Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Menjalani PSBB Selama 2 Minggu Lebih di Kota Bekasi

3 Mei 2020   12:32 Diperbarui: 3 Mei 2020   12:31 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa kerja di rumah adalah kemewahan. Sudah banyak orang yang menyadari ini dan menuliskannya di media. Suamiku, sebagai teknisi, juga tidak bisa bekerja di rumah. Aku maklum pada orang-orang yang tidak diam di rumah selama PSBB karena bekerja.

Biaya hidup tidak juga berkurang meski sudah dipangkas sana sini. Orang-orang sepertiku masih harus membayar sewa rumah. Ada juga yang masih harus membayar cicilan ini dan itu. Harga-harga kebutuhan pangan merangkak naik (bahkan tanpa adanya virus Corona, harga pangan memang tidak murah di bulan Ramadan seperti ini).

Bantuan pemerintah belum bisa diharapkan. Dari sekian banyak orang yang ekonominya terganggu di masa pandemi seperti ini, hanya orang-orang terpilih yang mendapatkan bantuan. Sebagai warga kelas menengah, aku sebetulnya juga merasa terhimpit. Tabunganku pas-pasan tapi mau minta bantuan sosial juga tidak pantas.

Yang jadi masalah adalah, orang-orang yang berkeliaran tanpa kepentingan yang jelas dan mendesak. Orang-orang yang masih jalan-jalan dan berkumpul. Betul, penderita covid-19 yang meninggal itu banyaknya terjadi di kelompok lansia dan memiliki penyakit penyerta yang lain. Tapi semua orang tetap bisa kena. Dan kalau pemuda yang terinfeksi virus tanpa gejala menulari orang yang kondisinya rentan memburuk, itu akan menjadi mimpi buruk orang itu.

Tanpa informasi yang cukup dari pihak yang berwenang, informasi-informasi menyimpang yang diutarakan oleh-orang-orang yang tidak bertanggung jawab menjadikan sosial media sebagai ajang adu bacot. Sifat media sosial seperti itu sih ya. Memberi panggung untuk semua orang.

Informasi yang tidak disampaikan dengan jelas, ditambah dengan kesulitan ekonomi yang nyata membuat orang-orang tidak waspada. Walaupun ada juga sih, orang-orang yang tidak waspada itu adalah orang-orang bebal. Sebelum mereka sendiri sekarat karena terinfeksi virus Corona, mereka tidak percaya virus itu ada. Bahkan ada orang-orang yang berfikir bahwa Covid-19 adalah rekayasa elit global (siapa sih yang dimaksud).

Harapanku sebenarnya sederhana, kita semua bisa menjaga kesehatan diri, menjaga kebersihan lingkungan, dan menerapkan jaga jarak dengan baik. Pemerintah mengawal semuanya dan memberikan bantuan sepenuhnya. Seperti negara-negara lain yang sudah mulai menata hidupnya kembali.

Aku harap secepatnya, kita bisa berkumpul di tempat-tempat umum tanpa dihantui oleh virus Corona. Nggak ada yang kangen nge-mall, kah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun