Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjadi Manusia Tak Sempurna yang Mulia bersama "Nanti Kita Sambat tentang Hari Ini"

4 April 2019   21:26 Diperbarui: 6 April 2019   04:12 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam artikelku sebelumnya, aku sudah mengungkapkan bahwa sambat (mengeluh) itu perlu. Terutama sambat pada layanan penyedia jasa atau barang yang tidak memuaskan. Misalnya sambat pada PT. KCI yang sudah membuat banyak orang berjalan kaki dari stasiun Cakung ke stasiun Bekasi lantaran gangguan yang dialami pada hari Selasa, 2 April 2019, lalu.

Nah, seperti janjiku di artikel tersebut, kali ini aku akan membahas buku 'Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini' yang baru saja menyelesaikan masa pre-ordernya. Buku ini berdimensi 14,5 x 18 cm, hard cover, penuh dengan ilustrasi lucu, dan full color. Cocoklah dengan harganya yang 120 ribu itu.

Cerita dimulai dari tokoh 'aku' berjalan-jalan keliling Jogja dengan skuter kesayangannya. Dalam perjalanan, dia tersendat macet. Dia mencoba untuk tidak mengeluh sampai pada suatu kesempatan, dia berhenti di belakang truk yang bertuliskan, "jika ada bagian-bagian dari hidup yang pantas untuk disyukuri, bukankah ada juga bagian-bagian dari hidup yang patut untuk disambati?"

Saat itu juga dia kemudian berteriak, "macet terooos! Hash! Ramashok!"

Saat itulah dia merasa lega meskipun macet tetap berlangsung. Dia kemudian yakin bahwa tidak ada cara lain untuk memuliakan ketidaksempurnaannya sebagai manusia selain dengan mengeluh. Selanjutnya, buku ini memuat keluhan-keluhan manusia di sela-sela kehidupannya. Di sela-sela kelas, di sela-sela kerja, di sela-sela hati, dan di sela-sela aktivitas lainnya.

Selalu ada hal yang membuat kita sambat. Undangan nikahan yang datang bertubi-tubi, hidup yang begini-begini saja, cuaca yang selalu tidak pas, barang-barang yang mahal, atasan yang menyebalkan, teman-teman yang penuh drama, dan lain sebagainya.

Banyak hal-hal di luar kontrol kita yang membuat hari kita menyebalkan. Saat itu terjadi, sebagai manusia yang tidak sempurna, hati kita akan sangat sulit tidak mengeluh. 

Aku teringat seorang teman yang pernah mengunggah sebuah foto yang berisi kondisi kemacetan yang terjadi di depan Metropolitan Mall Bekasi (fyi, jalanan di situ itu hampir selalu macet. Kayaknya lowong kalau tengah malem sampai menjelang subuh doank, deh). Keterangan dalam foto itu adalah: Gak boleh ngeluh, cuma kena macet segitu doank mah, masih mending bisa pulang setiap hari.

Reaksiku spontan setelah membaca unggahan itu adalah: Halah!

Sambat itu nggak apa-apa. Mengeluh itu manusiawi. Kondisinya memang seperti itu, kok. Malah seharusnya, kalau ada pejabat yang mendengar keluhan warga tentang macet ini, dia melakukan sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun