Pada awalnya, kelebihan pemain ini bukan karena dia lebih baik, hanya karena dia lebih tua beberapa bulan dan badannya lebih besar daripada anak seusianya.Â
Dia kemudian mendapatkan pelatihan yang lebih baik dari teman-teman satu timnya. Sehingga pada usia 13 tahun atau 14 tahun, dia menjadi lebih baik daripada teman-temannya sehingga memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk masuk ke liga Mayor Junior A. Dan seterusnya.
Bias seperti ini, bukan hanya di bidang olahraga. Ini muncul juga di bidang dengan konsekuensi yang lebih berat: pendidikan. Jaman aku sekolah dulu, ada yang namanya sekolah favorit (sekarang masih ada nggak sih?).Â
Dari tingkat SD, sudah ada sekolah-sekolah yang menjadi sekolah unggulan dengan guru-guru yang lebih memiliki passion untuk mengajar dan fasilitas belajar yang memadai. Anak-anak SD yang sudah lulus kemudian disaring berdasarkan nilainya.
Ada SMP yang menjadi favorit orang-orang karena guru-gurunya yang baik mengajarnya dan fasilitas yang lebih lengkap. SMP ini menerima siswa-siswa dengan nilai yang tinggi.Â
Yang nilainya kurang, akan bersekolah di sekolah yang secara kualitas lebih rendah. Begitu seterusnya sampai perguruan tinggi.
Intinya, di masa sekolahku dulu, semua sekolah negeri itu sama adalah omong kosong. Pada akhirnya, mengapa ada lulusan universitas tertentu lebih banyak mendudukkan alumninya di jajaran pejabat pemerintahan sedangkan yang lain tidak?Â
Karena memang lulusan universitas tertentu ini adalah orang-orang terbaik yang sudah disaring berkali-kali. Artinya, sebuah sistem juga menjadi daya dukung kesuksesan orang-orang tertentu.
Apakah orang yang di luar struktur tersebut bisa sukses? Tentu saja.  Dia mendapat privilege yang berbeda. Seadil itu kok Tuhan, aku yakin. Yang perlu dilakukan hanyalah bagaimana memaksimalkan apa yang sudah Tuhan berikan untuk kita.Â
Setiap orang harus bekerja keras dan bersemangat dalam menjalani hidup. Namun Tuhan memang memberikan kelebihan dan kekurangan pada setiap individu yang hidup di dunia ini.
Inti dari tulisan ini adalah, kalau emang kamu sukses nggak perlu sombong. Walaupun orangtuamu orang biasa saja, walaupun kamu begadangan setiap malam, walaupun sekeras apapun upayamu untuk menjadi sukses.Â