Di "Catatan Ketiga: Pengalaman Beragama", Dhoni bercerita tentang kehidupan Islam di Harbin. Bagaimana masjid yang tidak hanya sebagai tempat ibadah tapi juga tempat belajar Islam sampai menumbuhkan ekonomi umat, bagaimana restoran halal banyak tersebar di penjuru kota, dan ada beberapa mahasiswa Pakistan yang bercadar. Nampaknya, pemerintah China tidak sekaku yang diberitakan oleh media.
Tidak seperti Novi Basuki dengan buku Ada Apa dengan China?-nya yang secara gamblang menunjukkan adanya kekeliruan pandangan kebanyakan orang Indonesia terhadap Negara China. Dhoni hanya menuturkan apa yang dilihatnya. Mungkin Dhoni ingin pembaca menyimpulkan sendiri apa yang terjadi di sana.
Walau begitu, Dhoni juga merasa khawatir dengan isu anti-China yang dihembuskan oleh beberapa orang di tanah air demi kepentingan mereka. Khawatir negara bisa dikuasai oleh orang asing adalah wajar. Namun menurut Dhoni, kalau kita selalu merasa curiga tanpa mau mengembangkan diri, kita hanya akan merugikan diri sendiri. Di "Catatan Keempat: Politik dan Kebangsaan", Dhoni mengajak kita untuk memutus mata rantai kebencian terhadap bangsa lain dan belajar memperkokoh rasa nasionalisme dalam diri kita.
Pada catatan terakhir di buku ini, "Catatan Kelima: Cerita Kemanusiaan dan Gejala Sosial", Dhoni bercerita bahwa di pasar, penjual-penjual yang sudah tua mahir sekali menggunakan teknologi terbaru. Pedagang-pedagang itu, walaupun umurnya sudah lebih dari 50 tahun, mereka memanfaatkan aplikasi yang ada di ponsel untuk memudahkan kegiatan mereka. Dhoni kemudian menuliskan bahwa kita harus menjadi seseorang yang mudah beradaptasi dengan kondisi untuk bisa bertahan.
Kalian tahu, kita tidak perlu pergi ke luar negeri untuk bisa belajar dari negara lain. Kita bisa membaca pengalaman-pengalaman yang dituliskan oleh teman-teman yang belajar di luar negeri dan mengambil hikmahnya untuk kita sendiri.
Data Buku
Judul: Kurma di Ladang Salju - Catatan Lintas Budaya dari Negeri Tirai Bambu
Penulis: Ali Romdhoni
Penerbit: Buku Mojok
Tahun terbit: 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H