Ada orang-orang yang bahkan rela tetap masuk kerja dan gajinya dibayar dicicil. Yang penting, perusahaan tidak bangkrut dan mereka masih bisa bekerja. Mereka masih bisa mendapat uang walaupun sedikit demi sedikit. Kebayang nggak sih cari kerja di tengah situasi tidak tentu seperti ini?
Aku membaca balasan tweet dari seorang pengusaha. Menurut dia, ini masa yang sulit untuk pengusaha. Dia harus menjaga karyawan-karyawannya dari infeksi corona tapi dia juga tidak bisa kalau harus menutup tempat usahanya walaupun omset yang didapat kecil. Itu lebih baik dari tidak ada omset sama sekali karena dia harus membayar gaji karyawannya.
Tapi bukankah perusahaan biasanya sudah menganggarkan THR karyawan dari keuangan bulanan mereka? Biasanya sih gitu.Â
Masalahnya, di kondisi seperti ini ada post-post pemasukan yang tidak terisi sehingga uang yang ada biasanya digunakan untuk hal lain yang lebih mendesak terlebih dahulu. Misalnya, membayar gaji bulanan. Lucu nggak kalo kalian dapet THR tapi nggak dapet gaji bulanan?
Nggak adil? Ya beginilah dunia.
Ini masa yang sulit untuk semua orang. Mungkin bukan semua orang. Tapi banyak orang. Ini adalah masa yang sulit untuk banyak orang.
Bagaimana dengan aku sendiri?
Sudah hampir 2 tahun aku bekerja serabutan dan berjualan. Selama itu pula, tidak ada tunjangan hari raya yang aku dapat. Jadi, THR bukan folus utamaku.Â
Sayangnya, suamiku juga menyampaikan skenario terburuk kalau-kalau lebaran ini dia juga tidak dapat THR bila kondisi masih begini.
Ya, aku menerima itu dengan lapang dada. Ya mau bagaimana lagi, kan? Bukan aku yang punya perusahaan tempat suamiku bekerja.
Toh kemungkinan untuk mudik sudah nyaris 0. Kalaupun pemerintah tidak melarang mudik, aku tidak akan mudik selama pandemi masih berlangsung.Â