Persoalan di Xinjiang adalah masalah separatisme. Ada sekelompok orang yang, menggunakan kedok agama untuk mengerahkan massa, berencana memisahkan Xinjiang dari Tiongkok. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah China pun bukan hanya dengan militer. Mereka juga mengadakan program pendidikan dan advokasi sehingga masyarakat memiliki keterampilan untuk bekerja.
Di buku 'Ada Apa Dengan China?', Novi menjelaskan juga tentang mengapa pemerintah China mengambil langkah tersebut dalam menyelesaikan persoalan di Xinjiang Selatan. Pertama, dibandingkan dengan wilayah Xinjiang Utara, Xinjiang Selatan masyarakatnya miskin dan kurang berkembang. Sehingga mereka mudah diprovokasi. Kedua, Xinjiang Selatan berbatasan langsung dengan negara-negara rawan konflik sektarian dan aksi terorisme. Jadi ya, banyak sedikit tertular. Ketiga, keislaman Xinjiang dan Uighur lekat dengan kekerasan sejak dahulu.
Buku ini tidak melulu berisi tentang Xinjiang dan Uighur. Novi juga banyak membahas tradisi puasa dan lebaran di China serta menunjukkan persamaannya dengan yang selama ini dia jalani di Indonesia. Ada lagi cerita ketika beliau memandu Bu Risma, Walikota Surabaya, kunjungan ke China.
Yang menarik buatku, Novi mengaitkan situasi politik di Indonesia dengan kitab atau ajaran China. Contohnya ada dalam bab 'Menafsirkan Ajaran Sima Guang Demi Menentukan Calon Presiden Pilihan'. Tulisan ini ditayangkan pertama kali di mojok.co pada 22 Maret 2019. Ketika masyarakat Indonesia sedang sibuk-sibuknya dengan perhelatan Pemilu.
Siapa itu Sima Guang? Beliau adalah seorang sejarawan dan politikus dari China pada masa Dinasti Song, pada abad ke 11 Masehi. Sima Guang menulis Zizhi Tongjian, kitab 294 jilid yang berisi kisah sejarah dan wejangan dalam waktu 19 tahun.
Kata Sima Guang, dalam memilih pemimpin, kalau tidak menemukan yang bijaksana, daripada memilih 'orang pintar tapi kejam', mending pilih 'orang dungu' saja. Mengapa? Sebab 'orang dungu' itu, sekali pun ingin berbuat jahat, jangankan bertindak, berfikir saja dia tidak mampu. Sedangkan orang 'pintar yang kejam' tidak hanya memiliki akal bulus untuk berbuat tipu muslihat tapi juga memiliki kekuatan yang berlimpah untuk melakukan beragam bentuk kejahatan terhadap rakyatnya.
Masuk akal, kan?
Sejarah adalah tempat kita belajar dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu. Dan dokumentasi tentang peristiwa memang sebaiknya dilakukan dengan benar sehingga generasi penerus bisa belajar dan memetik wejangan seperti Novi yang belajar dari ajaran Sima Guang.
Selain ajaran Sima Guang, Novi juga menuliskan filosofi China dan cerita-cerita dari China masa lalu yang dikaitkan dengan kondisi politik di tanah air. Novi menuliskannya dengan sangat ringan dan merakyat. Mengasyikkan membaca tulisannya dari awal sampai akhir.
Yang kemudian agak kurang nyaman adalah banyak hal-hal yang disampaikan berulang-ulang. Misalkan saja tentang konflik Uighur. Ada 4 subjudul yang membahas tentang ini. Walaupun ditulis dengan cara yang berbeda, inti tulisannya tetap saja sama.
Jadi, buat teman-teman yang masing sering berburuk sangka dan antipati dengan China karena terpaan isu-isu terkini, coba baca deh buku ini. Tidak semua tentang China itu buruk, kok.