"Sayap sebelah kanan syukur. Sayap sebelah kiri sabar," kata beliau.
Jika salah satu dari saya itu patah maka manusia akan "jatuh".
Buya Hamka membuat perumpamaan yang sangat bagus dan masuk akal. Ia mengumpamakan syukur dan sabar dengan dua sayap burung. Yang saling melengkapi untuk dapat terbang tinggi. Bila salah satu sayap rusak atau hilang maka burung akan terjatuh. Â
Begitu juga dalam menjalani hidup. Syukur dan sabar harus berjalan bebarengan. Bila salah satunya hilang. Maka kehidupan menjadi tidak seimbang. Disitu penderitaan akan muncul.Â
Kata filsufÂ
Filsuf yanani kuno epictetus memberikan gambaran yang benar tentang rasa syukur.Â
"Menurutnya rasa syukur adalah ketika kita menerima apa yang ada didepan mata kita. bukan diluar diri apalagi jauh dari jangkauan diri"
Ia mengibaratkan , ada seorang pelayanan pada jamuan makan membawa makanan melewati kita. Apabila pelayanan memberikanya, kita terima . Bila tidak, biarkan saja tanpa perlu memanggilnya, apalagi berlari mengejarnya. Kita cukup mennggunya sampai pelayanan itu menaruhnya dihadapan kita.
Bersyukur itu tentang pengamatan apa yang tersedia dihadapan kita, bukan pada diri orang lain. apalagi yang jauh dari jangkauan kita.Â
Spiritualitas timurÂ
Filosofi Zen megajarkan kita untuk menerima apapun kondisi disaat ini ( syukur) Entah itu menyenangkan atau tidak. Kita rasakan saja perasaan itu tanpa penolakan. Karena pikiran atau perasaan itu sifatnya berubah ubah ia datang dan pergi. Kita hanya perlu menyadari kedatangan dan kepergiannya.Â