Mohon tunggu...
Melani Kurnia Riswati
Melani Kurnia Riswati Mohon Tunggu... Penulis - Humas Ahli Muda Badan Riset dan Inovasi Nasional-BRIN

Menyenangi kegiatan alam bebas, membaca dan menulis. Edukator dan pendamping komunitas lingkungan. Saat ini bertugas sebagai Humas Ahli Muda BRIN.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Biodiversitas Kawasan Perkotaan, Kenapa Perlu Lestari?

31 Oktober 2023   15:45 Diperbarui: 1 November 2023   09:15 1499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan talkshow. Foto dokumentasi: Nizar

Tanpa kita sadari, keberadaan vegetasi di kawasan urban telah menyediakan jasa lingkungan dalam aspek kehidupan manusia. Imbas jasa lingkungan akan terasa bila ekosistem kawasan urban juga cukup luas. 

Kemampuan filtering tanaman dalam menyaring polusi udara ataupun suara, regulasi iklim mikro, meredam panas serta mereduksi gas-gas polutan jadi semakin banyak. 

Selain itu, sebagai komponen biotik ekosistem perkotaan, tumbuhan telah berguna sebagai tumbuhan peneduh dan penyedia pakan bagi hewan-hewan seperti burung, kelelawar dan serangga. 

Salah satu jasa lingkungan yang diperoleh dari keberadaan satwa liar yakni sebagai pollinator (penyerbuk). Peran penting inilah yang menjadi alasan mempertahankan ekosistem dan keanekaragaman hayati.

Hal tersebut diungkap salah satu narasumber Dr. Nurul Winarni, periset yang juga dosen dari Universitas Indonesia. Dalam sebuah talkshow bertajuk "Urban Biodiversity: Education, Research and Implementation". Kegiatan tersebut diselenggarakan Himpunan Biologi Helianthus-Universitas Pakuan Bogor pada Sabtu 28 Oktober 2023.

Kegiatan talkshow. Foto dokumentasi: Nizar
Kegiatan talkshow. Foto dokumentasi: Nizar

Dra. Triastinurmiatiningsih, M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi-Unpak menjelaskan kegiatan talkshow ini menjadi kegiatan puncak dari rangkaian Biology Festival. Sebuah agenda rutin tahunan Himpunan Mahasiswa Biologi Helianthus sebagai sarana dalam meningkatkan pengetahuan dan menuangkan ide-ide kreatif, inovatif di bidang biologi yang berorientasi entrepreneurship.

Beragam foto flora dan fauna serta hasil riset yang ditampilkan dalam eksibisi. Foto dokumentasi: Nizar
Beragam foto flora dan fauna serta hasil riset yang ditampilkan dalam eksibisi. Foto dokumentasi: Nizar

"Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, berbagai pelatihan dan perlombaan telah digelar dan diikuti oleh siswa SMA. Eksibisi hasil riset dari mahasiswa dan dosen juga turut ditampilkan. Selain itu, beragam penganan tradisional serta kerajinan berbasis keanekaragaman hayati turut memeriahkan acara Biofest ini". Tutur Trias.

Trias menambahkan bahwa biodiversitas menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan kita. Sehingga kita perlu menjaga, memanfaatkan secara bijak dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, tema Urban Biodiversity menjadi topik dalam talkshow ini sebagai pengugah kesadaran akan pentingnya biodiversitas di sekitar kita untuk kehidupan.

Foto bersama (panitia, narasumber dan dosen) jelang acara. Foto dokumentasi: Nizar
Foto bersama (panitia, narasumber dan dosen) jelang acara. Foto dokumentasi: Nizar

 Kota Hijau Sebagai Solusi

Kota dengan segudang permasalahannya, telah banyak diwacanakan. Tak hanya diskursus, aksi nyata dalam upaya meningkatkan kualitas kota pun kerap dilakukan. Namun tetap saja tak dapat membendung arus pembangunan yang begitu cepat.

Dalam perkembangannya, kawasan kota sangat dipengaruhi kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Berbagai kebutuhan ruang tentunya sangat diperlukan dalam mengalokasikan kebutuhan mereka.

Kawasan perkotaan memang memiliki magnet tersendiri. Derap pengembangan kota yang dinamis ditunjang berbagai fasilitas yang lengkap, menumbuhkan harapan bagi banyak orang untuk hidup lebih baik. Urbanisasi pun tak dapat dicegah. Kota yang identik dengan pusat berbagai aktivitas manusia, menciptakan aliran investasi dalam perkembangannya. Hal ini menjadikan kota bertransformasi, menjelma menjadi berbagai bentuk seperti kawasan industri, pariwisata, perdagangan dan pendidikan.

Arus urbanisasi tak hanya meningkatkan angka jumlah penduduk, namun kebutuhan atas lahan pastinya tak terhindarkan. Hal ini tentu membawa implikasi. Persoalan lingkungan kerap muncul seiring peningkatan jumlah penduduk. Tuntutan akan kebutuhan perumahan dan fasilitas lainnya telah menggeser dan merubah tata guna lahan.

Daya dukung kota pun semakin menurun. Polusi udara, pencemaran air, masalah sampah dan berbagai permasalahan klasik kota kerap menjadi persoalan yang harus cepat tertanggulangi. Karena kebutuhan warga kota untuk dapat hidup sehat, nyaman dan sejahtera harus terpenuhi.

Berbagai upaya terus dilakukan. Terutama membangun kesadaran warga kota akan pentingnya lingkungan sehat. Sebagai solusi, konsep kota hijau yang telah menjadi slogan masyarakat dunia pun lalu di adopsi. Paradigma pembangunan kota pun mulai menyelipkan solusi akan persoalan lingkungan. Kini banyak kota telah menerapkan konsep kota hijau dalam kegiatan pembangunan kota.

Mewujudkan Kota Ekologis

Sudah harus disadari bahwa kota tak hanya di huni masyarakat, gedung menjulang, jalan dan bangunan lainnya, namun juga terdapat habitat alami. Berbagai isu strategis dalam pembangunan perkotaan perlu memperhatikan kondisi eksisting sebagai baseline perencanaan. Hal ini berguna dalam mengurai permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi.

Pembangunan kota berwawasan lingkungan memerlukan dukungan semua pihak. Partisipasi aktif dalam menciptakan kota yang sehat dan nyaman menjadi tanggung jawab bersama. Konsep pembangunan yang baik, tentunya akan meningkatkan kualitas hidup yang baik pula bagi penghuninya.

Untuk mewujudkan kota cerdas, sehat dan berwawasan lingkungan tentu membutuhkan komitmen kuat, terutama keberlanjutan dalam pembangunannya. Pemerintah sebagai penanggung jawab dari pembangunan kota harus memastikan kehidupan yang baik bagi warganya.

Sayangnya, kesadaran yang masih kurang dan sistem utilitas yang buruk menambah daftar panjang permasalahan. Kondisi lingkungan perkotaan yang sarat dengan berbagai problem seperti polusi udara, pencemaran air, perubahan iklim, sampah, urbanisasi dan lainnya menuntut upaya preventif agar daya dukung lingkungan masih dapat mendukung perikehidupan manusia.

Dalam perspektif lanskap, kawasan urban dimaknai sebagai sebuah bentang alam yang kompleks, bersifat dinamis karena selalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat mengarah pada peningkatan kualitas (kemampuannya sebagai daya dukung lingkungan) atau mengarah pada kerusakan, tergantung manusia yang membentuknya.

Banyak faktor yang mempengaruhi lanskap urban, terutama interaksi antara manusia dengan lingkungan sekitarnya juga kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat.

Sistem ekologi dalam kawasan urban tersusun dari elemen buatan ataupun alami (walaupun tidak sepenuhnya alami karena masih ada campur tangan manusia. Elemen alami perkotaan dapat berupa hutan kota, sungai danau dan wilayah pertanian. Sedangkan elemen buatan seperti taman kota, vertical garden, pohon-pohon yang tumbuh sebagai koridor hijau.

Adanya koridor hijau dalam kawasan perkotaan sangat penting. Tak hanya menyediakan keindahan, namun keberadaannya telah berfungsi mengurangi urban heat island effect. Sebuah fenomena yang khas pada kawasan urban, suhu permukaan lebih tinggi daripada daerah rural di sekitarnya.

Keberadaan area hijau dalam kota dalam menunjang berbagai fungsi dan aktivitas warga kota. Foto dokumentasi: Tatang Rohana
Keberadaan area hijau dalam kota dalam menunjang berbagai fungsi dan aktivitas warga kota. Foto dokumentasi: Tatang Rohana

Penataan Kota dan Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati Perkotaan

Hutan kota yang merupakan kawasan yang banyak ditumbuhi pepohonan diciptakan dengan tujuan bagi kelestarian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang didalamnya meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya.

Tak dapat dipungkiri bila keberadaan hutan kota telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan perkotaan. Sebagai area terbuka yang banyak ditumbuhi pepohonan, tentunya telah memberi banyak guna. Fungsi proteksi, estetika, rekreasi dan edukasi telah banyak dirasakan. 

Secara ekologis, keberadaan hutan kota bahkan telah menjadi habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan karena membentuk ekosistem tersendiri. Keberadaan biodiversitas secara ekologis sangat bermanfaat dalam upaya pelestarian, menciptakan keseimbbangan dan keserasian lingkungan fisik kota.

Pedoman Penyediaan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perkotaan tertuang dalam Peraturan Kementerian Pekerjaan Umum No.8 tahun 2005 yang mewajibkan setiap kota menyediakan minimal 30 % dari total wilayah kota yang terdiri dari 20 % RTH publik dan 10 % RTH privat. 

Penetapan target tersebut juga diperkuat dalam UU No.26/2007 tentang penataan ruang. Dalam memenuhi amanat tersebut berbagai upaya perbaikan dan penyempurnaan tata ruang wilayah (RTRW) terus dilakukan berbagai kota di Indonesia.

Sebagai elemen kota, ruang terbuka hijau (RTH) telah berperan bagi keseimbangan dan daya dukung lingkungan. Adanya RTH telah menunjang keberlangsungan ekosistem perkotaan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.

Dalam paparannya, Setiawati, S.Hut, M.Si selaku Kepala Bidang Tata Lingkungan Dinas Lingkungan Kota Bogor menjabarkan bentuk perwujudan kota ekologis yang berfokus pada 8 atribut yakni: perencanaan dan perancangan ramah lingkungan, peningkatan kualitas dan kuantitas RTH, upaya zero waste melalui prinsip 3 R (mengurangi sampah/limbah, mengembangkan proses daur ulang dan meningkatkan nilai tambah, pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan, efisiensi pemanfaatan sumberdaya air, pengembangan sistem transfortasi berkelanjutan, bangunan hemat energi yang diperkuat dengan Perda Bangunan Gedung dan green community melalui kepekaan, kepedulian dan peran aktif masyarakat dalam pengembangan atribut-atribut kota hijau.

Dalam simpulannya, Wawa panggilan kesehariannya menggarisbawahi bahwa dalam upaya menuju perkotaan yang berkelanjutan dan seimbang, biodiversitas muncul sebagai elemen kunci pengembangan kota hijau. Memahami, melindungi, dan meningkatkan keanekaragaman hayati dalam lingkungan urban bukanlah pilihan, tetapi suatu keharusan. 

Menjaga ekosistem yang seimbang dan beragam, akan memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan, kesejahteraan manusia, serta keberlanjutan perkotaan. Dalam hal ini, kesinambungan manusia dan alam tidak lagi bertentangan, melainkan saling mendukung.

Menumbuhkan Biophilia Dalam Mendorong Partisipasi Masyarakat

Dalam terminologi Reis 2020, Biophilia (Bio=kehidupan; philia=cinta) dimaknai sebagai upaya mendekatkan manusia dengan lingkungannya. Kondisi yang diciptakan pada kawasan urban yang dapat mendukung kesehatan fisik dan mental.

Sebagai entitas sosial, eksistensi manusia tak lepas dari interaksinya dengan kehidupan di sekitarnya (tumbuhan, hewan dan mikroorganisme). Interaksi tersebut menjadi bagian yang tak terpisahkan. Keberadaan keanekaragaman hayati telah sangat berperan dalam memastikan kelangsungan hidup manusia.

Asumsi tersebut dapat terlihat dari ketergantungan manusia akan keberadaan makhluk hidup tersebut. Bayangkan manusia tanpa tumbuhan dan hewan, pastinya akan kesulitan mendapatkan makanan dan oksigen. Namun tanpa manusia, mereka masih dapat mempertahankan eksistensinya.

Dalam sebuah laporan Millenium Ecosystem Assesment 2005 disebutkan bahwa penurunan tingkat kualitas dan kuantitas ekosistem keanekaragaman hayati sebagai penyangga kehidupan. Bila mengacu pada komitmen Convention on Biological Diversity (CBD) mengenai penilaian status keanekaragaman hayati, kondisinya terus mengalami penurunan. Tambah diperparah lagi dengan kondisi pencemaran dan eksploitasi.

Kompleksitas berbagai permasalahan yang muncul, menumbuhkan keprihatinan sehingga memunculkan partisipasi yang bersifat mandiri. Berbagai pendekatan dalam upaya melestarikan alam dan keanekaragaman hayati terus dilakukan. Berbagai gerakan penyadaran kepada masyaraat terus digaungkan

Sebagai bagian dari fungsi ekosistem kota, keberadaan keanekaragaman hayati kawasan urban tak hanya dikaji oleh peneliti. Namun telah menarik banyak kelompok minat di masyarakat untuk melakukan observasi dan pendataan secara masif. 

Salah satu kegiatan yang dilakukan yakni pendataan jenis-jenis satwa liar kawasan kota yang di lakukan sekelompok anak muda kreatif.

Kegiatan pengamatan burung kota yang melibatkan partisipasi masyarakat umum. Foto dokumentasi: Ahmad Baihaqi
Kegiatan pengamatan burung kota yang melibatkan partisipasi masyarakat umum. Foto dokumentasi: Ahmad Baihaqi

Adalah Ahmad Baihaqi, M.Si dari Belantara Foundation bersama tim volunteer-nya secara konsisten melakukan pendekatan sains dalam mengungkap peran biodiversitas perkotaan. 

Selaku kader konservasi alam Jakarta, tak hanya menguak potensi keanekaragaman hayati ibu kota, namun kiprahnya telah menelurkan rekomendasi bagi Pemerintah Provinsi Jakarta dalam upaya perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati kota Jakarta.

Dalam rentang 2015-2023, 40 RTH dengan luasan 166,42 hektar telah berhasil diubeknya. Hasil temuannya berupa 7 jenis jamur makro, 42 jenis capung, 29 jenis kupu-kupu, 32 jenis herpetofauna, 9 jenis mamalia dan 130 jenis burung. 

Dari 130 jenis burung, 21 jenis diantaranya termasuk jenis burung yang dilindungi oleh Permen LHK No.106 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar Dilindungi.. Tak heran bila capaian tersebut telah terdokumentasi dalam berbagai publikasi ilmiah maupun populer.

Hal senada juga dilakukan Dr. Nurul Winarni. Secara perlahan namun pasti kegiatan citizen science mulai diperkenalkannya. Sebuah kegiatan kerja ilmiah yang dilakukan masyarakat secara menyenangkan dengan dampingan ilmuwan profesional atau lembaga ilmiah. Kecintaannya akan lingkungan alam, ditularkannya dengan merangkul minat masyarakat terutama dalam upaya monitoring keberadaan biodiversitas kawasan urban. 

Dalam kesibukannya mengajar dan penelitian, kegiatan dampingan serta pelatihan terhadap warga yang berminat terus dilakukannya. Kupukita.org menjadi platform dalam upayanya mengungkap data kupu-kupu di kawasan Jakarta. 

Melalui form yang disiapkan sederhana dan mudah diakses, masyarakat dapat berpartisipasi aktif. Pendekatan sederhana dalam mengenalkan sains pada warga, nyatanya mengundang respon dari kelas usia yang beragam. Dari feedback masyarakat yang diterima, ternyata banyak  siswa dari sekolah dasar yang turut berpartisipasi. 

Act Locally, Think Globally

Manusia sangat diharapkan dalam upaya menciptakan ekosistem perkotaan yang memiliki kualitas baik. Jasa lingkungan yang diberikan daerah urban berupa keanekaragaman hayati perkotaan dalam mendukung berbagai satwa terutama pollinator, salah satunya kupu-kupu.

Pemahaman yang baik dari masyarakat akan pentingnya kawasan urban, tentu akan membantu upaya konservasi biodiversitas kawasan urban.

Kegiatan edukasi sejak dini yang harus terus dilakukan. Foto dokumentasi: Melani Kurnia Riswati
Kegiatan edukasi sejak dini yang harus terus dilakukan. Foto dokumentasi: Melani Kurnia Riswati

Menukil catatan Adisasmita 2010, kunci keberhasilan dalam pengendalian lahan perkotaan terletak pada kesesuaian perencanaan dan penggunaan lahan perkotaan.

Bencana yang kerap menimpa sudah selayaknya menjadi perenungan dan menggugah kesadaran kritis. Bila krisis lingkungan tak menjadi perhatian bersama. Ancaman serius bagi penghuni bumi akan terus berlanjut. Apalagi perubahan yang sudah tak terkendali telah menjadi kecemasan global. Apa jadinya apabila bencana terus melanda dan alam raya tak lagi berpihak pada manusia? Pembangunan kota tak lagi menghancurkan fungsi-fungsi ekologi namun idealnya harus mengakomodir kepentingan ekologis.

Bumi yang dititipkan saat ini harus dapat menopang kehidupan saat ini dan generasi selanjutnya. Sudah menjadi kewajiban bersama untuk terus menjaga. Persoalan lingkungan yang terus mendera keseharian warga kota, menuntut aksi nyata. Gaung act locally, think globally semoga tak hanya sekedar slogan semu.

Komitmen harus terus direalisasikan dalam wujud gaya hidup positif masyarakat. Banyak hal sederhana yang dapat dilakukan seperti aktif dalam kegiatan lingkungan, meminimalisir sampah, mengurangi pencemaran, melakukan penanaman pohon dan membuat lubang-lubang resapan air. (MKR)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun