Kalau jalan-jalan ke Semarang tidak komplit jika belum mengunjungi Kampung Batik Semarang. Destinasi wisata yang satu ini berlokasi di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang tidak jauh dari Kota Lama yang memiliki daya tarik wisata edukasi sejarah dan pembuatan batik.Â
Batik merupakan warisan budaya bagi bangsa Indonesia sebagai sebuah hasil karya yang bernilai seni tinggi yang diakui oleh UNESCO. Motif batik sendiri di setiap daerah memiliki corak yang berbeda-beda, seperti di Semarang ada motif Blekok Srondol, Tugu Muda, Asam Arang, Warak Ngendog, Lawang Sewu, dan Chenh Ho Neng Klenteng.
Konon katanya Kampung Batik ini sudah ada sejak zaman pemerintahan Belanda sebagai salah satu sumber ekonomi masyarakat setempat. Namun sayangnya pada saat penjajahan Jepang, Kampung Batik ini dibakar dan dihancurkan oleh Jepang saat peristiwa pertempuran lima hari di Semarang.Â
Setelah kejadian tersebut kegiatan membatik di kampung tersebut terhenti dan tidak berproduksi lagi karena seluruh peralatan membatik habis terbakar.Â
Seiring perkembangan waktu, kampung tersebut mulai padat ditinggali oleh masyarakat sehingga menjadi tidak beraturan. Bahkan Kampung Batik tersebut dikenal sebagai kawasan kumuh dan tempat sarang penyamun karena tingginya tingkat kemiskinan di sana.
Hingga akhirnya sekitar tahun 2006 Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang membuat program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program Kampung Tematik.Â
Program ini berusaha menonjolkan potensi suatu wilayah berbasis kearifan lokal melalui pemberdayaan masyarakat, seperti menghidupkan kembali kerajinan dan budaya batik di Kampung Batik Semarang.Â
Pemberdayaan ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi tingkat kemiskinan di Kota Semarang, khususnya warga Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang.Â
Oleh karena itu, Pemkot Semarang tidak hanya melakukan pembangunan infrastruktur saja di kampung ini melainkan juga melakukan pemberdayaan masyarakat khususnya di bidang pariwisata agar meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Tentu saja pemberdayaan masyarakat tidak akan berhasil tanpa partisipasi aktif dari masyarakat itu sendiri. Beruntungnya Pemkot Semarang didukung oleh warga setempat hingga saat ini citra Kampung Batik Semarang yang tadinya negatif mulai ke arah positif bahkan hingga dikenal oleh wisatawan mancanegara.