Aku terkekeh-kekeh ketika sebuah gambar melintas di lini masa sosial mediaku. Gambar itu adalah gambar burger, setangkup roti yang di antara kedua roti tersebut terdapat daging, selada, tomat, keju, mentimun, dan saos-saos.Â
Di bawah gambar burger terdapat tulisan tidak sehat. Sedang di atas gambar burger ditulis roti, daging, selada, tomat, keju, dan mentimun adalah sehat.
Iya juga, sih ya?
Aku tahu kalau roti, daging, selada, tomat, keju, dan mentimun itu sehat. Catatannya, kita menggunakan bahan standar ya untuk membuat burger. Bukan mentimun yang sudah busuk, atau daging yang tipu-tipu.Â
Padahal menurutku, burger itu adalah versi praktis dari 'piring makanku'. Itu lho, jargon terbaru dari Kementerian Kesehatan RI untuk menyebut sajian ideal dalam sekali makan.
Dalam 'piring makanku', sajian sekali makan yang ideal adalah terdapat karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Nah, dalam setangkup burger kita bisa mendapat karbohidrat dari roti, protein dari daging, serta vitamin dan mineral dari selada, tomat dan sayur. Jadi apa yang salah?
Bikin gendut, katanya. Menurut kompas.com, setangkup burger memiliki kalori yang sangat tinggi. Kalau kita memakannya, dapat menaikkan Indeks Massa Tubuh kita sebanyak 0,03 poin.
Di Amerika, tepatnya di Iowa, ada seorang guru, John Cisna, makan Big Mac (burger-nya Mc Donald) tiap malam selama 3 bulan berturut-turut.Â
Dan hasilnya, setelah 3 bulan berat badannya turun sebanyak 37 pounds dan kolestrol dalam darahnya turun dari 200 menjadi 170. Dia mengabadikan catatan 3 bulannya tersebut dalam buku berjudul My McDonald's Diet yang diterbitkan pada tahun 2014.
Aku juga belum baca sih, bukunya. Tapi aku baca ulasan bukunya di newsfeed.time.com. Dalam ulasan itu, disebutkan bahwa Cisna memang memakan Big Mac setiap malam, namun setiap siang dia makan salad dan paginya dia makan semangkuk oatmeal.Â
Selain itu, setiap hari dia berjalan selama 45 menit.
Lah, dia makan salad sama olahraga, ya wajar donk kalau dia turun berat badannya.
Betul. Memang wajar. Lalu kenapa kita menyalahkan burger untuk kegendutan yang kita alami? Apakah kita sudah melakukan sesuatu untuk mengeluarkan kalori yang mereka makan? Kenapa kita menuduhnya sebagai makanan yang tidak sehat?
Banyak orang menyalahkan McDonalds dan restoran cepat saji lainnya karena orang-orang mengalami obesitas. Bahkan di situs forbes.com dikatakan bahwa Perancis menyalahkan burger dan fast food karena obesitas yang dialami oleh warganya.Â
Namun, buatku itu nggak adil. Apakah kalian yakin kalau orang makan nasi, sayur bayam dan ayam goreng setiap hari selama 3 bulan nggak akan kegemukan kalau kerjaannya cuma nonton TV sama tidur saja?
Enggak juga kan?
Kehidupan ini memiliki keseimbangan. Kesehatan kita tidak dipengaruhi seratus persen oleh makanan kita. Ada faktor-faktor lain yang juga harus diperhatikan.
Akhir kata, burger itu hanyalah sebuah makanan. Dia diolah dari bahan-bahan yang baik. Gendut atau tidaknya badan kita semua tergantung dari kita sendiri. Jangan menjadikan burger sebagai kambing hitam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI