Modal dan pembinaan manajemen berdasarkan VBM mendorong daya saing perusahaan di daerah menjadi perusahaan yang unggul bersaing dengan fokus pengambilan keputusan yang lengkap, terukur dan jelas sejak awal didirikan dan dibina. Mengapa demikian? VBM merupakan sistem manajemen yang lengkap. Bila pada umumnya pengusaha sudah puas bila usahanya laba, dengan VBM pengusaha dilatih untuk memeriksa juga berapa modal yang digunakan untuk mendapatkan laba itu dan seberapa besar risikonya. Tiga faktor utama dalam usaha: laba, modal dan risiko inilah yang membuat pertimbangan bisnis lengkap dan menjamin sukses dalam meningkatkan nilai perusahaan, tanpa kecuali bagi usaha menengah kecil dan mikro (UMKM).
Pada saatnya UMKM perlu menarik investor baru saat modal tambahan diperlukan sejalan dengan perkembangan usaha, UMKM tak lagi canggung untuk berfikir dengan sudut pandang investor. Karena cara pandang investor inilah UMKM melihat dengan lengkap paparan persaingan maupun kesempatan usaha secara lengkap, kesiapan mana merupakan sikap usaha yang perlu untuk berkembang.
Bagaimana VBM memastikan tercapainya tujuan BPD sebagai regional champion sebelum 2014 tersaji dalam gambar berikut.
Â
VBM memberikan ukuran pada dashboard bisnis dengan jelas dan lengkap bagi alokasi dana bank maupun perusahaan non bank. Bila ukuran keuangan tradisional menekankan pada pertumbuhan pangsa pasar maupun laba tanpa mempertimbangkan berapa modal yang dipakai, VBM memasukkan unsur modal berikut beban penggunaan modal seperti halnya beban penggunaan tenaga kerja. Semakin besar risiko semakin besar beban penggunaan modal. Bila risiko tidak ditimbang secara spesifik dalam sistem informasi keuangan perusahaan, seringkali modal dianggap gratis setelah masuk ke dalam perusahaan, padahal untuk risiko usaha yang ditanggung ada biaya modal bukan?
Dalam dashboard VBM, laba saja tidak cukup, laba bukan tujuan akhir usaha. Imbal hasil yang memadai perlu untuk tiap investasi. Ketahui imbal hasil yang cukup untuk risiko serta bagaimana mengukurrnya dan menerapkannya dalam keputusan investasi dan operasional sehari-hari. Ketahui pula seberapa cepat usaha sejenis menumbuhkan modal yang ditanamkan.
Contoh Kasus
Sistem manajemen nilai usaha ini telah membawa badan usaha milik negara Singapura sebagai penggerak ekonomi negara kepada pemulihan yang cepat setelah krisis 2008. Riset Employment Performance, McKinsey Global Institute pada November 1994 yang dikuatkan dengan riset pada tahun 1997 atas 2700 perusahaan dari 20 negara menunjukkan bahwa negara yang banyak badan usahanya menerapkan VBM ekonominya berkembang pesat dan tingkat pemanfaatan tenaga kerjanya tinggi atau tingkat penganggurannya rendah. Demikian pula riset dari sekolah bisnis Ivey Kanada (Richard Ivey School of Business, The University of Western Ontario, Kanada) pada tahun 2007 menunjukkan bahwa pasar modal bertumbuh dengan baik ditopang oleh perusahaan-perusahaan yang menerapkan VBM.
Kedua hasil penelitian itu sekaligus membantah anggapan bahwa fokus perusahaan pada peningkatan nilai bagi pemegang saham bertentangan dengan kepentingan buruh dan pemangku kepentingan lain. Kenyataannya adalah fokus terhadap peningkatan nilai perusahaan dinikmati pula oleh karyawan dalam bentuk peningkatan pendapatan yang timbul dari peningkatan produktivitas dan perusahaan yang tumbuh memerlukan tambahan modal manusia. Lagipula VBM yang berwawasan adillah yang menjamin berlangsungnya kepercayaan karyawan pada perusahaan dan sikap adil ini menuntut pembagian keuntungan yang wajar dengan karyawan. Bukankah pertumbuhan perusahaan bukan urusan setahun belaka, dan untuk itu diperlukan loyalitas dan curahan kreativitas si human capital? Esensi VBM adalah senasib sepenanggungan antara pemilik modal uang dan pemilik modal manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H