Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Seminar Keuangan Berbayar, Penting Nggak, Sih?

22 Januari 2020   10:27 Diperbarui: 22 Januari 2020   15:54 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betul sih, kalau kita mau mengulik di internet, materi-materi seperti ini bisa kita dapatkan. Ada banyak hal yang mesti diperhatikan ketika kita belajar dari internet. 

Apakah materi yang kita dapat dari internet adalah valid? Apakah materi yang kita dapat dari internet bisa kita aplikasikan pada kondisi kita? Apakah kita punya waktu untuk itu semua?

Aku kasih cerita. Aku pernah terjebak di investasi yang salah. Dan itu menghamburkan uangku lebih dari 200 ribu. Sampai sekarang, aku masih berusaha untuk mengiklaskannya dan berkata pada diri sendiri bahwa itu adalah harga yang harus kubayar untuk kebodohanku.

Aku jadi berasa promosi acaranya kelas seminar keuangan, ya?

Maksudku bukan itu sih. Tapi memang ada harga yang harus dibayar untuk sebuah ilmu. Kayak misalnya kita ikut kelas-kelas yang diadakan media di Jakarta. Untuk orang Jakarta saja, kelas-kelas tersebut masih mahal. 

Harganya bisa lebih dari 1 kali gaji mereka. Dengan ilmu yang didapat, peserta kelas-kelas tersebut bisa menambah pengetahuan dan kemampuan mereka. Hal itu memungkinkan mereka mendapatkan penghasilan yang lebih besar.

Demikian juga dengan keuangan. Dengan ilmu yang didapat, tentu kita berharap lebih bisa mengatur keuangan kita dengan bijaksana, kan? Intinya, literasi keuangan itu penting. 

Di masa yang tidak menentu seperti ini, kita harus memiliki ilmu tentang pengelolaan uang sehingga kebutuhan kita bisa tercukupi. Syukur-syukur bisa ada yang disimpan untuk tabungan masa depan.

Kalau menurutmu uang dua ratus ribu itu banyak, ya berarti kelas ini bukan buat kamu. Di Jakarta saja, seminar keuangan ada kok yang bayarannya seratus ribu. Itu pun masih mendapat reksadana senilai 50 ribu. Nggak harus ikut kelas yang 200 ribu ini. Pasti masih ada pilihan yang lain dengan fasilitas yang disesuaikan.

Supaya tidak dibilang kapitalis, mungkin sekali-sekali perencana keuangan bisa membuat semacam pengabdian masyarakat untuk orang-orang yang tidak mampu membayar kelas premium mereka. Kalau bisa, sekalian menggandeng orang-orang yang bisa membantu mereka menambah penghasilannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun