Pak Sastro kehilangan perkututnya. Malang nian nasibnya. Setelah kehilangan istrinya dalam musibah banjir dan kematian anaknya, Pak Sastro harus ditinggal pergi oleh perkutut yang sudah menemaninya selama 10 tahun. Setelah berhari-hari berkubang dengan kesedihan yang mendalam, Pak Sastro akhirnya memutuskan untuk pergi mencari perkututnya.
Tak disangka, kepergian Pak Sastro mempengaruhi kehidupan warga desa menjadi jungkir balik dan blingsatan. Seberpengaruh apa sih burung perkutut terhadap Pak Sastro dan bagaimana perginya Pak Sastro bisa mempengaruhi kehidupan warga desa sebesar itu?
Pak Sastro adalah orang paling kaya di desanya. Dialah yang membangun desanya setelah banjir yang menghilangkan nyawa istrinya. Dia membangun rumah-rumah untuk ditinggali oleh orang-orang yang sebetulnya sudah pergi dari desa. Dia juga menggarap sawah dan kebun yang hasilnya menambah pundi-pundi kekayaannya.
Hartanya yang sebanyak itu, sering membuatnya risau. Siapa yang akan mewarisinya? Siapa yang akan mengurusnya?
Beberapa orang kawannya, menjodohkan Pak Sastro dengan janda bahkan ada yang menyodorkan anak gadisnya untuk dinikahi oleh Pak Sastro. Namun Pak Sastro menolaknya. Entah ada sesuatu yang memberatkan hatinya. Akhirnya, Pak Sastro memutuskan untuk tidak memusingkan soal hartanya dan fokus pada burung perkutut yang dibelinya di Pasar Senen. Sayangnya perkutut ini kini telah pergi.
Sebelum Pak Sastro pergi meninggalkan desa untuk mencari perkututnya, dia menitipkan seluruh hartanya pada Pak Lurah. Pak Lurah kemudian meminta orang-orang suruhannya untuk mengerjakan sawah dan kebun serta mengurus hewan ternak milik Pak Sastro. Sayangnya, orang-orang malah menggadaikannya harta benda Pak Sastro untuk dibelikan skuter, radio, dan barang-barang mewah lainnya.
Lambat laun, desa itu berubah. Rumah-rumah warga semakin bagus. Para laki-laki mulai berpenampilan necis dan para perempuan mengenakan pakaian dan perhiasan bagus. Namun, pemuda desa mulai tidak tahu santun. Mereka jadi gemar berjudi dan sudah mulai berani mencuri.
Pak Lurah merasa gelisah dengan kondisi ini. Dia pun meminta pertanggung jawaban dari orang-orang yang dipasrahi harta Pak Sastro. Pak Lurah sendiri, berniat untuk mencari Pak Sastro supaya kondisi di desa bisa kembali seperti semula. Mendengar Pak Lurah mencari Pak Sastro, orang-orang pun bergegas pergi juga mencari Pak Sastro tapi dengan niat yang lain.
Di sisi lain, Pak Sastro dalam berjalanannya mampir di sebuah warung milik seorang janda yang memiliki burung perkutut. Dalam perbincangannya dengan janda tua itu, Pak Sastro akhirnya menemukan apa hal yang paling ingin dia lakukan.
Pesan yang ingin disampaikan oleh penulis tersurat pada bab-bab akhir. Bagaimana harta yang tidak berkah berkah berakhir, bagaimana orang-orang yang selama ini sibuk mengurusi penampilan berakhir, dan bagaimana hasil dari setiap pencarian.
Ajip Rosidi, dalam pengantarnya, mengatakan bahwa naskah buku ini ditemukannya dalam tumpukan naskah peserta Sayembara Mengarang Roman Bacaan Remaja yang diselenggarakan oleh IKAPI. Artinya, cerita Kooong ini sebenarnya dikhususkan untuk pembaca remaja.
Walaupun demikian, aku sebagai orang dewasa sangat menikmati membaca cerita karya Iwan Simatupang ini. Saat membaca cerita ini, aku diingatkan untuk menyesuaikan kebiasaan dengan penghasilan yang aku punya. Juga, aku diingatkan untuk menggunakan harta secara bijaksana dan tidak tergiur dengan barang-barang yang tidak memiliki nilai fungsional.
Selain itu, orang dewasa bisa belajar bersikap saat diberi amanah. Ketika kita menyelewengkan amanah yang diberikan kepada kita, hati kita tidak akan tenang.
Ada sebagian orang yang berkata, perempuan itu harus dimuliakan. Mereka tidak diperbolehkan bekerja di luar rumah apalagi bekerja kasar. Namun bagaimana ketika suatu saat keadaan seperti yang ada dalam cerita Kooong ini? Seluruh laki-laki pergi dari desa dan menyisakan perempuan dan anak-anak?
Perempuan juga harus punya ketrampilan. Paling tidak, untuk mempertahankan dirinya sendiri ketika memang tidak ada yang bisa diandalkan lagi.
Buku ini benar-benar pas direkomendasikan untuk dibaca remaja. Kalimat-kalimatnya sederhana tapi kata-katanya dipilih dengan bijaksana sehingga menarik untuk dibaca, ceritanya konyol, konfliknya tidak rumit, dan banyak pelajaran yang bisa dipetik dengan mudah.
Untuk remaja, kalau kalian melihat buku ini di perpustakaan sekolah atau perpustakaan daerah, bacalah. Ajak guru bahasa Indonesia untuk berdiskusi tentang cerita yang ditulis oleh Alm. Iwan Simatupang ini. Kalau kalian mendapatkan buku ini di perpustakaan komunitas, ajak pengelola perpustakaan untuk berdiskusi. Akan banyak sekali sesuatu yang bisa kalian gali dari buku Kooong ini.
Spesial untuk teman-teman yang tinggal di daerah Cicalengka Kabupaten Bandung, kalian bisa datang ke Rumah Baca Masyarakat Kali Atas untuk membaca buku ini dan berdiskusi dengan pengelolanya, Pak Agus Sopandi. Dengan kebijaksanaan beliau, kalian akan memetik lebih banyak hal-hal yang tersirat dalam buku ini dibanding kalau  kalian membacanya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H