Mohon tunggu...
Tonnly Mejuah Juah
Tonnly Mejuah Juah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

AAL IZZ WELL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Susahnya menjadi Guru

18 Februari 2011   02:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:30 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_90576" align="alignleft" width="300" caption="illustrasi...guru (sumber: http://mustarif.wordpress.com/)"][/caption]

Saya bukanlah seorang guru, hanya saja lewat pengalaman yang saya dapatkan, saya dapat menyimpulkan sedikit bahwa menjadi guru itu ternyata berat sekali. Kenapa? Mari kita bicarakan.

Kemarin tetangga saya yang masih duduk di sd datang kerumah saya untuk meminta diajarkan mengenai PR bahasa inggrisnya. Saya tak terlalu paham bahasa inggris tapi untuk sekedar kata-kata biasa saya bisalah. Adapun pr dari anak ini adalah masalah penggunaan pronoun/kata ganti dan mencocokkan dengan tobenya serta berikan contohnya dalam bentuk positif,negatif dan interogatif.

MelihatPR yang seperti itu saya merasa paham akan hal itu dan akhirnya jadilah saya seorang guru dadakan bagi anak-anak tetangga saya.

Pelajaranpun dimulai.

Mengingat yang dilakukan oleh guru sewaktu masih bersekolah maka itu juga yang saya terapkan pada anak ini.Saya berusaha menjelaskan dengan pelan-pelan dan sejelas mungkin kepada anak itu. Iapun seakan mengerti akan penjelasan yang saya beriakan lewat anggukan-anggukanya. Satu persatu pronounpun terlewati. Tak lupa saya juga memberikan sebuah contoh singkat untuk memperkaya penjelasan saya.

Selesai semuanya saya pun merasa lega karena tugas telah terlaksana dengan baik. Kali ini sayapun menyuruhnya untuk mengerjakan sendiri prnya. "Silahkan kerjaakan PRnya, kan sudah ngertikan?" kataku padanya. Iapun diam saja.

"Kak belum ngerti" tambahnya. Wah kata saya dalam hati. Sayapun sebenarnya sudah naik darah akan jawaban anak itu tapi karena saya mengingat bapaknya yang kumisnya tebal dan seram juga, saya pun akhirnya bersabar dan menjelaskan ulang. takut ia malah memberitahukan kejadian ini pada bapaknya.gawat nih. kembali saya ulangi menjelaskan pelajaran itu dengan intonasi yang agak berbeda. Karena emosi dan jenuh maka hal ini bisa terjadi. Tapi ternyata sang anak itu menegerti perasan saya,akibat intonasi saya yang sudah meninggi sang anak langsung berkata " kak marah yah?" . kaget juga Saya, berani benar anak nih menanya saya begitu. Tapi saya tetap menjajwab" tidak ah". Selesai dengan penjelasan saya yang kedua kalinya ternyata belum membuatnya mengerti dan bisa menegerjakanya pr-nya

Saya bingung pakai cara apalagi dan pendekatan apalgi yang saya akan apllikasikan supaya anak ini bisa mengerjakan pr-nya. Sempat saya berpikir bahwa saya akan mengerjakan pr-nya, jadi dia terima beres saja, dia senang dan sayapun ikut senang.tapi sejenak saya pikir-pikir untuk apa dia dapat nilai tinggi kelak jika nantinya ia ditanya gurunya ia malah tak tahu. Bisa kasian anak ini.

Satu-satu jalan terakhir adalah mengulangi lagi penjelasan berikut contohnya. Puji Tuhan setelah menjelaskan lebih dari tiga kali akhirnya ia bisa juga mengerti berikut mengerjakan sendiri pekerjaan rumahnya yah walaupun masih tetap kurang benar dalam penentuan to be-nya.

Baru pertama kali itu saya merasa menjadi guru, tapi sepertinya saya sudah bisa ambil sebuah keputusan akhir bahwa saya tak mau jadi guru. Hal ini diakibatkan oleh pemikiranku lewat pengalaman singkat tadi. Mungkin bakat-bakatan juga.

Begitu susahnya menjadi seorang guru, bukan hanya ilmu dan penegetahuan luas yang harus dimiliki ataupun gelar yang berlatar belakang pendidikan. Tapi justru lebih dari itu. Dibutuhkan sebuah kesadaran, pemahaman pada anak didik dan kesabaran dalam mendidik para anak didik tersebut. Kesabaran itu saya kira itu perlu dimiliki oleh seorang guru. tak semua tentunya anak didik dapat memahami sebuah pelajaran yang diajarkan oleh sang guru. Setiap siswa tentunya punya intensitas dan kualitas berbeda dalam menyerap pelajaran. nah disinilah kepintaran seorang guru diuji bagaimana ia mendekati siswa yang kurang yang nantinya menjadi bisa seperti siswa yang lainya. Bayangkan saja jika gurunya seperti saya,karena belum mengerti pelajaran yang saya berikan lantas saya memarahinya lewat intonasi suara saya yang tinggi. Kalau seperti itu mana mungkin siswanya akan pintar yang ada hanyalah menjadi takut didalam ketidaktahuan mereka

Inilah yang menjadi alasan akhir, mengapa menurut saya menjadi guru itu sangatlah susah.. tapi walau begitu susahnya menjadi guru tapi tetap saja banyak orang dengan tulusnya mau mengabdi dalam professi ini. Salut untuk mereka semua yang mendedikasikan dirinya demi pendidikan bangsa ini. Kalau tak ada mereka mau kemana kita dan generasi kita ini??

Salam sayang..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun