Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pentingnya Seminar Parenting agar Menjadi Ibu yang Profesional

1 November 2018   13:52 Diperbarui: 1 November 2018   20:12 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.parents.com

Sikap kita menghadapi anak, tentu tergantung dari sikap anaknya. Apakah anaknya bisa dibujuk untuk diam tanpa iming-iming? Apakah anak itu akan mengamuk tanpa peduli apapun yang terjadi sampai batas waktu tertentu?

Mungkin seminar parenting seperti komunitas yang menyebut anggotanya ibu profesional ini yang dia tidak suka. Well, emh... Sepertinya akupun merasa tidak nyaman.

Begini, seseorang dikatakan profesional, bila dia bekerja dan mendapatkan uang dari keahlian yang diasahnya selama menempuh pendidikan tertentu. Misalnya seorang pemain tenis. Pemain tenis seperti Aldila Sutjiadi, misalnya, dia berlatih bermain tenis sejak kecil dan kini dewasanya, dia mencari uang dengan bermain tenis di turnamen-turnamen walaupun dia seorang sarjana matematika. Jadi dia bisa dibilang pemain tenis profesional. Berbeda cerita dengan aku yang menjadikan tenis adalah sebuah hobi. Aku berlatih bermain tenis sejak masih SMP, namun aku tidak mendapatkan uang dengan bermain tenis. Jelas aku tidak bisa disebut pemain tenis profesional.

Nah yang ingin aku tahu, bagaimana seseorang menjelaskan definisi dari ibu profesional? Apakah ada orang yang profesinya seorang ibu? Adakah orang yang mendapatkan bayaran dengan menjadi seorang ibu?

Saat aku membaca pengantar di situs komunitas tersebut, aku melihat komunitas tersebut mendefinisikan profesional sebagai bersungguh-sungguh. Jadi ini bukan tentang pekerjaan. Pertanyaan berikutnya, adakah orang yang tidak bersungguh-sungguh menjadi ibu?

Sayangnya, memang ada, sih, perempuan yang masa bodoh. Tidak peduli dengan anaknya yang penting anaknya sudah diberi makan. Tidak peduli dengan kondisi keuangan suaminya yang penting dia bisa bersenang-senang. Namun, apakah perempuan yang bersungguh-sungguh hanya mereka yang masuk dalam komunitas itu?

Bagiku pribadi, menjadi seorang perempuan, eh bukan, menjadi orang hidup memang harus belajar sepanjang hayat. Anak-anak tumbuh dengan belajar mengenal diri dan lingkungannya, murid-murid belajar secara formal di sekolah selain belajar tentang hal lain di luar sekolah, orang-orang yang bekerja belajar tentang pekerjaan mereka, suami istri yang baru menikah mempelajari tentang pasangan dan lingkungan barunya, calon orang tua belajar tentang tumbuh kembang bayi, dan seterusnya sampai malaikat maut menjemput.

Ya kalau ada yang belajar menjadi istri atau ibu dengan mengikuti komunitas semacam itu ya tidak apa-apa. Tidak ikut komunitas juga tidak apa-apa. Di Puskesmas, ada psilokog yang bisa kita temui setiap hari. Saat aku akan menikah, aku mendapat pengetahuan tentang kehidupan berumah tangga dan saran-saran dari beliau. Ada juga seorang calon ibu dan calon bapak yang berkonsultasi dengan psikolog di Puskesmas. Apalagi di era internet sekarang, kita bisa mendapatkan informasi dengan sangat mudah. Pintar-pintarnya saja kita menyaring informasi yang benar dan tidak benar.

Bagiku lagi, semua orang harus bisa berbangga menjadi dirinya sendiri. Apakah dia anggota sebuah komunitas eksklusif atau bukan. Apakah dia mendapat pengetahuannya dari pelatihan-pelatihan berbayar jutaan rupiah atau dari buku dan diskusi gratis. Yang tidak boleh adalah merendahkan dan mencibir orang lain. Ini yang kemudian menjadi kekhawatiranku dari adanya perkumpulan ibu-ibu yang menyebut dirinya profesional.

Ibu-ibu yang merasa dirinya profesional akan memandang rendah ibu-ibu yang tidak bersekolah. Ibu-ibu yang tidak mampu "membeli" status profesional kemudian akan mencibir ibu-ibu yang merasa dirinya profesional. Ini semua akan melengkapi perdebatan yang tidak kunjung usai di antara ibu-ibu. Tinggal di rumah atau bekerja? Pakai susu formula atau ASI? Bubur bayi instan atau bikin bubur sendiri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun