Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Perihal Cinta Kita Semua Pemula, Tulisan Kekinian yang Banyak Digemari

21 Maret 2019   19:43 Diperbarui: 21 Maret 2019   19:56 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perihal Cinta Kita Semua Pemula (dok.pri)

"Eh, Nyah, ini ada yang mau beli buku 'Perihal Cinta Kita Semua Pemula' lagi," kata suamiku.

"Dih, stoknya habis," sahutku.

"Pesen ke penerbit lagi aja, deh, ya?" tanyanya kemudian.

"Ya udah pesen lagi," kataku.

Aku dan suamiku, sekarang sedang mencoba peruntungan dalam jual beli buku. Tidak besar, hanya bermodal uang yang kami sisihkan untuk berbelanja. Toh buku-buku yang kami jual pun masih dalam satu penerbit: Buku Mojok.

Bulan ini, Buku Mojok mengeluarkan buku baru berjudul 'Perihal Cinta Kita Semua Pemula' yang ditulis oleh Mohammad Ali Ma'ruf. Sambutan orang-orang terhadap buku ini sangat tinggi. Terutama dari kalangan dewasa muda dan remaja (ini yang membeli di toko kami).

Di akun Instagram Buku Mojok, dikatakan buku ini adalah kumpulan kata-kata pendek (super pendek karena hanya terdiri dari satu atau dua kata). Namun hal tersebut tidak menyurutkan pembaca untuk membelinya. Aku jadi penasaran, seperti apa sih bukunya?

Kebetulan, ada sisa stok di toko. Aku kemudian membuka dan membacanya.

***

Buku berdimensi 12 x 18 cm ini menarik. Memang isinya hanya semacam kata-kata mutiara yang cocok sekali untuk diunggah ke media sosial namun ilustrasi dan warna-warna dalam buku ini benar-benar menyegarkan mata. Sepertinya, karena ini banyak orang yang membeli buku ini. Layout dan ilustrasinya juarak!

Buku ini terdiri dari 3 babak. Bagiku tidak mudah mengidentifikasi apa isi babak pertama, kedua, dan ketiga. Mungkin karena isinya yang berupa kata-kata singkat. Namun setelah dua kali membacanya, aku mendapat pencerahan. Babak pertama berisi tentang keluh-kesah seorang jomlo yang merana. Seperti kata-kata di halaman 17 yang berbunyi, "ngasih koyo ke tangan enak banget, kayak punya gandengan."

Babak kedua berisi gombalan-gombalan orang yang sedang jatuh cinta. Seperti kata-kata di halaman 64 yang berbunyi, "sejak mengenalmu,aku merasa seperti peramal, masa depanku terlihat begitu jelas."

Entah mengapa, membaca kata-kata itu aku jadi teringat dengan Dilan-nya Pidi Baiq. Ini kemungkinan kedua mengapa buku ini laris manis. Semua orang suka Dilan dan gombalan-gombalan yang menyertainya, kan?

Babak ketiga ungkapan orang yang sedang patah hati. Yang paling jleb adalah ungkapan yang ditulis pada halaman 92, "kita hanyalah suatu kisah yang tak berujung sah."

Walaupun akhirnya aku bisa mengkategorikan ketiga babak dalam buku ini, aku rasa akan lebih menyenangkan kalau buku ini ada ceritanya. Sekadar cerita saja. Seperti buku Peter Rabbit juga lucu. Tapi kayaknya, buku-buku yang banyak minatnya adalah buku-buku yang berisi kata-kata quote-able seperti buku Perihal Cinta Kita Semua Pemula.

Kata-kata dalam buku ini memang terlihat remeh. Misalnya kata-kata di halaman 23, "aku sudah bilang terima kasih berkali-kali, tapi belum ada yang titip kasih apalagi ngasih kasih sampai hari ini." Ini seperti teman-temanku yang suka mengganti kata 'terima kasih' dengan 'terima sayang'. Receh dan baperan.

Setelah selesai membaca buku ini, aku sebenarnya malah penasaran. Kok bisa sih penulisnya kepikiran kata-kata galau yang banyak bikin tertawa, kadang bikin merenung, kadang bikin ikutan sedih, dan seringnya bikin aku malah berkomentar: ih, apaan sih?

Kadang, perumpamaan yang dibuat sepele namun memberikan kesan pada pembacanya. Misalnya kalimat pada halaman 96 yang berbunyi: "jika yang kamu sebut cinta itu hanya antar jemput dan foto-foto, introspeksilah! Itu cinta atau darmawisata?" Juga kalimat pada halaman 48 yang berbunyi: "rindumu kuaci,kumakan sekali lalu sulit sekali berhenti."

Maksudku, siapa sih yang kepikiran menyamakan cinta-cintaan dengan darmawisata. Ada sih, di lagunya Lyla yang berjudul Turis. Tapi kan ya... Kemudian menyamakan rindu dengan makan kuaci. Iya sih, aku kalau makan kuaci nggak bisa berhenti kalau belum habis.

Apresiasi setinggi-tingginya, deh buat Ali Ma'ruf yang sudah menulis buku 'Perihal Cinta Kita Semua Pemula ini'. Kreatif banget kata-katanya.

Untuk teman-teman yang suka dengan kata-kata galau dan mengunggah status galau, buku ini cocok lho untuk kalian. Atau kalian ingin 'nggombalin' gebetan? Bisa juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun