Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kepada Bunda Literasi Aku Berharap

18 Desember 2018   14:50 Diperbarui: 18 Desember 2018   15:45 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak ponselku suka berhenti tiba-tiba dan terpaksa membuang aplikasi Facebook, aku jadi jarang merambahi situs itu. Kemarin, saat sedang menikmati sore yang santai, aku membuka facebook.com. Salah satu tulisan yang aku baca adalah yang ditulis oleh akun Perpustakaan Nasional. 

Tulisan itu bercerita tentang peresmian Kolecer (Kotak Literasi Warga Cerdas) dan Candil (Maca Dina Digital Library) di Bogor. 

Yang menarik perhatianku adalah foto yang menyertai tulisan itu. Nampak Ibu Atalia, istri Gubernur Jawa Barat, berbaju putih dengan selempang hitam bertuliskan 'Bunda Literasi Jawa Barat' dan Ibu Yane Ardian istri walikota Bogor, berbaju kuning dengan selempang hitam bertuliskan 'Bunda Literasi Kota Bogor'.

Aku bertanya-tanya dalam hati, sepertinya, aku belum pernah melihat mereka berdua terlibat dalam kegiatan literasi, deh. Atau mungkin aku saja yang tidak tahu? Baiklah, mari kita mencari tahu lewat Google. Ibu Atalia Praratya resmi dikukuhkan sebagai Bunda Literasi Jawa Barat pada tanggal 15 November 2018. Bunda Literasi Jawa Barat sebelumnya adalah Ibu Hj. Netty Ahmad Heryawan, istri gubernur Jawa Barat yang dulu.

Di blog milik Bu Atalia dan sosial medianya, aku tidak menemukan kegiatan beliau terkait literasi. 

Isi akun Instagramnya, kebanyakan adalah foto-foto beliau saat mendampingi Pak Ridwan Kamil dan cerita tentang keluarga beliau. Itu pun sepertinya tidak ada yang menyinggung tentang gerakan literasi. 

Bu Atalia ini cukup aktif lho, di media sosial. Jadi, aku menyimpulkan memang beliau sebelum suaminya menjadi gubernur bukan orang yang terlibat jauh dalam kegiatan literasi. Kemudian, mengapa beliau menjadi bunda literasi?

Seorang teman, yang memiliki perpustakaan komunitas di daerah Bandung, bercerita. Katanya, dia dan teman-teman pengelola perpustakaan komunitas di daerahnya mendorong diangkatnya Ibu Camat menjadi bunda literasi kecamatan tempatnya tinggal. Ibu Camat itu sebelumnya juga tidak pernah terlibat kegiatan literasi. 

Tahu tentang kegiatan literasi pun sepertinya tidak. Lantas apa yang membuat temanku dan teman-temannya melakukan hal itu? Menurut mereka, ini untuk mempermudah birokrasi. Kata-kata Ibu Camat jelas lebih didengar dibanding orang lain walaupun orang lain ini sudah malang melintang di dunia literasi.

"Misal untuk ijin kegiatan atau undangan kegiatan bakal lebih mudah kalau Ibu Camat ini diberi gelar Bunda Literasi," kata temanku itu. "Kegiatan literasi itu sebenarnya tidak seksi. Tidak ada hal langsung yang bisa dipetik hasilnya. Berbeda dengan kegiatan pemberdayaan ekonomi kecil, contohnya."

Aku menganggukkan kepalaku. Baiklah. Pertanyaan berikutnya adalah, apa peran dari bunda literasi ini selain memperlancar birokrasi?

Hampir sebulan Ibu Atalia menjadi Bunda Literasi. Kegiatan yang diunggah di media sosial lebih banyak ke peresmian-peresmian. Well, sebulan itu waktu yang cepat, ya? Aku tidak boleh menghakimi terlebih dahulu. Tapi sepertinya, memang itulah tugas Bunda Literasi sebagai simbol. Seperti misalnya, apa tugas Duta Baca?

Saat mencari informasi tentang Bunda Literasi Jawa Barat, secara tiba-tiba aku sampai pada sebuah akun Instagram bernama Duta Perpustakaan Jawa Barat. Ini adalah akun resmi dari Duta Perpustakaan Jawa Barat. Akun ini dipegang oleh Duta Perpustakaan Jawa Barat yang terpilih dalam periode tertentu. Lalu apa isinya? Menurutku, tidak lebih informatif daripada akun milik Ibu Atalia sebagai Bunda Literasi.

Misalnya tentang peresmian Kolecer (Kotak Literasi Warga Cerdas) dan Candil (Maca Dina Digital Library) di Bogor.Di akun Facebook milik Ibu Atalia, beliau hanya membagikan video pidato Pak Ridwan Kamil saat meluncurkan Kolecer dan Candil. 

Tapi apa itu Kolecer? Di mana kita bisa menemui Kolecer? Apa isi Kolecer? Bagaimana mekanisme pinjam baca di Kolecer? Di mana kita bisa mengunduh digital library milik Jawa Barat ini? Apa perbedaannya dengan iPusnas atau iJakarta yang sudah terbit terlebih dahulu?

Dalam acara peresmian Kolecer ini, Duta Perpustakaan Jabar hanya menampilkan foto mereka di acara tersebut, foto cuplikan acara, dan video dari Dispusipda Jabar. Bagiku, seharusnya mereka bisa melakukan lebih dari itu. Mengapa mereka tidak membuat tayangan ketika mereka sedang berada di salah satu Kolecer? Atau mereka memberi tutorial penggunaan Candil? Yang paling penting, buku apa saja yang ada di sana?

Akun Instagram Duta Perpustakaan Jabar, banyak diisi oleh foto-foto seremonial. Apakah mempromosikan perpustakaan-perpustakaan yang ada di Jawa Barat tidak menjadi agenda mereka? Lalu buku apa yang seharusnya dibaca oleh orang-orang?

Dalam deklarasi Ibu Bangsa Membaca, yang diselenggarakan di Perpustakaan Nasional pada tanggal 13 Desember 2018 lalu,disebutkan bahwa perempuan adalah penyaring literasi lewat kegiatan membaca. Nah, sebagai seorang penyaring, orang harus tahu terlebih dahulu mana bacaan yang baik dan mana bacaan yang tidak baik. Darimana mereka tahu?

Menurutku, inilah sebetulnya tugas Bunda Literasi dan Duta Baca atau Duta Perpustakaan yang sesungguhnya. Mereka memberi contoh. Buku bacaan apa yang bagus? Untuk Bunda Literasi, mungkin beliau bisa lebih merangkul kalangan ibu-ibu. Beliau bisa merekomendasikan di sosial media buku apa yang bagus tentang parenting? Tentang masak-masakan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun