INTRODUCTION
Istilah strategi bukanlah hal yang asing baik dalam lingkup pendidikan, manajemen, bisnis, hukum, terlebih lagi dalam hubungan internasional. Kajian strategi justru menjadi topik yang selalu hangat dibicaran oleh pengkaji studi Hubungan Internasional. Istilah strategi masih sulit untuk didefinisikan dan dibatasi.Â
Sampai pada abad ke-18 istilah strategi sering digunakan di Barat dan mulai banyak perubahan strategi sejak saat itu. Meskipun demikian, istilah strategi sering dikaitkan dengan konsep militer dan politik, suatu rencana yang bersifat luas dan menyeluruh dalam mengejar tujuan politik, termasuk penggunaan kekuatan dan ancaman, serta cara bertindak dua pihak yang berkonflik.Â
Sisi-sisi dari strategi ini saling berinteraksi satu sama lain sehingga diperlukan kemampuan beradaptasi untuk mencapai sebuah keberhasilan. Sejak dari zaman dahulu, beberapa konsep strategi telah diterapkan secara bertahan tanpa penulisan konsep dari praktisinya. Bahkan beberapa konsep strategi yang diterapkan pada saat ini berasal dari bukti tidak langsung (tanpa konsep tertulis) (Heuser, 2017).Â
Hans Delbruck dalam bukunya The History of the Art of War within the Framework of Political History kemudian menggambarkan bahwa dalam mempersiapkan dan memperjuangkan sebuah perang, dibutuhkan yang namanya seni perang yang berfokus kepada tujuan ekonomi, politik, sosial, dan ideologis (termasuk agama).Â
Gambaran ini menunjukkan bagaimana strategi tidak hanya terbatas kepada ruang lingkup yang sempit, yaitu militer. Hubungan dari aspek-aspek ini merupakan inti dari strategi yang tidak muncul dalam literatur Barat sampai kepada abad ke-18 (Delbruck, 1920).
Dalam Hubungan Internasional dikenal istilah Grand Strategy. Grand Strategy pertama kali diungkapkan oleh Liddell Hart dengan menyatakan bahwa Grand Strategy lebih tidak hanya tentang kemenangan perang, melainkan bagaimana kita mendapatkan kedamaian dan rakyat yang lebih sejahtera setelah terjadinya perang bahkan lebih baik dari pada sebelum perang terjadi (Hart, 1967).Â
Grand Strategy adalah tingkat tertinggi dari tatanan nasional suatu negara yang menetapkan bagaimana negara dan unit politik lainnya memobilisasi dan memprioritaskan kekuatan militer, ekonomi, diplomatik, politik dan lainnya untuk mencapai kepentingan mereka.Â
Kepentingan-kepentingan ini bertujuan untuk mengejar kepentingan domestik tertentu, kelangsungan hidup negara, koalisi ide, ataupun membangun tatanan regional dan global secara tertentu. Istilah "Grand" dalam konteks ini sering disalahartikan sebagai tujuan ekspansif ataupun ambisius suatu negara, melainkan bagaimana negara mengelola sumber daya yang ada dengan tujuan yang berdampak luas kepada negara.Â
Konsep ini muncul dari dominasi militer pada masa perang dan damai. Kekuatan militer yang dimaksudkan di sini tidak terbatas kepada pemaksaan, tetapi juga instrumen lain seperti diplomasi, pembangunan aliansi, insentif keuangan, kebijakan ekonomi, propaganda publik ataupun intelijen, serta mobilisasi politik bangsa.Â
Dalam sudut pandang realisme, tujuan Grand Strategy cenderung diartikan sempit kepada jaminan keamanan, baik melalui status quo atau mencari hegemoni.Â
Sedangkan kaum liberalis menekankan kepada kepentingan dan ideologi serta koalisi domestik, juga hasil strategi yang lebih luas seperti tatanan internasional yang diinginkan oleh suatu negara (Hooft, 2019).
SUN TZU'S THEORY OF STRATEGY
Sun Tzu adalah seorang Panglima militer  Tiongkok, yang juga merupakan seorang penulis, filsuf, dan ahli strategi militer. Sun Tzu selain kelihaiannya dalam strategi militer, dia juga terkenal karena sebuah karya bukunya yang berjudul The Art of War.Â
Berkat pemikiran strategi Sun Tzu dalam bukunya itu, filosofi dan pemikiran militer Barat dan Asia Timur banyak mendapat pengaruh dan pengetahuan baru dalam strategi perang.Â
Meskipun pemikiran Sun Tzu sudah termasuk ke dalam karya yang sudah sangat lama, namun pemikirannya terkait strategi masih sering diterapkan hingga saat dewasa ini.Â
Teori pemikiran strategi Sun Tzu sangatlah luar biasa. Dalam bukunya, dia mengawali dengan sebuah statement yang menyatakan "Warfare is a great concern of a nation as it is a matter of life and death, a road either to safety or to ruin. Hence, it demands through comprehension and investigation" (Moon, 2018).Â
Dalam konteks ini, buku Sun Tzu disusun untuk menuntun para penguasa dan jenderal tentang cara mengelola dan memenangkan sebuah perang.Â
Para pemimpin ini harus mempertimbangkan akibat dari perang yang menimbulkan kerugian ekonomi yang besar, korban jiwa yang banyak, dan efek berbahaya lainnya.Â
Sun Tzu dalam konteks ini sangat menekankan pertimbangan yang sangat mendalam dari para pemimpin negara atau kelompok jika memutuskan untuk berperang. Pertimbangan secara internal maupun eksternal harus dipikirkan secara baik-baik (Moon, 2018).
Sun Tzu dalam pemikiran strateginya mengatakan bahwa perang didasari atas dasar penipuan. Ketika kita mampu menyerang lawan kita, maka berpura-puralah kita tidak mampu menyerang.Â
Ketika kita sedang menggunakan kekuatan yang kita punya, bertindaklah seakan-akan kita pasif menggunakannya. Ketika kita sedang berada dekat dengan musuh kita, maka kita harus membuat musuh kita percaya bahwa kita sedang berada jauh dari mereka, dan ketika kita jauh kita harus membuat mereka merasakan kita dekat satu sama lain. Strategi penipuan ini akan membantu kita untuk melemahkan strategi lawan yang telah dipersiapkan.Â
Untuk itu, Sun Tzu mengatakan bahwa jika anda mengenali musuh anda dan diri anda sendiri dengan baik, maka anda tidak perlu takut untuk hasil ratusan pertempuran. Strategi dari Sun Tzu ini sangat memberikan dampak positif bagi seluruh elemen pemimpin. Segala sesuatu berasal dari kemampuan kita untuk memerangi lawan kita.Â
Dan kita akan bisa mengukur sejauh mana kemampuan kita jika kita mengetahui bagaimana kekuatan dan kelemahan lawan kita. Sebab strategi perang adalah menghindari kekuatan lawan dan memukul kelemahan lawan.Â
Jika kita dapat mengikuti dengan benar dan mempelajari dengan seksama maka kita dapat mengatur strategi yang tepat agar kita bisa memenangkan suatu pertempuran. Sun Tzu sangat percaya bahwa keunggulan tertinggi terdiri dari menghancurkan perlawanan musuh tanpa pertempuran. Dan kunci untuk melakukannya adalah mengetahui dunia musuh anda (Guide, 2017).
CASE STUDY : CHINA'S GRAND STRATEGY
China adalah kekuatan raksasa yang muncul dalam beberapa tahun terakhir dengan kebangkitan ekonomi mereka yang berpengaruh sangat luas dalam tatanan ekonomi politik global.Â
Kekuatan China yang besar ini tentunya memberikan dampak bagi kekuatan hegemoni besar lainnya, yaitu Amerika Serikat. Amerika Serikat sebagai negara adidaya yang berkuasa selama bertahun-tahun sejak berakhirnya Perang Dingin, mulai melengser dari panggung kontestasi politik, ekonomi, dan pertahanan keamanan internasional dengan bangkitnya kekuatan China.Â
China dengan kemampuannya, berhasil membuat big enemy, yaitu Amerika Serikat ketar-ketir dalam memperjuangkan kembali kekuasaan mereka seperti dahulu. Tentunya dengan kemajuan China yang sangat pesat ini tidak terlepas dari strategi besar mereka.Â
Perjuangan selama bertahun-tahun tentunya tidak akan berjalan dengan mulus jika para pemegang tambuk kekuasaan dan masyarakat tidak membangun strategi kuat dan berpengaruh.Â
Namun, lebih daripada itu, seperti pepatah mengatakan "lebih mudah meraih daripada mempertahankan", maka bangkitnya China menjadi cambuk sendiri bagi mereka. Bagaimana China bisa mempertahankan pengaruhnya saat ini dan memperluas kekuasaannya di masa depan adalah bagian terpenting dimasa sekarang ini. Sama halnya seperti roda berputar, tidak selamanya seorang penguasa tetap berada di posisi atas.Â
Akan ada saatnya dia akan berada di posisi bawah. Namun, roda berputar dapat berhenti jika ada pengganjal besar yang membuatnya berhenti berputar dan tetap berada di atas. Demikian juga halnya dengan China. China membutuhkan pengganjal yang mampu untuk membuat China terus berada di atas. Untuk mencapai hal tersebut maka China membentuk Grand Strategy.
Grand Strategy China yang sedang mereka adaptasi untuk membentuk lingkungan eksternal yang lebih proaktif dan membantunya dalam menghadapi tantangan lingkungan, ekonomi, dan strategisnya sambil merangsang multipolaritas yang lebih kuat, dijalankan melalui "new Silk Road".Â
March Westward seorang pakar terkemuka China dalam keamanan internasional dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat berpendapat bahwa China harus menanggapi penyeimbangan kembali kekuatan Amerika Serikat dengan memperluas keterlibatan ekonomi, politik, dan diplomatiknya ke barat, termasuk melalui pengembangan new Silk Road (Bondaz, 2015).Â
Enam bulan setelah Xi Jinping menjabat sebagai Presiden China, Silk Road Economic Belt telah memperluas konektivitas infrastruktur, perdagangan, dan keuangan dari China ke Barat melalui Eurasia hingga ke Eropa. Namun, 18 bulan berikutnya dibentuklah One Belt, One Road yang mengadaptasi strategi lebih besar untuk mengatasi tantangan ekonomi dan lingkungan dan dengan penyeimbangan kembali Amerika Serikat.Â
Target baru dari One Belt, One Road ini adalah pasar baru di Timur Tengah, Asia Selatan, cekungan Kaspia, dan Asia Tengah, serta meningkatkan kehadiran signifikan China di pasar Eropa. Kehadiran Grand Strategy China di Teluk Persia sebagai wilayah yang tidak dianggap penting oleh Washington membuat negara-negara Timur Tengah menyadari bahwa kehadiran China membawa stabilitas bagi mereka dalam jangka waktu yang panjang.Â
Sehingga dengan adanya One Belt, One Road, China dapat mendorong pendistribusian pengaruh geopolitik yang lebih seimbang melalui cara-cara nonmiliter yang tidak hanya berfokus di Asia Tengah tetapi juga China fokus di Teluk Persia (Leverett & Bingbing, 2016).
Dari Grand Strategy China di atas melalui new Silk Road maupun One Belt, One Road menunjukkan bagaimana China telah menerapkan teori strategi Sun Tzu dalam pelaksanaan Grand Strategy mereka. Kekuatan utama China terletak di bidang ekonomi.Â
China mampu untuk menggait negara lain untuk bekerjasama dengan mereka dalam bidang ekonomi sehingga dapat berdampak kepada aspek-aspek lainnya. Upaya China melalui Grand Strategy berhasil memperluas jangkauan pengaruh mereka di dunia internasional. Amerika Serikat sebagai big enemy China kuat dalam pertahanan keamanan tetapi telah dilangkahi oleh China dalam bidang ekonomi.Â
Dengan demikian, Sun Tzu yang mengatakan bahwa jika anda mengenali musuh anda dan diri anda sendiri dengan baik, maka anda tidak perlu takut dalam menghadapi ratusan peperangan. China dan Amerika Serikat dalam kontestasi tatanan politik global adalah dua kekuatan yang saling menyerang satu sama lain.Â
Melalui Grand Strategy China, mereka telah berusaha untuk mempertahankan kekuatan mereka saat ini dan tidak menutup kemungkinan akan lebih memperluas jangkauan pengaruh mereka di masa yang akan datang.
CONCLUSION
Istilah strategi masih sulit untuk didefinisikan dan dibatasi. Meskipun demikian, istilah strategi sering dikaitkan dengan konsep militer dan politik, suatu rencana yang bersifat luas dan menyeluruh dalam mengejar tujuan politik, termasuk penggunaan kekuatan dan ancaman, serta cara bertindak dua pihak yang berkonfik.Â
Namun, seiring berjalannya waktu istilah strategi mulai mengalami perluasan makna. Strategi tidak hanya terbatas kepada ruang lingkup yang sempit, yaitu militer tetapi juga ekonomi, politik, sosial, dan ideologis (termasuk agama).Â
Dalam Hubungan Internasional dikenal istilah Grand Strategy. Grand Strategy adalah tingkat tertinggi dari tatanan nasional suatu negara yang menetapkan bagaimana negara dan unit politik lainnya memobilisasi dan memprioritaskan kekuatan militer, ekonomi, diplomatik, politik dan lainnya untuk mencapai kepentingan mereka.Â
Dalam menentukan sebuah strategi, tentu kita harus mempunyai dasar-dasar strategi yang jelas. Sun Tzu adalah seorang Panglima militer Tiongkok, yang juga merupakan seorang penulis, filsuf, dan ahli strategi militer. Sun Tzu mengatakan bahwa jika anda mengenali musuh anda dan diri anda sendiri dengan baik, maka anda tidak perlu takut untuk hasil dari ratusan pertempuran.Â
Begitu halnya yang dilakukan oleh China dalam Grand Strategy mereka. Melalui new Silk Road serta One Belt, One Road, China mampu untuk mempertahankan kekuatan mereka saat ini dan tidak menutup kemungkinan akan lebih memperluas jangkauan pengaruh mereka di masa yang akan datang.
BIBLIOGRAPHY
Bondaz, A. (2015). "ONE BELT, ONE ROAD": CHINA'S GREAT LEAP OUTWARD. London: European Council of Foreign Relations.
Delbruck, H. (1920). The History of the Art of War within the Framework of Political History. (W. J. Jr, Trans.) German: Westport.
Guide, T. L. (2017, February 9). Sun Tzu - The Art of War Explained In 5 Minutes. Retrieved December 3, 2021, from The Life Guide: youtube.com
Hart, B. H. (1967). Strategy: The Indirect Approach (Rev ed.). London: Faber and Faber.
Heuser, B. (2017, April 28). Strategy. Retrieved December 2, 2021, from Oxford Bibliographies: www.oxfordbibliographies.com
Hooft, P. v. (2019, June 3). Grand Strategy. Retrieved December 2, 2021, from Oxford Bibliographies: www.oxfordbibliographies.comLeverett, F., & Bingbing, W. (2016). The New Silk Road and China's Evolving Grand Strategy. China Journal , 110-132.
Moon, H.-C. (2018). Getting Started: Overall Assessment. In The Art of Strategy: Sun Tzu, Michael Porter, and Beyond. Cambridge: Cambridge University Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H