Waktu memilih tempat tinggal ini, aku tidak kepikiran banjir sih sebetulnya. Aku mencari rumah yang lebih besar dan suasananya lebih tenang. Buku-buku yang aku jual bertambah banyak. Aku juga butuh ruang yang tenang untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaanku.
Ketika melihat rumah kontrakan ini, aku merasa nyaman saja dengan lokasinya yang berada di samping musola. Karena itu artinya, seharusnya tidak ada yang boleh berisik-berisik. Dan kebetulan , pemilik rumahnya juga sangat perhatian dan peduli dengan kenyamanan orang yang mengontrak di tempatnya.
Sekarang, aku merasa beruntung dan bersyukur sekali karena tempat tinggalku tidak ikut terendam banjir. Namun sepertinya, tidak adil juga kalau pemetaan daerah yang banjir dan tidak berdasarkan bencana yang terjadi kemarin ini.
Dulu, setelah menikah, aku mengontrak di belakang rumah kontrakan Si Penjual Lampu. Nyatanya, selama setahun lebih tinggal di sana, tidak pernah ada air yang masuk ke rumah. Mau sederas dan selama apapun hujan yang datang.
Di rumah simbah di Jatiwaringin Bekasi, sejak dulu, air tidak pernah sampai masuk ke dalam rumah walaupun jalanan utamanya selalu menjadi sungai di kala hujan deras datang. Demikian juga dengan di rumah budhe di Perumahan Puri Gading Bekasi. Tapi kemarin, air bisa sampai masuk ke dalam rumah mereka.
Bagaimanapun, ini adalah bencana yang besar. Kejadian luar biasa. Hampir semua tempat terendam air. Perumahan yang selama bertahun-tahun bebas tiba-tiba ikut terkena banjir. Jalan-jalan utama di Kota Bekasi banyak yang terkena banjir hingga pintu tol terpaksa ditutup. Bahkan bangunan seperti mall dan rumah sakit ikut terkena banjir.
Untuk orang-orang yang tinggal mengontrak, pindah tinggal ke tempat-tempat yang tidak terkena banjir memang mudah dilakukan. Tapi bagaimana kalau yang kebanjiran itu adalah rumah mereka yang bahkan KPRnya pun belum lunas?
Menurutku, ini adalah wake up call untuk kita semua. Untuk level pejabat, ini jelas panggilan untuk mereka membuat kebijakan lebih memrioritaskan lingkungan dalam pembangunan. Pembangunan infrastruktur yang sedang digenjot jangan sampai mengabaikan dampak lingkungannya.
Untuk rakyat jelata sepertiku, ini adalah panggilan untuk merubah gaya hidup. Apakah aku masih suka menimbun barang-barang yang tidak perlu di rumah? Apakah aku sudah berusaha untuk mengurangi sampah? Kalau belum, yuk kita mulai dari sekarang. Yuk kita ajak orang-orang lain juga. Sehingga di mana pun kita tinggal, akan selalu menjadi tempat yang menyenangkan.