Menurut pandangan Psikolog Samantha Ananta, M.Psi yang dilansir dari artikel AkuratHealth, beliau mengatakanbahwa self-love merupakan suatu bentuk penghargaan pada diri sendiri sebagai upaya menunjukkan kepedulian terhadap kondisi fisik, psikologis, dan spiritual.
Kemudian dilanjutkan dengan Sarah-Len, pendiri organisasi dan direktur program dari Institut Kesehatan dan Kebugaran Emosional Global, mengatakan bahwa, “Self-love is an umbrella term for different acts of love we perform toward ourselves physically and non-physically.”
Artinya, self-love ialah istilah umum untuk berbagai tindakan cinta yang kita lakukan terhadap diri kita sendiri secara fisik dan non-fisik.
Selanjutnya, menurut Psikiater Andreas Kurniawan, dia membeberkan definisi dari self-love, yaitu "ketika kita mencintai sesorang, biasanya karena dia memiliki hal positif yang kita sukai dan hal negatif yang bisa kita terima.
Dalam self-love, bayangkan orang itu adalah kamu sendiri, apakah kamu akan melakukan hal yang sama?” (17 Maret 2020, Republika.co.id).
Berlandaskan beberapa definisi self-love menurut para ahli, kita bisa menarik sebuah definisi, bahwa self-love adalah mengasihi dan menghargai diri secara utuh dan sadar akan segala kekuatan, kelebihan, dan kekurangan dalam diri.
Singkatnya, self-love ini lebih condong ke arah berdamai dengan diri sendiri.
Mengapa demikian?
Karena kita harus berdamai dengan diri kita, terutama pikiran dan perasaan. Sebuah kegelisahan, stres, depresi, sedih, dan lain-lain lahir dari pikiran kita sendiri.
Contohnya kata insecure saat ini sudah menjadi hal yang biasa di kalangan remaja.
Banyak yang merasa insecure terhadap dirinya sendiri yang biasanya dikarenakan kekurangan pada fisiknya, itu semua disebabkan oleh pikiran dan pola pikirnya sendiri.