Mohon tunggu...
Meivina Erlica
Meivina Erlica Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Topik mengenai sejarah Kerajaan yang ada di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menelusuri Jejak Sejarah Situs Biting: Peninggalan Kerajaan Majapahit di Kecamatan Sukodono, Kota Lumajang

21 Desember 2023   10:00 Diperbarui: 21 Desember 2023   17:08 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
situs biting di sukodono, Lumajang (dok. pribadi)

Situs Biting, yang terletak di Kecamatan Sukodono, Kota Lumajang, merupakan salah satu situs bersejarah yang memiliki nilai penting sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit, yang berkuasa di wilayah Indonesia pada abad ke-14 hingga abad ke-15 Masehi, merupakan salah satu kerajaan maritim terbesar dan paling berpengaruh di Asia Tenggara pada zamannya. Kerajaan ini dikenal karena kekuatan militer, sistem pemerintahan yang efektif, serta kemajuan dalam bidang seni, budaya, dan perdagangan.

Situs Biting telah menarik perhatian para peneliti dan sejarawan sebagai salah satu situs yang mewakili kejayaan dan peradaban Kerajaan Majapahit. Namun, meskipun pentingnya Situs Biting dalam konteks sejarah dan arkeologi, penelitian yang komprehensif dan mendalam tentang situs ini masih terbatas.

Latar belakang penelitian ini sangat relevan dengan mata kuliah Peradaban Islam dan Islam Nusantara yang diambil oleh mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling Islam di Universitas Islam Negeri Kh Achmad Shiddiq. Penelitian tentang Situs Biting di Lumajang, sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit, memiliki keterkaitan yang erat dengan sejarah dan peradaban Islam di Nusantara.


Penelitian yang kami lakukan merupakan bagian dari tugas mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling Islam di Universitas Islam Negeri Kh Achmad Shiddiq dalam matakuliah Peradaban Islam dan Islam Nusantara yang diampu oleh Ibu Yulis Sri Wahyuningsih, M.Sos., S.Sos. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang warisan budaya dan kehidupan masyarakat Majapahit melalui penelitian tentang Situs Biting di Lumajang.
Dalam konteks mata kuliah Peradaban Islam dan Islam Nusantara, penting untuk mempelajari interaksi antara agama Islam dengan budaya dan peradaban di wilayah Nusantara. Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan yang berpengaruh di wilayah tersebut, dan penelitian tentang Situs Biting dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana pengaruh Islam mempengaruhi peradaban dan budaya Majapahit.


Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang warisan budaya dan kehidupan masyarakat Majapahit. Dalam konteks mata kuliah Peradaban Islam dan Islam Nusantara, hal ini penting untuk menggali informasi tentang bagaimana Islam mempengaruhi kehidupan sehari-hari, struktur sosial, dan budaya masyarakat Majapahit yang terkait dengan Situs Biting.


Selain itu, penelitian ini juga memiliki tujuan untuk memberikan kontribusi dalam upaya pelestarian dan pengelolaan Situs Biting sebagai warisan budaya yang berharga. Dalam mata kuliah Peradaban Islam dan Islam Nusantara, penting untuk memahami pentingnya pelestarian warisan budaya sebagai bagian dari identitas dan sejarah peradaban Islam di Nusantara.
Dengan melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang Situs Biting, mahasiswa dapat menelusuri jejak sejarah Kerajaan Majapahit dan mengungkap asal-usul situs, fungsi-fungsi yang dimilikinya, serta hubungannya dengan kerajaan Majapahit. Hal ini secara langsung berkaitan dengan studi Peradaban Islam dan Islam Nusantara, karena memberikan pemahaman tentang peran Islam dalam membentuk peradaban dan sejarah Nusantara.


Dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Peradaban Islam dan Islam Nusantara, penelitian tentang Situs Biting memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan pengetahuan mereka tentang sejarah, peradaban, dan perkembangan agama Islam di wilayah Nusantara. Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang peradaban Islam di Nusantara dan kontribusinya terhadap budaya dan masyarakat dalam konteks Kerajaan Majapahit.
Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya memenuhi tugas mata kuliah Peradaban Islam dan Islam Nusantara, tetapi juga memberikan kontribusi dalam pengembangan pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah, peradaban, dan perkembangan agama Islam di Nusantara. Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi yang berharga dalam mempelajari peradaban Islam dan Islam Nusantara, serta memperkaya pemahaman tentang warisan budaya dan sejarah Islam dalam konteks Kerajaan Majapahit dan Situs Biting di Lumajang.

Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara dalam rangka mendapatkan data yang diperlukan untuk menelusuri jejak sejarah Situs Biting di Kecamatan Sukodono, Kota Lumajang. Metode-metode ini dipilih untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang situs tersebut dan mendapatkan perspektif dari narasumber yang terlibat secara langsung.

  • Observasi:

Peneliti melakukan observasi langsung di Situs Biting dengan tujuan untuk mengamati secara visual kondisi situs, struktur, dan artefak yang ada. Observasi dilakukan dengan teliti dan sistematis, mencakup penelusuran area situs, pengamatan terhadap sisa-sisa tembok dan struktur lainnya, serta pencatatan mengenai ciri-ciri fisik yang dapat berhubungan dengan sejarah dan keberadaan Kerajaan Majapahit.

  • 2. Wawancara:
  • Juru Kunci Situs Biting (Bapak Tumpu Hariyono):
  • Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Tumpu Hariyono, yang merupakan juru kunci atau penjaga Situs Biting. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan yang lebih mendalam mengenai asal usul situs, sejarahnya, serta pemahaman lokal terkait dengan situs ini. Pertanyaan-pertanyaan diajukan untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan dan pengalaman Bapak Tumpu Hariyono terkait Situs Biting.
  • Warga Sekitar dan Juru Kunci Makam (Bapak H. Atim):
  • Selain wawancara dengan juru kunci Situs Biting, peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak H. Atim, seorang warga sekitar dan juga juru kunci makam yang berdekatan dengan Situs Biting. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan perspektif dari masyarakat lokal dan pemahaman mereka tentang situs ini, serta hubungannya dengan lingkungan sekitar dan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Dalam wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya, dengan pertanyaan terkait sejarah, keunikan, dan signifikansi Situs Biting. Peneliti mencatat dengan seksama tanggapan dan jawaban dari narasumber, serta mengambil catatan terkait informasi penting yang diberikan.

dokumentasi wawancara situs biting (dok. pribadi)
dokumentasi wawancara situs biting (dok. pribadi)

Metode observasi dan wawancara dipilih karena keduanya dapat memberikan data yang kaya dan mendalam mengenai situs arkeologi ini. Observasi membantu dalam memperoleh informasi langsung melalui pengamatan visual, sedangkan wawancara memberikan pemahaman dari perspektif orang-orang yang terlibat langsung dengan Situs Biting. Gabungan kedua metode ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang komprehensif tentang asal usul dan pentingnya Situs Biting sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit di Kecamatan Sukodono, Kota Lumajang..

Hasil penelitian adalah rangkuman dari temuan dan data yang diperoleh melalui proses penelitian. Dalam konteks "Menelusuri Jejak Sejarah Situs Biting: Peninggalan Kerajaan Majapahit di Kecamatan Sukodono, Kota Lumajang", hasil penelitian mencakup informasi tentang asal usul, keberadaan, dan karakteristik Situs Biting, serta hubungannya dengan Kerajaan Majapahit.

Asal Usul Situs Biting Dan Tokoh Pentingnya

Dalam hasil penelitian yang kami lakukan, kami berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan Bapak Tumpu Hariyono, yang merupakan juru kunci Situs Biting. Bapak Tumpu Hariyono telah memberikan wawasan yang berharga tentang asal usul situs ini dan tokoh penting yang terkait dengannya.

Bapak Tumpu Hariyono menjelaskan bahwa Situs Biting adalah sebuah situs arkeologi yang terletak di Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Lumajang, Jawa Timur. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, situs ini diperkirakan merupakan peninggalan yang berkaitan erat dengan sejarah Kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang besar dan kuat pada masa lampau. Khususnya, situs ini memiliki hubungan yang erat dengan masa pemerintahan Arya Wiraraja, seorang tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Majapahit.

Situs Biting dipercaya sebagai benteng dan pemukiman yang memiliki peran penting dalam pertahanan dan kehidupan masyarakat pada masa itu. Sisa-sisa yang masih tersisa di situs ini menunjukkan kekuatan dan keunikan yang menakjubkan. Tembok yang terbentang sepanjang 10 kilometer dengan lebar 6 meter dan tinggi 10 meter memberikan bukti tentang benteng pertahanan yang kokoh. Selain itu, terdapat juga artefak bersejarah seperti makam Menak Koncar yang memberikan wawasan tentang kehidupan dan budaya pada masa lalu.

Dalam konteks pelestarian dan pengembangan situs ini sebagai destinasi wisata edukasi, Bapak Tumpu Hariyono menjelaskan bahwa Situs Biting memiliki signifikansi sejarah yang tinggi. Pengunjung dapat mempelajari sejarah Kabupaten Lumajang, terutama masa pemerintahan Arya Wiraraja, melalui kunjungan mereka ke situs ini. Bapak Tumpu Hariyono juga menyampaikan bahwa upaya pelestarian dan advokasi untuk situs ini telah dilakukan oleh berbagai organisasi dan komunitas yang berkomitmen dalam menjaga warisan berharga yang terdapat di Situs Biting.

Dalam wawancara tersebut, Bapak Tumpu Hariyono menekankan peran penting Raja Arya Wiraraja dalam sejarah Situs Biting. Arya Wiraraja adalah seorang penguasa Kerajaan Majapahit yang memiliki pengaruh besar pada masa pemerintahannya. Kawasan Situs Biting diduga merupakan benteng dan pemukiman yang terkait erat dengan masa pemerintahan Arya Wiraraja. Sebagai tokoh sentral dalam sejarah Kerajaan Majapahit, peran dan kontribusinya terhadap situs ini sangatlah signifikan.

Situs Biting, yang terletak di Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Lumajang, Jawa Timur, adalah sebuah situs arkeologi yang memiliki asal usul yang kuat terkait dengan sejarah Kerajaan Majapahit. Penelitian yang telah dilakukan mengungkapkan bahwa situs ini diduga merupakan benteng dan pemukiman yang berkaitan erat dengan masa pemerintahan Arya Wiraraja, seorang tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Majapahit.

Sebagai peninggalan bersejarah, Situs Biting menarik perhatian dengan sisa-sisa yang mengesankan, seperti tembok yang membentang sejauh 10 kilometer dengan lebar 6 meter dan tinggi 10 meter. Struktur tembok yang kokoh ini memberikan bukti tentang peran penting situs ini sebagai benteng pertahanan pada masa itu. Selain itu, situs ini juga mengandung artefak bersejarah yang berharga, seperti makam Menak Koncar, yang memberikan wawasan yang berharga tentang kehidupan dan budaya pada masa lampau.

Signifikansi sejarah Situs Biting menjadikannya sebagai destinasi wisata edukasi yang berpotensi. Pengunjung dapat mempelajari sejarah Kabupaten Lumajang dengan mendalami masa pemerintahan Arya Wiraraja melalui kunjungan mereka ke situs ini. Keunikan dan kekayaan situs ini telah memicu upaya pelestarian dan advokasi yang kuat, dengan berbagai acara dan inisiatif yang dilakukan oleh organisasi dan komunitas yang peduli terhadap warisan berharga yang terdapat di Situs Biting.

Raja Arya Wiraraja, penguasa Kerajaan Majapahit, adalah tokoh penting yang terkait erat dengan Situs Biting. Perannya dalam sejarah situs ini diyakini sangat signifikan. Kawasan Situs Biting diduga merupakan benteng dan pemukiman yang berkaitan erat dengan masa pemerintahan Arya Wiraraja. Sebagai tokoh sentral dalam sejarah Kerajaan Majapahit, Arya Wiraraja telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam warisan budaya dan sejarah daerah ini.

Situs Biting, yang merupakan peninggalan sejarah yang terletak di wilayah atas, diperkirakan dibangun sebagai bagian integral dari pusat pemerintahan daerah pada masa Kerajaan Majapahit. Penelitian yang dilakukan mengindikasikan bahwa situs ini adalah warisan dari Kerajaan Lamajang yang tersebar di kawasan tersebut. Dalam konteks ini, Situs Biting berfungsi sebagai pusat pemerintahan lokal yang berada di bawah kendali pemerintahan pusat pada masa itu.

Situs Biting memiliki signifikansi yang penting dalam sejarah Lamajang Tigang Juru, sebuah kerajaan lokal yang dikendalikan oleh seorang penguasa yang disebut Prabu. Area yang meliputi Situs Biting memiliki ciri khas yang mencolok, dengan tembok yang tingginya mencapai sekitar 10 meter dan panjangnya membentang hingga sekitar 10 kilometer. Hal ini menunjukkan peran yang vital dari situs ini sebagai pusat kegiatan pemerintahan dan pertahanan.

Sebagai pusat pemerintahan daerah, Situs Biting diduga digunakan sebagai tempat tinggal bagi pejabat pemerintahan dan masyarakat pada masa itu. Selain itu, situs ini juga berfungsi sebagai pusat administrasi yang mengatur berbagai aspek kehidupan, termasuk perdagangan, administrasi, dan kegiatan sosial dan budaya lainnya. Keberadaan Situs Biting sebagai benteng pertahanan juga menunjukkan peran pentingnya dalam melindungi wilayah dan pemerintahan dari potensi ancaman musuh.

Melalui wawancara dengan Bapak Tumpu Hariyono, kami dapat menyimpulkan bahwa Situs Biting merupakan sebuah situs arkeologi yang memiliki asal usul yang kuat terkait dengan sejarah Kerajaan Majapahit. Keberadaan situs ini sebagai sumber wisata edukasi yang potensial memungkinkan pengunjung untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sejarah Kabupaten Lumajang, terutama pada masa pemerintahan Arya Wiraraja. Pelestarian dan advokasi yang dilakukan oleh berbagai pihak juga menjadi faktor penting dalam menjaga keutuhan dan keberlanjutan situs ini sebagai warisan bersejarah yang berharga.

Temuan Arkeologi Dan Kehidupan Masyarakat Majapahit Dulu

Berdasarkan hasil observasi dan penelitian yang dilakukan, Situs Biting di Lumajang mengungkapkan temuan-temuan arkeologi yang menarik dan menggugah rasa ingin tahu. Tim arkeolog dan sekelompok mahasiswa dari UGM memulai eksplorasi pada tahun 2006 dengan tujuan untuk meneliti situs yang terletak di Lumajang. Pada saat itu, mereka tidak menyadari bahwa penemuan mereka akan membuka tabir misteri tentang situs ini.

Penelitian awal menunjukkan bahwa Situs Biting dapat dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit Timur yang disebut dalam Babad Tanah Jawa. Dugaan ini diperkuat oleh penemuan tumpukan batu bata yang berukuran besar di wilayah situs. Tumpukan batu bata ini memiliki dimensi sekitar 40 x 20 x 5 cm dan diduga terhubung dengan tumpukan batu lain yang masih terkubur di dalam tanah. Keberadaan tumpukan batu bata tersebut memberikan petunjuk tentang adanya sebuah benteng kerajaan Majapahit yang luas dengan perkiraan seluas 135 hektar yang tersembunyi di bawah tanah.

Penemuan ini berawal dari kolaborasi antara tim mahasiswa dan masyarakat setempat pada tahun 2006. Mereka menemukan tumpukan batu bata di area persawahan yang dimiliki oleh warga sekitar. Temuan ini kemudian dianalisis dengan bantuan peta situs yang dimiliki oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan. Pada tahun 2010, penggalian dan evakuasi dilakukan di beberapa area persawahan dengan melibatkan partisipasi aktif dari warga sekitar dan elemen masyarakat yang peduli terhadap peninggalan Majapahit.

Setelah melalui serangkaian penelitian dan penggalian, pada tanggal 10 April 2018, Situs Biting secara resmi ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Gubernur Jawa Timur, Bapak Soekarwo. Keputusan ini mengakui nilai sejarah dan kebudayaan yang terkandung dalam situs ini, serta pentingnya pelestarian dan pengelolaan yang berkelanjutan.

Temuan-temuan arkeologi yang diungkapkan oleh Situs Biting memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan masyarakat Majapahit pada masa lalu. Situs ini menjadi saksi bisu dari kejayaan Kerajaan Majapahit dan meninggalkan jejak-jejak berharga dari sejarah yang kaya. Penelitian dan penggalian yang dilakukan oleh tim arkeolog, mahasiswa, dan partisipasi aktif masyarakat setempat telah membantu mengungkap cerita yang tersembunyi di balik tembok zaman dulu.

dokumentasi di situs biting (dok. pribadi)
dokumentasi di situs biting (dok. pribadi)

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara kelompok kami  dengan Bapak H. Atim, juru kunci makam di sebelah Situs Biting. Penelitian yang telah dilakukan mengungkapkan bahwa Situs Biting memiliki nilai arkeologis yang signifikan. Temuan-temuan di situs ini memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat pada masa Majapahit dan era klasik Indonesia. Dalam penggalian, sisa-sisa benteng yang ditemukan mengindikasikan bahwa situs ini memiliki peran penting dalam pertahanan wilayah pada masa lalu. Struktur pertahanan yang kuat tersebut menunjukkan kecanggihan arsitektur dan keahlian teknis yang dimiliki oleh masyarakat pada masa itu.

Selain itu, temuan kerangka manusia di Situs Biting memberikan bukti tentang kehidupan dan pemakaman pada masa Majapahit. Melalui analisis antropologis dan arkeologis, para peneliti dapat memperoleh informasi tentang kesehatan, pola hidup, dan mungkin juga status sosial individu yang dimakamkan di situs ini. Hal ini memberikan wawasan yang berharga tentang sistem sosial dan budaya masyarakat Majapahit.

Wawancara dengan Bapak H. Atim juga mengungkapkan informasi menarik terkait kehidupan masyarakat pada masa lalu. Dalam percakapan tersebut, terungkap bahwa Situs Biting diyakini sebagai ibu kota kerajaan Lamajang Tigang Juru, yang merupakan negara otonom setara dengan Kerajaan Majapahit. Hal ini menunjukkan kompleksitas politik dan pemerintahan pada masa itu, serta peran penting situs ini dalam konteks politik regional.

Dalam konteks kehidupan sehari-hari masyarakat Majapahit, temuan arkeologi di Situs Biting juga memberikan petunjuk tentang aktivitas ekonomi, sosial, dan keagamaan. Artefak-artefak seperti peralatan rumah tangga, alat-alat pertanian, perhiasan, dan benda-benda keagamaan yang ditemukan di situs ini memberikan gambaran tentang kehidupan sehari-hari dan kepercayaan spiritual masyarakat pada masa Majapahit.

Pelestarian Situs Biting menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat, pemerintah, dan arkeolog. Melalui upaya pelestarian yang berkelanjutan, situs ini dapat menjadi sumber pengetahuan yang tak ternilai tentang sejarah dan budaya Indonesia. Pendidikan publik, penelitian lanjutan, dan pengembangan pariwisata berkelanjutan juga dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian situs ini.

Dalam wawancara dengan Bapak H. Atim, seorang juru kunci makam yang bertugas di sebelah Situs Binting, ia membagikan pengetahuannya tentang temuan arkeologi dan kehidupan masyarakat Majapahit pada masa lalu. Bapak Atim menjelaskan bahwa Situs Binting memiliki arti yang sangat penting bagi masyarakat setempat, karena situs ini menjadi saksi bisu dari masa kejayaan Kerajaan Majapahit.

Salah satu hal menarik yang diungkapkan oleh Bapak Atim adalah keberadaan tumpukan batu bata merah yang dapat ditemukan di sekitar Situs Binting. Menurutnya, batu bata merah tersebut memiliki ukuran yang besar dan menjadi ciri khas dari bangunan yang ada di situs tersebut. Keberadaan tumpukan batu bata ini memberikan petunjuk tentang keahlian arsitektur pada zaman Majapahit dan mencerminkan keindahan serta keunggulan konstruksi yang mereka miliki.

Selain tumpukan batu bata, Bapak Atim juga memaparkan bahwa Situs Binting menyimpan peninggalan lainnya yang sangat berharga. Artefak-artefak ini dapat ditemukan di Museum yang terletak di Kabupaten Lumajang, tempat di mana benda-benda tersebut disimpan dan dipamerkan. Menurut Bapak Atim, museum ini menawarkan pengunjungnya wawasan yang lebih mendalam tentang kebudayaan, seni, dan kehidupan sehari-hari masyarakat Majapahit. Di dalam museum, pengunjung dapat melihat arca-arca, peralatan keramik, serta fragmen arsitektur yang ditemukan di Situs Binting. Pameran ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan dan kegiatan masyarakat Majapahit pada masa lalu.

Dalam rangka menuturkan pengetahuannya, Bapak Atim mengungkapkan rasa bangganya terhadap warisan sejarah yang ada di sekitar Situs Binting. Ia berharap bahwa upaya pelestarian dan pengelolaan yang dilakukan akan terus berlanjut, sehingga generasi sekarang dan masa depan dapat terus menghargai dan mempelajari kekayaan budaya Majapahit yang terkandung di Situs Binting.

Dengan penjelasan yang detail dan penuh semangat seperti yang diberikan oleh Bapak Atim, hasil penelitian tentang temuan arkeologi dan kehidupan masyarakat Majapahit di Situs Binting menjadi lebih hidup dan memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang masa lalu yang kaya dan berharga.

Dalam kesimpulan, temuan arkeologi dan wawancara dengan Bapak H. Atim mengungkapkan kekayaan temuan arkeologi yang menarik di Situs Biting, serta memberikan wawasan tentang kehidupan masyarakat pada masa Majapahit. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah dan warisan budaya ini, kita dapat memperkaya dan menghormati warisan nenek moyang kita, serta meningkatkan apresiasi terhadap keberagaman budaya Indonesia.

 Peninggalan Budaya Dan Upaya Pelestarian Dan Pengelolaan Situs Biting

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Tumpu Hariyanto dan Bapak H. Atim, terungkap bahwa Situs Binting, peninggalan Kerajaan Majapahit di Kecamatan Sukodono, Kota Lumajang, memiliki petilasan dan makam yang memiliki nilai budaya yang signifikan.

Salah satu peninggalan budaya yang dapat ditemukan di Situs Binting adalah tumpukan batu bata merah yang menumpuk dan berserakan. Batu bata ini memiliki ukuran yang besar dan memiliki nilai keindahan yang khas, yang membedakannya dari batu bata pada umumnya. Keberadaan tumpukan batu bata ini menjadi salah satu ciri khas dari bangunan Situs Binting. Selain itu, sejumlah peninggalan lainnya juga dapat ditemukan di Museum yang terletak di Kabupaten Lumajang, di mana peninggalan-peninggalan dari Situs Binting tersebut dipamerkan.

Pelestarian Situs Binting dilakukan melalui upaya pengelolaan dan pembentukan pengurus yang berasal dari masyarakat setempat, termasuk Bapak Tumpu Hariyanto yang menjadi salah satu pengurus situs dan juga pembentukan pengurus makam di sekitar Situs Binting. Pada awalnya, pada tahun 2010, Situs Binting hanya dikelola oleh Cagar Budaya di Mojokerto yang dipimpin oleh Almarhum Bapak Sahal. Namun, mulai tahun 2011, terjadi kemajuan dan perbaikan dalam perawatan Situs Binting. Bapak Tumpu Hariyanto menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan saat ini adalah menjaga kelestarian Situs Binting dengan tidak merusak fasilitas atau mengambil batu bata yang ada di sana. Hal ini disebabkan karena keyakinan warga setempat bahwa mengambil batu bata tersebut akan mendatangkan nasib yang buruk.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pelestarian dan pengelolaan Situs Binting sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit di Kecamatan Sukodono, Kota Lumajang, telah dilakukan melalui sejumlah langkah yang melibatkan masyarakat, pemerintah, dan para ahli situs. Upaya ini bertujuan untuk menjaga kelestarian dan keaslian situs bersejarah ini agar tetap dapat dinikmati oleh generasi sekarang dan masa depan.

Pelestarian dan pengelolaan Situs Binting sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit di Kecamatan Sukodono, Kota Lumajang, dilakukan melalui berbagai upaya yang melibatkan masyarakat setempat, pemerintah, dan para ahli situs. Berikut adalah beberapa langkah yang diambil untuk menjaga kelestarian situs tersebut:

  • Pembentukan Pengurus:
  • Salah satu langkah penting dalam pelestarian Situs Binting adalah pembentukan pengurus yang terdiri dari masyarakat setempat. Pengurus ini bertanggung jawab dalam merawat, menjaga, dan mengelola situs serta makam yang terdapat di sekitar Situs Binting. Mereka bekerja sama dengan pemerintah dan para ahli untuk mengatur kegiatan pelestarian dan pengelolaan situs.
  • Perawatan dan Pemeliharaan:
  • Untuk menjaga kelestarian Situs Binting, dilakukan upaya perawatan dan pemeliharaan secara rutin. Ini melibatkan pemantauan terhadap keadaan fisik situs, seperti kestabilan struktur bangunan, kerusakan, dan erosi. Jika ditemukan kerusakan atau tanda-tanda penurunan, langkah-langkah perbaikan yang sesuai akan diambil untuk memastikan situs tetap terjaga dengan baik.
  • Edukasi dan Kesadaran Masyarakat:
  • Penting untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pelestarian Situs Binting dan nilai sejarah serta budayanya. Melalui program-program edukasi, seperti penyuluhan, pameran, dan kunjungan ke situs, masyarakat diberikan pemahaman yang lebih baik tentang warisan budaya mereka. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga dan melestarikan situs tersebut.
  • Peningkatan Keamanan dan Pengawasan:
  • Upaya perlindungan dan pengawasan juga diperlukan untuk mencegah tindakan vandalisme, pencurian artefak, atau kerusakan yang disengaja terhadap Situs Binting. Pemerintah dan pihak berwenang setempat harus memberikan perhatian khusus terhadap keamanan situs dan memastikan adanya pengawasan yang memadai oleh petugas keamanan atau penjaga situs.
  • Kolaborasi dengan Pihak Terkait:
  • Pelestarian Situs Binting juga melibatkan kerjasama dengan berbagai pihak terkait, seperti institusi pendidikan, lembaga kebudayaan, dan organisasi non-pemerintah. Kolaborasi ini dapat mencakup penelitian arkeologi, konservasi benda-benda bersejarah, pengembangan program pendidikan, dan peningkatan infrastruktur yang mendukung pelestarian situs.

Dengan menjalankan langkah-langkah ini secara terus-menerus dan berkelanjutan, diharapkan Situs Binting dapat tetap terjaga dan menjadi warisan yang berharga bagi generasi sekarang dan masa depan. Pelestarian dan pengelolaan Situs Binting sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit merupakan tanggung jawab bersama untuk melestarikan kekayaan budaya Indonesia yang kaya dan beragam.

Dengan demikian, melalui hasil penelitian dan wawancara dengan Bapak Tumpu Hariyanto dan Bapak H. Atim, kita dapat memahami bahwa Situs Binting merupakan warisan budaya yang berharga dari Kerajaan Majapahit. Keberadaan tumpukan batu bata yang khas, peninggalan lainnya, dan upaya pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat setempat, menjadi bukti penting tentang keberlanjutan dan penghargaan terhadap warisan sejarah dan budaya Indonesia.

Penulis: Auliya Rizqi Habiburrohman, Meivina Erlica, Taufiqul Khaliq, Zainul Hasan, M Chasbu Chasbi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun