"Tenang saja. Aku selalu berhati-hati," ujar dr. Putra. "Bagaimana dengan Pak Walikota?"
"Aku berhasil meyakinkannya soal ancaman itu," jawab Pak Panjaitan. "Sekarang dia meminta Komandan Keamanan untuk mengatasi keadaan."
Dr. Putra menyisipkan tangannya ke kantong celananya. Dia celingukan selama beberapa saat sebelum memindah isi kantongnya ke tangan Pak Panjaitan. Pak Panjaitan terkejut menerima botol berisi pil yang diterimanya dari dr. Putra. Cepat-cepat ia masukkan botol tersebut ke kantong bajunya takut ada yang melihatnya.
Mereka berdua tidak sadar, bahwa selama pertemuan itu, walaupun mereka telah berhati-hati, ada orang yang memperhatikan mereka. Orang itu merekam setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh dr. Putra dan Pak Panjaitan.
"Pastikan pil itu diminum oleh Pak Walikota," kata dr. Putra.
"Siap, Dok," kata Pak Panjaitan.
"Berhati-hati lah," kata dr. Putra memberi peringatan.
Dr. Putra bersiap untuk beranjak pergi ketika lengannya dipegang oleh Pak Panjaitan.
"Apalagi?" tanya dr. Putra heran.
Pak Panjaitan cengengesan dan menengadahkan tangannya sambil berkata, "Tidak ada makan siang yang gratis, Dok..."
Dr. Putra menghembuskan nafasnya dengan agak kencang sambil mengumpat. Walau begitu, ia tetap memberikan sebuah amplop coklat yang tebal pada Pak Panjaitan.