Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yang Terpisah oleh Jalan Raya

6 Agustus 2018   12:38 Diperbarui: 6 Agustus 2018   12:59 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Jonathan memperhatikan raut wajah Pak Parjo. Nampak guratan kesedihan di bola matanya.

"Sudah 2 tahun saya bekerja di sini sebagai tenaga bersih-bersih," sambung Pak Parjo. "Perusahaan tempat saya dulu bekerja adalah kantor niaga. Namun kemudian bangkrut lalu tutup. Jadi saya dipindah ke sini oleh perusahaan yang menggaji saya. Tadinya saya senang karena tempat bekerja saya kini lebih dekat. Banyak hal yang saya bisa hemat. Termasuk ongkos transportasi dan dan uang makan. Karena saya bisa pulang untuk makan di rumah. Sayangnya, ada yang harus saya bayar lebih juga. Yaitu waktu untuk bersama tetangga. Kantor niaga memiliki waktu buka dari hari Senin sampai Sabtu. Hari Minggu saya gunakan untuk bersosialisasi dengan keluarga dan tetangga. Namun sekarang, namanya bekerja di apartemen, ya hari Minggu saya kebagian masuk. Dan karena pekerjaan saya bersih-bersih ya..."

Pak Parjo menghembuskan nafasnya agak panjang. Setelah beberapa saat terdiam, beliau tidak juga meneruskan kalimatnya. Seperti ada beban yang dibawanya.

"Apakah mereka selalu seperti itu, Pak?" tanya Jonathan.

"Ya, setiap ada kerja bakti," kata Pak Parjo. "Saya di sini bekerja untuk orang-orang yang tidak punya waktu kerja bakti. Seperti orang-orang yang tinggal di dalam sana."

Pak Parjo menengadahkan mukanya menatap gedung apartemen yang menjulang di belakangnya.

"Saya punya tenaga, mereka punya uang," kata Pak Parjo. "Mereka butuh tenaga, saya butuh uang. Sebenarnya hanya begitu saja, kan? Semuanya menjadi tidak nyaman ketika ada orang lain, yang tidak membutuhkan tenaga saya dan tidak bisa memberi saya uang, ikut berkomentar. Padahal, saya sudah membayar lebih untuk iuran dan menjelaskan kondisi saya pada ketua RT. Tapi entahlah... Banyak juga tetangga saya yang bekerja di hari Minggu. Beberapa keluarga juga beribadah pada hari Minggu."

"Mungkin, bukan Bapak yang sebenarnya dibenci oleh tetangga Bapak," kata Jonathan.

Jonathan mengajak Pak Parjo berdiri.

"Bapak perhatikan trotoarnya," kata Jonathan memegang bahu Pak Parjo. "Antara sisi apartemen dan sisi rusun yang bapak tinggali, nampak berbeda."

Pak Parjo memperhatikan arah yang ditunjuk Jonathan tanpa berkata apa-apa. Dia seperti baru menyadari, memang ada yang berbeda antara tempat tinggalnya dan tempatnya bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun