[caption id="attachment_270655" align="alignleft" width="268" caption="anak-anak..illustrasi google.com"][/caption]
Dihidup siapa yang tak ada masalah, kemelut dan huru-hara? Semuanya pasti pernah merasakanya, pernah merasakan bagaimana rasa sakitnya dan effeknya. Sebenarnya untuk apakah masalah itu datang dalam ke kehidupan kita, mengganggu saja, hidup kita sudah enak dan nyaman tapi tiba-tiba masalah datang menyerobot, bukan kah begitu?? Bagaimana menurut anda?. Jadi teringat guru kalau sudah begini. Kata guru saya dulu hidup itu bagaikan bersekolah, ada ujian dan test untuk menindentifikasi apakah kita semakin baik atau hanya berjalan ditempat saja. begitu jugalah hidup menurut beliau, masalah datang sebagai ujian kenaikan level kita. Bila kita bisa melewatinya berarti kita lulus, lebih baik tapi kalau tidak, berarti kita tetap ditempat bahkan mungkin keluar dari jalur atau di d.o.
Masalah terkadang muncul tidak diperuntukkan untuk seorang saja, tapi masalah juga bisa datang menerpa beberapa orang. contohnya, Beberapa orang menghadapi perselisihan yang berbuah permasalahan yang nantinya membuat tali persahabatan, kekeluargaan, kerabat merenggang. Akibatnya semuanya menjadi tak terkontrol. Semuanya membenarkan opini masing masing. Hari berganti hari ekstensi masalah diantara mereka menjadi jurang pemisah yang berakibat pada kerugian pada hidup mereka dan juga orang lain. Tak saling menyapa lagi, bermusuhan dan saling membenci. Biasanya yang seperti ini dilakoni oleh sebagaian besar orang dewasa, dewasa dalam artian umur yang sudah melebihi kapasitas remaja dan anak-anak. Aihh…susahnya!!!
Saya punya keponakan, umurnya baru menginjak enam tahun. Ia masih duduk di tk. Kadang sewaktu saya masih dirumah mereka saya sering ditugaskan ibunya untuk menjemputnya di tknya jika ibunya sedang sibuk, sementara ayahnya bekerja di kantor. Susah memang mengurusi anak-anak seperti ini apalagi bagi saya yang tak pernah belajar sebelumnya. Nah di tk ini saya sering melihat keponakan saya berantam dengan teman sekelasnya. Masalahnya hanyalah karena mainan papan jungkat-jungkit dan ayunan. Keponakan saya bersikeras menggunakan mainan tersebut sementara temanya yang lain bersikukuh untuk naik juga. Akhirnya merekapun bertengkar yang berujung pada tangisan keponakan saya. Nah itu hanya berlaku untuk sehari itu saja. keesokan harinya saya perhatikan keponakan masih mau bermain dengan anak yang membuatnya menangis, seakan-akan tak pernah terjadi apa-apa diantara mereka. semuanya kembali keangka nol, tak ada rasa sungkan dan ego. Mungkin inilah prinsip hidup anak-anak “hari ini hanyalah untuk hari ini saja, tidak untuk esok”. Mungkin dalam hati mereka “ jangan biarkan yang terjadi kemarin mengotori hari ini dan hari-hari yang akan datang”.
Jelas bukan perbedaan antara yang dewasa dengan yang anak-anak. Yang dewasa terkadang menyimpan masalah berlarut-larut hingga berubah jadi bom waktu, menungu settingan waktu tuk meledak dan memakan korban sementara anak-anak selalu saja bersih seperti semua bagaikan matahari yang selalu terbit dari timur walaupun sudah bergerak ke arah barat. Seharusnya yang dewasalah yang seharusnya melakukan yang anak-anak lakukan mengingat kedewasaan mereka tapi nyatanya tidak. Apakah ini berarti walaupun kita sudah dewasa, kita juga harus tetap belajar dari sifat anak-anak dalam bidang tertentu?? Dan anak-anak tentunya akan belajar menjadi dewasa juga seiring bertumbuhnya umur mereka.
Berarti menjadi anak-anak (sifatnya) lebih baik ya dari pada menjadi orang dewasa???
Bagaimana menurut anda??
Salam anak-anak,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H