Disclaimer:
Ini adalah kisah dan pengalamanku. Tidak mewakili apa dan siapa pun. Orang lain bisa memiliki pengalamannya sendiri dalam mendefinisikan pekerjaan yang berharga.
Di buku Outliers, Gladwell menanyakan pada pembaca: "jika saya menawarkan sebuah pilihan antara menjadi arsitek bergaji $75.000 setahun dan bekerja sebagai penjaga karcis tol setiap hari selama hidup demi $ 100.000 setahun, mana yang akan Anda ambil?"
Pertanyaan ini, pernah aku terima dari seorang teman. Tidak sama persis, sih. Tapi intinya dia bertanya: mengapa aku memilih melepaskan profesi apoteker dan merintis sebuah toko buku?
Di ulang tahun Bukumee yang pertama (harusnya kemarin, sih), izinkan aku membagi jawaban itu dengan pembaca semua.
Beberapa orang yang dekat denganku tahu betul bahwa dunia obat-obatan adalah dunia yang sangat menarik bagiku. Aku belajar dengan tekun selama kurang lebih 4,5 tahun aku kuliah hingga mendapat gelar "sarjana farmasi, apoteker". Obat-obatan adalah keajaiban yang diciptakan dalam penelitian yang panjang dan aku selalu terpesona olehnya.
Sampai sekarang, aku masih mengikuti perkembangan penemuan obat baru, obat-obat apa saja yang ditarik dari peredaran, dan semacamnya. Di beberapa kesempatan, aku juga masih menulis tentang obat-obatan di Kompasiana.
Namun setelah aku bekerja beberapa tahun sebagai apoteker, aku merasa aku tidak punya harapan untuk berkembang. Banyak hal yang tidak sesuai dengan apa yang aku pelajari. Aku merasa menjadi penjaga karcis tol yang hidup demi $ 100.000 setahun itu.
Aku berbicara pada bapakku soal ini. Dia harus tahu apa yang aku alami, aku rasakan, dan apa yang akan aku lakukan. Bagaimanapun, bapakku yang membiayai kuliahku dari awal sampai akhir. Bapakku bilang, mungkin aku hanya berada di tempat yang salah. Mungkin beliau benar.
Tapi di mana tempat yang benar? Aku yakin tempat itu ada. Tapi ke mana aku mencarinya?
Aku kemudian berkata pada bapakku, aku ingin banyak membaca, sebuah hobi yang aku tekuni sejak aku masih sangat muda, dan menulis. Bapakku berkata, "lakukan saja apa yang mau kamu lakukan. Yang penting, bantu suamimu. Jangan bertengkar sama dia."