Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Apa Salahnya Memberi Makan Kucing Liar?

27 Desember 2019   11:13 Diperbarui: 27 Desember 2019   14:03 1823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kucing Hitam Kecil (sumber pxhere.com)

Beberapa waktu lalu, ada seekor kucing betina yang beranak di garasi rumah yang aku kontrak. Selama beberapa waktu Sang Induk masih menjaga dan menyusui ketiganya hingga tiba saatnya dia hamil lagi. Dia menjadi galak dengan anak-anaknya. Suamiku yang kasihan dengan kondisi ketiga anak kucing ini kemudian memberinya makan.

Anak kucing berwarna hitam itu cepat akrab dengan kami. Tiap pagi dan sore, dia akan mengeong di depan rumah untuk meminta makan. Kami akan memberikan makanannya di garasi.

Kalau suamiku ada di rumah, dia lebih sering lagi datang ke rumah untuk mengajak bermain. Kalau suamiku sedang tidak ada di rumah, dia biasanya bermain dengan anak-anak tetangga.

Sebenarnya, suamiku menyediakan makanan kucing bukan hanya untuk kucing hitam kecil itu saja. Kalau kucing hitam kecil itu minta makan, dan kebetulan di sekitar kami ada kucing-kucing liar, kami membagi makanan itu untuk mereka.

Sayangnya, kucing hitam kecil itu kemarin harus kami ungsikan ke rumah mertuaku di kampung. Ada orang yang menyalahkanku. Katanya, karena aku dan suami suka memberi makan kucing jadinya ada kucing yang suka masuk rumah dia.

Sebenarnya pernyataan dia agak aneh, sih. Namun demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, aku dan suamiku sepakat untuk berhenti memberi makan kucing-kucing liar. Memberi makan kucing memang perbuatan baik, tapi kami juga harus melindungi diri kami sendiri dari tekanan manusia di lingkungan sekitar (playing victim ceritanya).

Kesempatan terakhir kami adalah menyelamatkan kucing hitam kecil yang selalu minta makan di rumah kami. Beberapa hari yang lalu, seorang tetangga menyiram seekor kucing kecil liar dengan air panas hingga kulit kucing itu bernanah dan bau.

Adalagi seekor kucing yang kakinya seperti patah. Sepertinya terinjak atau entah bagaimana. Kami tidak mau kucing hitam kecil itu bernasib seperti itu.

Kucing Hitam Kecil yang aku ungsikan ke rumah mertua (dokumentasi pribadi)
Kucing Hitam Kecil yang aku ungsikan ke rumah mertua (dokumentasi pribadi)
Ini bukan hanya dialami oleh kami. Seorang teman beberapa hari yang lalu memasang instastory. Ada seseorang yang membuang bekas kotoran kucing di depan rumah temanku karena merasa kotoran kucing itu tanggung jawab temanku. Alasannya, temanku sering memberi makan kucing-kucing liar makanan.

Pertanyaanku kemudian, apa sih salahnya memberi makan kucing liar?

Aku tidak menyebut diriku pecinta kucing, tapi aku jelas tidak sampai hati untuk menyiramnya dengan air panas. Dia datang ke rumahku minta makan. Ya kalau ada aku kasih. Kalau enggak punya ya aku usir baik-baik. Sepanjang pengetahuanku, kucing tidak akan mendatangi sembarang rumah, kok.

Kalau kamu masak daging-dagingan, ikan, atau sejenisnya, dia baru menghampiri rumah kita. Kalau dikasih dan dia sudah puas makan, dia bakal pergi kok. Kucing tidak akan membawa makanan untuk dia simpan sampai besok. Yakin deh. Kucing enggak seserakah itu.

Makanya, Pak Haji yang tinggal di komplekku pernah berkata bahwa bila kucing datang ke rumah orang itu, tandanya ada rejeki mereka di rumah orang itu. Ya kasihlah sedikit apa yang kita masak buat mereka.

Sayangnya, entah apa yang salah, masyarakat kita bukan masyarakat yang ramah terhadap hewan liar. Bahkan itu pada kucing atau anjing. Narasi tentang hewan-hewan ini biasanya adalah sebagai pembawa penyakit.

Ya memang ada sih, tapi itu kan tergantung bagaimana kita menanganinya saja. Kalau sekedar memberi makan apakah itu juga bisa membuat kita sakit?

Yang sering aku lihat, manusia berfikir ini rumah dan makanan mereka. Mereka punya kuasa untuk tidak berbagi dengan orang atau makhluk lain. Padahal, siapa tahu kucing dan hewan liar lainnya itu sudah tinggal di lingkungan mereka jauh sebelum mereka membangun rumah.

Ada juga orang yang bilangnya, "Ya elah ngasih makan kucing. Buat makan sendiri aja susah."

Kucing Hitam Kecil yang bisa lebih bebas melakukan apa saja di rumah mertuaku dibanding di komplek rumahku (dokumentasi pribadi)
Kucing Hitam Kecil yang bisa lebih bebas melakukan apa saja di rumah mertuaku dibanding di komplek rumahku (dokumentasi pribadi)
Hewan-hewan yang tadinya tinggal di suatu tempat terusir oleh pembangunan perumahan atau bangunan lainnya. Mereka terpaksa menyingkir. Mencari tempat hidup dan tempat mencari makan yang baru.

Ada juga yang bertahan tidak menyingkir tapi kemudian tidak tahu bagaimana mendapatkan makanan karena tempatnya sudah dibuat berbeda sama sekali. Akhirnya, mereka tidak bisa mendapatkan makan.

Lalu apa yang manusia lakukan kalau memberi makan hewan-hewan ini saja dianggap sebagai tindakan yang mengganggu?

Masing ingat kehebohan yang terjadi akibat ular-ular yang masuk ke rumah-rumah warga? Narasi yang dibangun oleh media dan masyarakat adalah ular-ular tersebut menyerbu rumah warga.

Bahwa ular-ular itu entah dari mana berdatangan ke rumah mereka. Padahal, siapa tahu ular-ular itu ada di sana sebelum masyarakat membangun rumah. Mereka hidup di kebun, semak-semak, dan tanah "kosong".

Aku kadang berfikir, apa yang menyebabkan manusia ini merasa menjadi makhluk yang paling penting? Pada kenyataannya, banyak dari manusia yang tidak bisa "mengayomi" makhluk lainnya.

Pohon-pohon ditebangi dan hewan-hewan diusir. Sepertinya, dunia ini hanya milik manusia. Manusia sering kali juga tidak bisa hidup berdampingan dengan manusia lainnya.

Tentu tidak semua bersikap seperti itu. Namun kenyataannya, luas hutan mengecil dan daftar hewan yang terancam punah selalu bertambah setiap tahunnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun