Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sampah Sisa Banjir dan Hidup (Harus) Minimalis

4 Januari 2020   21:29 Diperbarui: 6 Januari 2020   14:34 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi truk pengangkut sampah (sumber: pxhere.com)

Sejak pukul 7 pagi, truk sampah sudah berdiam di depan musola komplek tempat tinggalku. Lebih dari 5 orang petugas berkeliling komplek mengangkut sampah warga. 

Pukul 8 pagi, truk sampah masih berdiam di sana. Beberapa orang warga membantu meringankan pekerjaan petugas dengan membawa sendiri sampah mereka mendekati truk tersebut.

Sampah yang dibawa oleh truk bukan sekadar sampah rumah tangga seperti biasanya. Kali ini, truk harus menampung sampah-sampah sisa banjir serta bekas makanan dan peralatan sekali pakai ketika warga mengungsi.

Hasilnya, truk pergi dengan membawa segunung penuh sampah. Sampai-sampai, petugas menambahkan papan-papan di bak bagian atas supaya sampah yang tertampung bisa lebih banyak dan tidak tumpah saat truk berjalan.

Yang paling terlihat dari sampah-sampah tersebut adalah kasur busa yang berwarna kehitaman karena terkena lumpur. Ada juga perabot kayu yang hancur bagian bawahnya. Mungkin karena terendam air beberapa lama.

Ini baru sampah di komplek ini. Yang banjirnya memang tidak terlalu parah dan tidak semua rumah terendam air. Bagaimana nasibnya daerah-daerah yang terbenam air hingga ketinggian 2 meter? Bagaimana dengan daerah-daerah yang lebih dekat dengan sungai?

Kemarin sore, aku hendak ke supermarket untuk membeli telor. Namun laju motor kami terhenti di depan perumahan yang masih terendam air hingga pinggang orang dewasa. Di gerbang perumahan itu aku melihat kantong-kantong sampah berbaur dengan ranting-ranting pohon dan perabotan lain yang hanyut.

Tadi pagi di Instagram @infobekasi.coo, banyak orang yang mengunggah foto sampah-sampah sisa banjir. Apalagi yang lokasinya dekat dengan sungai. Yakin itu parah banget-banget. Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi harus bekerja ekstra keras untuk bersih-bersih terutama yang tempat umum. Apalagi kalau sampah itu berwujud mobil.

Aku rasa, tempat penampungan sampah di Bantar Gebang akan penuh setelah ini selesai. Pak Walikota harus segera memikirkan tempat penampungan sampah di tempat lain.

Melihat betapa banyaknya sampah paska banjir, aku kemudian memikirkan kembali tentang hidup minimalis. Emang ya yang namanya harta dunia itu tidak akan selamanya jadi harta. Suatu saat dia akan menjadi sampah.

Rumah yang aku kontrak sekarang kecil, jadi barang-barangku tidak banyak. Namun ini jauh lebih banyak dibanding saat aku mengontrak di kontrakan yang lebih kecil. Dulu, aku dan suamiku hanya punya sebuah kasur, sebuah lemari excel, sebuah kulkas, sebuah kompor, sebuah meja, dan sebuah rak buku untuk barang yang besarnya. Sekarang, kecuali kompor, barang-barang itu menjadi dua.

Ini belum termasuk buku-buku pribadi (kalau buku jualan nggak usah dihitung lah ya) dan barang-barang kecil yang kami masukkan dalam kotak kontainer. 

Aku dan suamiku sudah pernah menyortir barang-barang kami. Nyatanya, barang-barang yang kami miliki sekarang memang barang-barang yang kami butuhkan dan gunakan sehari-hari.

Kira-kira, kalau aku akhirnya punya rumah yang lebih besar dari ini, apakah barang-barangku akan bertambah banyak? Aku harap enggak sih ya. Kecuali kalau aku punya anak nanti. Namanya nambah manusia pasti barang juga bertambah.

Namun, aku harap apapun barang yang akan aku beli nantinya adalah barang-barang yang memang aku butuhkan. Aku harap aku tidak menghambur-hamburkan sumber daya alam untuk hobiku mengoleksi barang, untuk memenuhi hasrat egoisku.

Apakah membeli barang yang sesuai kebutuhan artinya kita hidup minimalis? Bukankah itu artinya kita hidup secukupnya?

Menurutku, standar secukupnya itu tidak ada. Semua orang cukup dengan caranya masing-masing. Kenapa ada orang yang korupsi? Karena seberapa banyak pun harta yang dia punya, dia tidak pernah merasa cukup. Sedangkan minimalis itu ada ukurannya.

Bisa jadi, sampah-sampah itu adalah hal-hal yang kita ambil dari alam. Kemudian alam mengambilnya lagi dan mengembalikan pada kita dalam bentuk sampah. Seperti yang selama ini kita lakukan pada alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun