Sebagai negara tropis dengan hutannya yang luas, Indonesia memiliki posisi dan peran strategis di dunia dalam upaya mitigasi perubahan iklim yang tengah terjadi saat ini. Setidaknya mampu menahan laju pemanasan global di bawah 1.5 Â derajat Celsius yang disebabkan karena meningkatnya emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), Metana (CH4) dan Nitrous Oxide (N2O). Nilai yang merupakan batas kenaikan suhu bumi imbas pemanasan global yang telah disepakati dalam sidang PBB.
Istilah net zero emission (NZE) menjadi naik daun sejak Paris Climate Agreement di helat dalam pertemuan PBB pada Desember 2015. Dalam terminologi sederhana NZE atau nol emisi karbon diartikan sebagai jumlah emisi karbon yang di lepas ke atmosfer tidak melampaui jumlah emisi yang  mampu di serap bumi. Guna mencapai keseimbangan antara aktivitas manusia dengan daya dukung lingkungan.
Untuk mencapainya diperlukan transisi menuju sistem energi bersih. Keseriusan ini diperkuat keluar nya PP no 112 tahun 2022 dengan mengerem Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara. Muaranya menekan pencemaran lingkungan yang berimbas pada terjadinya pemanasan global.
Komitmen Bersama Menuju Industri Bersih
Sebagai upaya mendukung komitmen pemerintah mewujudkan net zero emission pada tahun 2060,  Pusat Riset Mikrobiologi Terapan, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, BRIN sepakat membangun kolaborasi dengan PT. Pertamina (Persero) . Melalui kick off meeting program pengembangan teknologi biokonversi karbondioksida (CO2) menggunakan mikroalga didiskusikan bersama.
Studi tersebut merupakan bagian program dari Upstream Research and Technology Innovation, PT Pertamina. Kegiatan berlangsung di Gedung BNC, KST Ir. Soekarno Cibinong, pada Rabu (15/6). Acara dilakukan secara hibrid (luring dan daring) dihadiri sekitar 30 peserta.
Dalam awal paparannya, Kepala Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, Iman Hidayat PhD. sangat menyambut baik jalinan kerjasama ini.
Dalam pertemuan tersebut, Iman menekankan urgensi kolaborasi ini pada target menurunkan emisi karbon dioksida. Menurutnya komitmen NZE tidak bisa dibebankan pada salah satu pihak saja, namun dibutuhkan adanya peran semua pihak. Mahalnya research and development, mendorong upaya bersama dan strategi mengoptimalkan resources yang ada. BRIN akan mendukung melalui fasilitas alat riset untuk digunakan oleh seluruh stakeholders, critical mass sumber daya periset juga skema fasilitasi pendanaan riset.
Pada kesempatan tersebut hadir secara langsung mitra kerja PT. Pertamina yang diwakili oleh Merry Marteighianti selaku VP Upstream Research and Technology Innovation beserta 6 tim lainnya.  Dalam harapannya, dari kerjasama ini dapat menemukan strain mikroalga unggulan dalam menyerap karbon.
Dalam media zoom, Oki Muraza selaku Senior Vice President Research and Technology Innovation, Pertamina  Persero menjabarkan masih bergantungnya kebutuhan hidrokarbon dengan mengandalkan impor sejak tahun 2004. Upaya memproduksi hidrokarbon sendiri tentu akan lebih menguatkan secara ekonomi. Bahkan dengan infrastruktur yang ada, diharapkan dapat menghasilkan BBM yang rendah emisi.
Lebih lanjut Muraza mengungkapkan keinginannya untuk mendapatkan inisiatif-inisiatif terutama dalam upaya mengurangi emisi secara global dan mitigasi karbondioksida dan nitrogen dioksida.
Dalam keterangannya, Kepala Pusat Riset Mikrobiologi Terapan, Ahmad Fathoni turut menegaskan  tepat guna dalam pemanfaatan biodiversitas menjadi kunci dalam mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan -- BRIN memayungi 8 Pusat Riset. Grand design berfokus pada kegiatan eksplorasi, konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan.
Ada Apa dengan Mikroalga?
Berkat kandungan bahan hidrokarbon yang dimilikinya, mikroalga telah banyak dimanfaatkan banyak negara sebagai bahan energi terbarukan.
Sebagai bentuk itikad baik pemerintah atas isu lingkungan global, Indonesia telah menyampaikan kontribusi nasional yang ditetapkan kepada United Nation Framework convention on Climate Change dengan menyodorkan proposalnya untuk menurunkan gas rumah kaca sebesar 29-41 %  pada tahun 2030.
Seperti termuat dalam catatan Budiman 2023, Â rekomendasi kebijakan untuk mendukung niatan tersebut digulirkan. Beberapa poin terkait peran mikroalga dalam mendorong optimalisasi bauran energi, antara lain : pemerintah mendorong dan memperkuat berkembangnya industri energi dalam rangka mempercepat tercapainya sasaran penyediaan energi dan pemanfaatan energi, pemerintah mendorong badan usaha dan perbankan untuk mendanai pembangunan infrastruktur dan pemanfaatan energi yang berasal dari biogas mikroalga (kendala saat ini mahalnya biaya produksi dan penyediaan bahan baku) serta mendorong peningkatan pengembangan industri dan peralatan produksi biomassa mikroalga.
Fathoni menambahkan bila kerjasama ini sejalan dengan program prioritas di Pusat Mikrobiologi Terapan. Salah satunya yaitu pengembangan mikroalga untuk biofuel (bahan bakar cair atau gas yang berasal  dari biomassa). Dari wildtype yang telah diperoleh saat ini, akan dilakukan rekayasa bioproses. Selain itu, kedepannya strain improvement berbasis data genom juga akan digarap. Sehingga dapat diperoleh strain super yang mampu menangkap karbon langsung dari udara secara efektif dan efisien.
Pemanfaatan energi berbasis mikroalga berpeluang sebagai feedstock (bahan baku) potensial dalam menghasilkan etanol, menyediakan energi secara berkelanjutan dan mewujudkan harapan mengurangi emisi. Perwujudan energi hijau atau green industry dan emisi rendah karbon diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Semoga ....(MKR)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI