Dewasa ini,ada banyak sekali tagline “Milenial Banget” baik itu promosi tempat makan kekinian,promosi aplikasi,tren media sosial ,dunia fashion dan hal lain yang membuat kita bertanya siapa sebenarnya kaum milenial ini sehingga tagline ini sangat sering kita jumpai.Istilah “Milenial” ini sendiri berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya.
Milenial sendiri adalah anak-anak yang lahir pada awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran.Milenial juga dikenal sebagai Generasi Y atau biasa disebut Gen Y.
Ketika kita mencari kata kunci “Milenial Indonesia” di mesin pencarian maka hal-hal yang paling sering dibuka dan dicari adalah hal-hal berkaitan dengan revolusi industri 4.0,teknologi AI (Artificial Intelligence),Kreatifitas dan hal-hal positif lainnya.Namun tidak demikian denga platform Twitter dimana kaum milenial berkaitan kepada hal-hal yang cenderung negatif seperti pemberitaan berita hoax,memberikan komentar kebencian,membully orang lain dengan perkataan di media sosial,memecah belah dengan isu-isu berbau SARA,demo yang anarkis,dan banyak hal lain yang merusak citra kaum milenial.
Mengapa kemudian hal ini terjadi? tentu ini menjadi pertanyaan besar bagi kita semua.Apakah karena kaum milenial memang tidak bermoral,atau karena tidak diberikan hukum yang tegas.Dari semua pertanyaan ini, kita memiliki satu jawaban yaitu “Pancasila”.Mengapa kemudian Pancasila,memangnya kaum milenial tidak hapal Pancasila sehingga melakukan hal-hal seperti itu.Pancasila adalah satu kata yang telah kita dengar sejak kecil dan sangat sering kita dengar,tetapi apakah kita mengerti pentingnya mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk bemedia sosial.
Media Sosial bertumbuh secara massive,merancang bagaimana caranya agar kita betah berlama-lama dengan kenyamanan yang mereka tawarkan.Media sosial juga memberikan dampak yang signifikan dalam kehidupan kita bisa kita lihat dari rekomendasi Youtube,rekomendasi Instagram,hastag twitter yang dirancang mempengaruhi pola pikIr dan pertimbangan kita dalam membuat keputusan.Mari melihat fenomena-fenomena yang terjadi di kalangan milenial.
Di tahun ini terjadi demo yang menolak pengesahan UU Omnibuslaw,tentu dalam suatu konflik akan selalu ada yang pro dan ada yang kontra .Jika kita adalah pihak yang kontra maka platform media sosial akan menyuguhkan hal-hal yang kita sukai,namun tidak jarang hal yang kita baca adalah berita hoax yang memprovokasi pikiran kita untuk melakukan tindakan anarkisTerdapat banyak kaum milenial yang turun ke jalan memperjuangkan pendapat mereka dan menanamkan pola pikir yang salah karena tidak mengerti membedakan mana yang benar dan mana yang salah.Disinilah Pancasila berfungsi sebagai pedoman kita,sebagai filter kita dalam menghadapi fenomena seperti ini.
Menjadi influencer,youtuber,selebgram nampaknya menjadi hal yang digandrungi kaum milenial saat ini dibuktikan oleh salah satu video di channel Youtube Bayu Skak berjudul ‘Cara Cepat Jadi Youtuber” yang ditonton lebih dari 3 juta kali.Menjadi influencer artinya kita harus memiliki konten yang ingin dibagikan dan tentu sulit untuk membuat konten yang berkualitas dan mendapat perhatian dari masyarakat.Keinginan besar ini membuat sebagian kaum milenial bertindak di luar batas demi konten,demi popularitas.
Pada pertengahan tahun 2020 kita disuguhkan konten prank dimana seorang youtuber memberikan bantuan berisi sampah dan batu.Apakah kita harus bertindak sejauh itu untuk memperoleh views,perhatian,dan subscribers? Segala hal yang kita lakukan memiliki konsekuensi.Seperti berkendara kita memiliki rem untuk mengendalikan laju kendaraan.Layaknya berkendara ,kita membutuhkan rem dalam berperilaku agar kita tidak melewati batas yang akan merugikan kita.Bisa kita bayangkan selain terancam dipenjara,youtuber tadi juga mendapatkan hukuman sosial dengan dibully warganet,dan dikucilkan dalam pergaulan,dan sulit untuk memperbaiki citra di masyarakat.
Dikatakan bahwa kita membutuhkan pedoman,filter dan juga rem dari setiap tindakan kita terutama dalam hal ini bermedia sosial.Pancasila adalah jawaban mutlak dari ini.Sama seperti judul artikel ini sendiri,Pancasila itu harus diamalkan artinya memegang Pancasila sebagai pedoman dalam bersosial media adalah suatu kewajiban bukan pilihan.
Jika Pancasila menjadi pedoman kita dalam bermedia sosial, milenial akan berpikir dua kali untuk memposting sesuatu di media sosial artinya ada pertimbangan apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Sesuai dengan nilai Pancasila dari sila pertama,apakah postingan kita berbau SARA.Sila kedua,apakah postingan kita merendahkan suatu oknum tertentu,atau mungkin menyinggung dan menyakiti hati orang lain.