[caption id="attachment_298872" align="alignleft" width="258" caption="illustrasi google.com"][/caption] sudah bukan barang baru lagi bila kita menemui eksistensi para pengamen di dalam sebuah bis. bagi sebagian orang, pengamen merupakan sebuah profesi yang mulia tentunya bila dibandingkan dengan hanya duduk diam plus menyayukan muka agar dikasihani dan duduk di samping jalan. penumpang adalah sumber mata pencaharian para pengamen bis ini. semakin banyak penumpang dalam sebuah bis tentunya akan berbanding lurus dengan pendapatan mereka nantinya. sebagian penumpang merasa senang dengan kedatangan para pengamen ini karena kehadiran mereka dapat sedikit memberikan hiburan, selingan manakala sedang menjalani sebuah perjalanaan panjang apalagi fasilitas bis itu terbatas, tapi sebagian orang juga merasa terganggu dengan kedatangan mereka. hal ini tentunya diakibatkan oleh kebisingan yang mereka lakukan, kadang ada yang sampai tepuk tangan, bawa gendang kecil dan gitar kecil. mereka juga main keroyokan dalam mengamen mungkin lebih dari dua orang. tapi yah namanya juga usaha, usaha untuk cari makan. Logikanya yang namanya mengamen itu adalah nasib-nasiban menurut saya. yang saya maksud disini adalah jumlah pendapatanya sehari. kadang apa yang kita sediakan dan suguhkan terkadang tak mendapat hati bagi para penonton dan penikmatanya. sama saja dengan pengamen ini terkadang sekuat apapun mereka bernyanyi dan sebagus apapun suara mereka belum tentu sebanding dengan hasil yang mereka dapatkan, kadang ada yang memberikan banyak dan ada yang sedikit pula jadi tak bisa dipatok. setidaknya itulah yang kita pahami, bukan? bagaimana apabila sang pengamen memaksa kita untuk memberikan lebih, lebih dari keiklasan kita??? kesal bukan. saya penah melihat pengalaman yang seperti ini. mungkin karena ia (pengamen) kesal akan pendapatanya yang minus, ia memmbentak penumpang, ia memaksakan agak sang penumpang menambah apa yang telah ia masukkan ke kantong persembahan pengamen itu. kebetulan pada saat itu penumpang itu memberikan uang logam Rp 500. dari pisik penumpang itu masih tergolong remaja sih karenanya sang pengamen berani mengintimidasinya. sementara penumpang yang lain malah disuruhnya untuk tidak usah menyumbangnya kalau hanya segitu saja, pengamen malah mengambil uang pemberian itu dari dalam plastik persembahan tadi serta mengembalikan pada para penumpang.. he,,he aneh memang kalau kita menemui yang seperti ini. tapi yah namanya pemberian seiklasanya nggak bisa dipaksa kan. saya mengerti perasaan pengamen itu, ia merasa tak dihargai padahal menuut pehitunganya, ia telah memberikan yang terbaik atas apa yang ia miliki tapi karena tak sebanding dengan hasil yang diperkiraanya akhirnya ia kecewa dan emosi dan terjadilah seperti itu. yah itulah hidup terkadang apa yang kita harap-haraopkan dan rencanakan terkadang tak berjalan sesuai dengan rencana. kecewa memang kita. yah tapi apa mau dikata yah terimalah. paling tidak kita telah melakukan yang terbaik dari segi penilaian diri kita sendiri. masalah hasilnya yah pasrah saja. katanya bila sesuatu yang dikerjakan dengan baik akan berbuah baik juga. berarti bila hasil yang anda atau saya dapatkan belum baik itu karena usaha kita belum baik dan maksimal tentunya.. semoga saja tulisan ini memberi anda sesuatu,, salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H