Mohon tunggu...
Mela Mela
Mela Mela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi ekonomi syariah universitas pamulang.

Berenang

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Sumber Daya Manusia dan Internasionalisasi Bisnis

9 November 2024   14:35 Diperbarui: 16 Desember 2024   05:28 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber Daya Manusia dan Internasionalisasi Bisnis Dalam tantangan SDM Bisnis Internasional, ada tiga hal yang muncul: distribusi, yaitu kemudahan menempatkan keterampilan yang tepat di tempat yang kita butuhkan, terlepas dari lokasi geografisnya. Penyebaran pengetahuan dan inovasi, menyebarkan pengetahuan dan praktik paling maju ke seluruh organisasi tanpa memandang dari mana asalnya. Mengenali dan mengembangkan bakat secara global, yang dapat berfungsi secara efektif dalam organisasi global dan mengembangkan kemampuan mereka.

Bagaimana perbedaan antar negara mempengaruhi SDM?

Adanya faktor budaya. Negara-negara sangat berbeda dalam hal faktor budaya -- dengan kata lain, dalam nilai-nilai dasar yang diikuti oleh warganya, dan bagaimana nilai-nilai ini diwujudkan dalam seni, program sosial, politik, dan cara melakukan sesuatu di negara tersebut. Perbedaan budaya dari masing-masing negara memerlukan penyesuaian terhadap perbedaan praktik manajemen antar cabang suatu perusahaan. Sedangkan untuk faktor hukum dan industrial, faktor hukum dan hubungan industrial berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya. Di banyak negara Eropa, dewan pekerja menggantikan mediasi pekerja-manajemen yang bersifat informal atau berbasis serikat pekerja. Di perusahaan-perusahaan AS, dewan kerja adalah kelompok perwakilan pekerja formal yang dipilih oleh karyawan dan bertemu setiap bulan dengan para manajer untuk membahas berbagai topik mulai dari kebijakan larangan merokok hingga pemecatan. Di Indonesia, serikat pekerja belum mempunyai daya tawar untuk memperjuangkan nasib pekerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun