Mohon tunggu...
Tonnly Mejuah Juah
Tonnly Mejuah Juah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

AAL IZZ WELL

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

7 Gadis Penjaga Bendungan

15 Juli 2010   02:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:51 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

7 Gadis penjaga Bendungan.

Zaman sudah memasuki abad modern, tapi ternyata modernisasi tidak dapat menghilangkan hal hal yang sipatnya mistis dikalangan masyarakat kita yang terkenal kemajemukanaya. Mungkin inilah yang disebut tradisi yang dilakukan dari generasi ke generasi dan pada akhirnya melalui proses yang panjang berubah menjadi sebuah yang disebut dengan budaya. Ketika satu hal sudah dianggap sebagai budaya, maka secara otomatis orang yang mengetahui, mendengar dan melihatnya juga akan mengakui dan mempercainya pula.

Nah waktu saya kecil saya selalu diperdengarkan dengan cerita-cerita aneh yang berbau mistis oleh para orang tua saya, bahkan cerita-cerita teman saya yang mereka juga dapatkan dari orang tua mereka. Saya tidak tau apa tujuanya. Apakah itu menjadi semacam pembatas atau larangan untuk tidak ini….. dan tidak itu…..????

Ada sebuah cerita yang sungguh menarik untuk dibahas disini. Yaitu tentang 7 bidadari cantik penjaga bendungan. Didaerah kami sering disebut sebagai anak boru si pitu-pitu (7 gadis). Eeit..mereka bukanlah manusia benaran lho tapi semacam roh….Hantu begitu.

Bendungan ini terletak di desa Bah Bolon (Air besar) kira kira tiga jam dari kota Medan. Bendungan ini diapit dua bukit terjal yang masih ditumbuhi kayu kayu besar contohnya beringin, dan kayu Res. Kira kira tingginya bukit terjal ini sekitar 50 meter. Berdasarkan cerita yang saya dapatkan dari teman sekelas saya dulu yang bermukim disana, dulunya bendungan ini dibuat untuk proses irigasi pada sawah sawah dibawah bendungan itu. Air yang berkumpul dibendungan ini berasal dari danau angker yang saya ceritakan beberapa hari yang lalu. Tapi entah kenapa bendungan itu lama kelamaan ditinggalkan dan tidak pernah dirawat oleh warga sekitar lagi. Bahkan sangat susah sekali melihat bendungan ini dari jarak dekat karena sudah ditumbuhi semak belukar. Sementara sawah-sawah sudah tidak digunakan lagi.

Banyak cerita –cerita ganjil yang saya dapatkan ketika saya mencoba membuka topic pembicaraan tentang tempat ini. Salah satu cerita yang saya dapatkan adalah penomena anak boru si pitu-pitu. Konon katanya bendungan itu telah dijadikan rumah oleh 7 gadis tadi sehingga warga sekitar agak enggan untuk memasuki daerah tersebut. Ketujuh gadis itu adalah gadis-gadis cantik, berpakaian berwarna warni serta berambut panjang sampai sampai rambut mereka lebih panjang dari mereka hingga rambutnya terurai ditanah sewaktu mereka berjalan. Anehnya mereka selalupergi bersama-sama.

Para masyarakat sekitar juga percaya akan konsekuensi yang akan didapatkan apabila bertemu 7 gadis ini. Konon katanya bila ada yang melihat mereka maka orang tersebut akan langsung jatuh sakit. Lebih parah lagi bagi laki-laki yang diajak kencan oleh ke 7 gadis tersebut. Berdasarkan cerita yang saya dengar mereka bisa membuat nafsu kita semakin memuncak hingga kita tidak sadarkan diri. Biasanya orang yang sering menjadi korban adalah laki-laki. Bagi orang yang terkena seperti ini kemungkinan akan tersesat di tempat yang ia tidak ketahui atau bahkan rohnya akan diikat sang hantu disuatu tempat. memang para gadis-gadis ini akan menampakkan diri bila hari sudah menjelang malam atau sekitaran magrib. tidak dipungkiri sampai sekarang banyak orang tua melarang anak-anaknya keluar dari rumah saat menjelang magrib. disamping itu mereka juga berpeluang muncul apabila ada hal-hal yang menggangu ketenangan mereka. contohnya saja menebang pohon didarah sekitarnya, berkata-kata kotor ataupun buang air tanpa permisi yang akhirnya akan mengotori bendungan itu.

Aneh memang membicarakan yang seperti ini, ketika kita sudah tertabawa arus modernisasi. Bila saya pikirkan cerita yang saya dapatkan dimasa kecil saya sekarang, sepertinya agak nonsense tapi inilah kenyataanya. Mungkin ini hanyalah salah satu cara dari leluhur kita untuk selalu melestarikan dan menjaga apa yang seharusnya kita ketahui dan miliki. Tentunya kita harus menghormatinya terlepas dari benar atau tidaknya. satu yang pasti, ada sesuatu hal yang pasti terselipkan dalam cerita ini. Dan mencarinya adalah tugas kita sebagai generasi baru bangsa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun