Milktea itu (ini yang aku rasakan ya. Setiap orang memiliki batas toleransi yang berbeda), kalau diminum sedikit, dalam ukuran gelas dia yang paling kecil, rasanya memang nagih. Namun kalau aku minum yang ukuran paling besar, akan mulai ada penolakan dari tubuh. Perut yang terasa kembung, tenggorokan yang mulai nggak nyaman, sampai rasa pusing.
Pernah nggak sih kalian tergila-gila sama suatu makanan. Namun ketika keturutan untuk bisa makan sebanyak-banyaknya, kalian kemudian berada di satu titik tempat kalian berkata, "gue nggak akan makan ini lagi untuk jangka waktu yang sangat lama." Bisa kita bilang titik itu adalah titik jenuh, kali ya?
Misalnya kalian suka banget sama mie instan. Kemudian kalian mau makan mie instan selama seminggu penuh. Pada hari kelima, kalian sudah sampai di titik jenuh itu. Dan sejak saat itu hingga jangka waktu yang lama, kalian tidak lagi mau melihat mie instan.
Hal-hal semacam itu yang, menurutku, harus kita cermati. Ketika titik itu muncul, mungkin tubuh perlu waktu untuk memperbaiki ketidakseimbangan yang terjadi karena kita terlalu banyak makan sesuatu. Dalam kasus milktea, aku yakin titik jenuh itu muncul sebelum kita menghabiskan 5 liter.
Kalau seandainya, tiba-tiba ada yang meletakkan segalon milktea berukuran 5 liter di depan pintu kamar teman-teman, apakah kalian akan membaginya? Atau menghabiskannya seorang diri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H