budidaya magot sebagai bentuk pengurangan limbah organik di Desa Lengkong (06/08/24).
Tegal- Mahasiswa KKN 54 Kelompok 119 UIN Prof. K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto melaksanakan program unggulan kedua mengenai sosialisasiAdanya program tersebut dilaksanakan bukan tanpa alasan, hal ini dilatar belakangi banyaknya sampah yang menumpuk di TPS Lengkong. Mahasiswa KKN menjadi pelopor dalam pengelolaan sampah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis. Dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah, Mahasiswa melibatkan salah satu warga yang memiliki ketertarikan dalam hal budidaya magot dengan media sampah organik.Â
Proses pelaksanaan budidaya magot berlangsung selama kurun waktu 2 minggu, dari mulai telur yang kemudian bertahap menjadi magot, pupa dan berubah menjadi lalat bsf. Magot sendiri dapat dijadikan sebagai upaya alternatif pengurangan sampah di Desa Lengkong, nilai ekonomis yang tinggi karena dapat dijadikan sebagai pakan hewan, seperti ikan lele. Permintaan pangsa pasar yang terus meningkat, dapat menjadikan warga memiliki rasa kesadaran untuk berupaya mengelola sampah dengan budidaya magot.Â
Budidaya Maggot dengan pemanfaatan sampah organik yang dapat mengurangi sampah 10% dari penumpukan sampah yang ada, selain itu juga dapat memisahkan sampah secara otomatis antara organik dan an organik dikarenakan ketika memiliki sampah atau limbah dapur langsung akan dipisahkan untuk dijadikan pakan maggot. Berbeda dengan belatung, sampah yang dikelola untuk budidaya maggot tidak akan menimbulkan bau busuk dari sampah, hanya saja bau yang dikeluarkan dari bekatul yang berada di ruang tertutup sehingga tidak ada pergantian udara.
Sosialisasi dilaksanakan pada hari Selasa, 06 Agustus 2024 yang bertempat di Rumah Bu Har pada kegiatan Jamiyahan Selasa Kliwon Fatayat Muslimat se-Desa Lengkong dengan audience seluruh Ibu-Ibu Fatayat Muslimat dan sosialisasi disampaikan oleh perwakilan dari Mahasiswa. Sosialisasi budidaya magot dinilai memberikan solusi yang efektif.Â
Ketua Muslimat sendiri mendukung adanya budidaya magot yang dapat dijadikan sebagai upaya pengelolaan sampah organik dan hasilnya, sosialisasi ini memberikan daya tarik tersendiri, " terimakasih mas ilmunya, saya tertarik untuk bisa budidaya magot dirumah. Pastinya kalo warga pada mau ber-budidaya, sampah organik bisa memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga bisa dijadikan sebagai ladang usaha untuk warga Lengkong yang kebanyakan memiliki kolam lele di setiap masing-masing rumah. " Ujar Ibu Nur selaku Ketua Muslimat Desa Lengkong yang hadir pada kegiatan jamiyahan dan mengikuti kegiatan sosialisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H