul dari peningkatan produktivitas dan perusahaan yang tumbuh memerlukan tambahan modal manusia. Lagipula VBM yang berwawasan adillah yang menjamin berlangsungnya kepercayaan karyawan pada perusahaan dan sikap adil ini menuntut pembagian keuntungan yang wajar dengan karyawan. Bukankah pertumbuhan perusahaan bukan urusan setahun belaka, dan untuk itu diperlukan loyalitas dan curahan kreativitas si human capital? Esensi VBM adalah senasib sepenanggungan antara pemilik modal uang dan pemilik modal manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun