"Pria berpindah karena pandangannya, sedang wanita berpindah karena hatinya"
kutipan ini menampar bagi setiap insan yang masih percaya dan menganut bahwa cintanya akan baik-baik saja. Sebab tidak ada yang tahu kapan kisah cintanya akan luluh lantak.
Cinta dapat mendatangkan anugerah dan bencana. Duanya tak dapat bersatu namun berdampingan, tinggal melihat siapa yang akan paling mendominasi diantara keduanya. Mengapa cinta yang digadang-gadangkan sebagai anugerah dari Allah dapat membawa bencana didalamnya?
"Bawasannya semua hal yang diberikan Allah adalah baik yang merubahnya menjadi buruk adalah sifat manusia yang tiada puas"
Sudah alaminya manusia diciptakan memiliki "nafsu ketidakpuasan", manusia akan terus mencari kepuasan atas segala sesuatu yang tidak akan pernah tercapai suatu kepuasan yang tertinggi jika diraih dari tangan manusia.Â
Klasifikasi tertinggi dalam sebuah buruknya sebuah hubungan adalah hadirnya pengkhianatan.Â
"Lahirnya penghianatan adalah buah ketidakpuasan"
Siapapun akan mengalaminya dan jangan pernah merasa sombong tidak merasakannya, sekalipun kamu tidak mengetahui. Sebagai manusia yang merasa hidupnya ingin baik-baik saja, hal ini tidak bisa disangkal. Kesetiaan dan penghianatan pasti selalu berdampingan sama halnya dengan kebaikan dan keburukan, tinggal melihat siapa yang paling mendominasi.Â
Telah disinggung diawal bahwa pengkhianatan lahir dari ketidakpuasan. Cinta yang seharusnya membawa anugerah berubah bencana karena hadirnya "ketidakpuasan" didalamnya. Terdapat perantara yang menjembatani berubahnya sebuah kebaikan menjadi keburukan.
Sadarkah kita? layaknya kebaikan, apakah penghianatan dapat dilihat sisi baiknya juga?
Tentu bisa.Â
"Belajarlah untuk melihat sekecil apapun kebaikan didalam sebuah keburukan, supaya kita sadar bahwa keduanya berdampingan dan tak bisa bersatu"
Saya merasakan sekali seseorang yang merasakan dikhianati pasti sakitnya bukan main dan meninggalkan trauma setelahnya. Namun pelajaran kebaikan apa saja yang bisa kita ambil dari cerita penghianatan?
1. Percayalah trauma itu akan membawamu jauh lebih kuat dari sebelumnya.
Mungkin diawal kamu akan menjadi manusia yang paling lemah namun ingat ada Yang Maha Menyembuhkan, ia akan menguatkanmu jauh lebih kuat dari sebelumnya.Â
Trauma tersebut adalah sinyal bahaya yang diberikan-Nya kepadamu jikalau kamu akan menghadapi penghianatan kembali. Sekalipun kamu lengah dan dikhianati kembali, traumamu akan terus membentuk menjadi "lapisan yang paling tebal" hingga sulit untuk ditembus. Ingatlah kata-kata saya trauma bagai istana pasir sekalipun ringkih dan mudah terkikis karena ombak kita akan membangun dan mempertebal kembali dindingnya.Â
2. Percaya atau tidak, rasa sakitmu adalah rasa sayang Allah kepadamu
kedua, sifat alamiah manusia adalah mudah terlena. Tak dipungkiri dunia ini fana dan akan mudah membawamu pada hal-hal yang tidak baik jika terlalu menikmatinya.Â
Dunia memang didesain menjadi tempat yang paling indah nan nikmat untuk sementara waktu. Dia Yang Maha Penyayang, tidak senang melihat hambanya terlena dengan kenikmatan dunia. Dengan memberikan rasa sakit, menjadi suatu teguran-Nya kepadamu untuk kembali kejalannya.Â
3. Intropeksi diri
Menjadi korban yang tersakiti sepatutnya jangan merasa sombong dan playing victim. Secara tidak sadar dirimu yang disakiti melalui penghianatan juga ada akibat dari kesalahanmu yang terdahulu. Ingat bahwa dunia juga didesain menjadi tempat penghukuman. Secara umum saya bahasakan penghukuman disini adalah karma.Â
Sekali lagi dia Yang Maha Adil memberikan hukuman didunia ada maksud dan tujuannya. Memang jika dijalankan terkesan berat dan menyedihkan namun jika diberikan alternatif lain bisakah kamu menanggung pedihnya  hukuman diakhirat atas kesalahan-kesalahanmu? Sekali lagi, Allah membersihkan dosamu di dunia karena Allah mengetahui betapa sengsara dan merananya hukuman diakhirat kelak.
Peringatan yang perlu dipahami dari sebuah kajian yang saya ikuti bahwa berbagai macam bentuk penghianatan, bahwa berkhianat masuk kedalam dosa besar ke-39. Harus digaris bawahi bahwa ini adalah dosa besar dan bukan perbuatan yang patut dimaklumi serta bertopengkan kekhilafan.
"Katakanlah: Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." (Surah al-Maidah [5]: 100)
Notes : Tulisan ini tersusun dari berbagai macam kompilasi sumber yang saya baca dan hasil pemikiran pribadi. Perbedaan pendapat silahkan tulis di kolom komentar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H