"Sudah tahu tentang #JusticeForAudrey?" tanya seorang teman melalui aplikasi WhatsApp kemarin.
"Not, yet," jawabku. "Aku banyak kerjaan hari ini. What is that?"
Temanku lalu menceritakan tentang seorang anak SMP yang dikeroyok oleh 12 siswa SMA. Dia dianiaya bahkan dilecehkan secara seksual oleh pengeroyok yang semuanya perempuan karena persoalan laki-laki.
"Sakit hati aku dengernya," komentar temanku tadi. "Mereka kenapa, sih?"
Terakhir, temanku memberi tautan ke sebuah unggahan di Twitter yang menceritakan hal serupa.
"Anak-anak ini mengerikan, ya?" komentarku.
Aku kemudian mencari berita tentang kasus tersebut di Google. Dalam sebuah berita, dikatakan bahwa Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kalimantan Barat berharap persoalan ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan, karena dengan adanya proses hukum, maka akan memberikan dampak buruk di kemudian hari mengingat pelaku masih anak sekolah.
Berita ini jelas membuat khalayak menjadi geram. KPPAD memikirkan masa depan pelaku. Lalu bagaimana masa depan korban yang saat ini sedang dirawat di rumah sakit dan mengalami tekanan fisik dan mental?
Membaca kejadian ini mengingatkanku pada sebuah film yang pernah aku tonton. Sebuah drama Jepang yang menceritakan tentang seseorang yang menculik polisi dan membunuh 3 orang pemuda. Sebetulnya, yang dibunuh adalah pemuda-pemuda yang suka meresahkan masyarakat. Namun polisi tetap menyelidiki kasusnya sampai tuntas.