Tapi aku kemudian jadi penasaran dengan orang yang posting di FB ini. Maka berselancarlah aku di FB mencari si pemilik status yang dibicarakan itu. Pencarianku tidak terlalu susah karena di beranda, aku melihat seorang teman yang membagikan status aslinya.
Pembuat postingan ini bukan ibu-ibu, ternyata. Dari namanya, beliau nampaknya bapak-bapak. Dan dari keterangan profilnya, beliau adalah seorang praktisi pengobatan alternatif.Â
Status orang ini pada tanggal 12 Agustus 2019 berbunyi, "wah, makin banyak yang penasaran sama Terapi Sujok atau yang di kenal dg terapi Warna.. Ini saya lampirkan sidikit ilmu tentang Sujok untuk beberapa keluhan penyakit dan beserta pengaplikasiannya, mudah2an bermanfaat.. Ada aplikasinya juga di Playstore.. Namanya Sujok Healing.. #Sujok #TerapiSujok #TerapiWarna"
Mulai melihat titik terang?
***
Tapi sebenarnya, terapi sujok atau terapi warna yang disebut-sebut itu ada nggak sih?
Kalau terapi Sujok, jujur aku baru dengar kali ini. Kalau terapi warna, dulu waktu kuliah aku pernah belajar teorinya. Teorinya yah, jangan tanya praktiknya.
Terapi warna sudah banyak digunakan sejak dulu. Di catatan Mesir Kuno, di Ayurveda (catatan pengobatan tradisional India), sampai di Al-Qanun fi At-Thibb (The Canon of Medicine) yang ditulis oleh Ibnu Sina pun ditemukan keterangan-keterangan tentang penggunaan terapi warna.Â
Bahkan, di buku Al-Qanun fi At-Thibb ini Ibnu Sina mengungkapkan bahwa warna merupakan gejala yang nampak dalam penyakit.
Ibnu juga telah berhasil mengembangkan grafik hubungan antara warna dengan suhu tubuh dan kondisi fisik tubuh. Ada yang tahu cakra atau aura? Nah, grafik-grafik semacam itu yang dimaksud.
Sampai sekarang, banyak orang yang menggunakan terapi warna sebagai complementary therapy. Artinya, dia adalah yang digunakan untuk melengkapi terapi utama. Jadi semacam terapi pendamping gitu.Â