Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pengemudi Ojek Daring, Penjaja Keliling, dan Pekerjaan yang Berharga

4 Desember 2019   14:04 Diperbarui: 5 Desember 2019   08:54 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bab 5 buku Outliers (dokumentasi pribadi)

Sebelum berangkat, dia memaparkan kemungkinan kondisi jalanan yang akan dilalui. Seharusnya memang seperti itu. Tapi aku banyak menemui tukang ojek yang tidak hafal jalanan dan mengandalkan peta digital. Padahal kan ya...

Di jalan, ketika aku bertanya tentang aplikasi ojek yang aku gunakan, dia bisa menjelaskan dengan lengkap kelebihan dan kekurangannya. Dia juga bisa bercerita detail tentang dompet digital yang digunakan oleh aplikasi ojek tempatnya bekerja lengkap dengan trik untuk mendapatkan promo. 

Selain itu, dia juga tahu perbedaan aplikasi yang dia gunakan dan aplikasi sejenisnya. Kebanyakan pengemudi ojek daring yang aku temui, tidak peduli dengan itu semua. Mereka yang mereka mau tahu hanyalah bisa mengantarkan penumpang dan mendapatkan penghasilan dari situ.

Aku curiga, mungkin tukang ojek kemarin adalah mahasiswa atau peneliti yang sedang melakukan riset. Walaupun bisa saja sih, orang itu memang tukang ojek yang menyukai dan menaruh perhatian penuh dengan pekerjaannya. Bila ada kesempatan, aku yakin dia pasti bisa menaiki tangga yang lebih tinggi lagi.

Bila orang-orang 'pintar' mengkhawatirkan tentang pekerjaan low skill, sebaiknya mereka mulai untuk merumuskan suatu aksi yang bisa membuat orang, apapun profesinya, tidak sekadar bekerja. 

Supaya orang-orang melakukan pekerjaannya dengan mengembangkan imajinasi dan pikirannya. Kata Gladwell, "kerja keras hanyalah vonis mati jika kerja itu tidak memberi makna."

Yang aku percaya lagi, rumusan aksi itu tidak bisa dilakukan dalam sekejap mata. Penanaman sikap seperti itu harus dimulai dari pendidikan dasar. Harus dimulai dari mengubah stigma bahwa orang yang memiliki uang paling banyaklah yang harus diapresiasi.

bab 5 buku Outliers (dokumentasi pribadi)
bab 5 buku Outliers (dokumentasi pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun