Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memaksimalkan Hasil Riset Kesehatan dengan "Systematic Review"

3 Agustus 2018   17:36 Diperbarui: 3 Agustus 2018   18:17 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi yang sudah lulus kuliah, pernahkah bertanya apa manfaat skripsi dan tesis yang kita buat? Skripsi dan tesis mengantarkan kita ke gerbang kelulusan belajar, tentu saja.

Namun selain itu, apakah manfaat yang bisa dirasakan orang lain? Walaupun, kemudian ada pertanyaan selanjutnya: seberapa serius mahasiswa melakukan penelitian tersebut? Apakah metode penelitiannya benar-benar tepat untuk membuat sebuah kesimpulan yang bisa digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya atau pertimbangan menentukan sebuah kebijakan?

Inovasi sering menjadi fokus utama dalam perbincangan tentang ilmu pengetahuan. Sayangnya, inovasi dalam ranah teori masih jauh dari masukan untuk penentu kebijakan. WHO, pada tahun 2004, mengatakan bahwa terdapat hirarki metode penyajian fakta kepada pengguna sebagai berikut: inovasi dalam ranah teori dan penelitian dasar, laporan penelitian tunggal, systematic review, dan masukan untuk penentu kebijakan. Jadi, masih ada 3 tahapan lagi sebelum dapat dipakai oleh penentu kebijakan.

Saat membaca jurnal-jurnal Indonesia, seperti Jurnal Farmasi Indonesia atau Buletin Kesehatan Indonesia, jarang aku membaca systematic review. Pak Siswanto, dari Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, dalam artikelnya yang berjudul Systematic Review sebagai "Metode Penelitian Untuk Mensistesis Hasil-hasil Penelitian", mengungkapkan bahwa lembaga penelitian di Indonesia belum mengembangkan dan membudayakan metodologi sintesis hasil penelitian serta mengembangkan format pesan yang mudah dipahami oleh penentu kebijakan. Yang banyak aku baca adalah laporan kajian yang data penelitiannya masih menimbulkan pertanyaan.

Seperti pagi ini, aku membaca sebuah laporan kajian tentang penggunaan kontrasepsi hormonal dan distress emosional sebagai kontributor hipertensi perempuan Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis melakukan beberapa kajian. Pertama mereka melakukan kajian literatur faktor resiko hipertensi.

Kedua, mereka melakukan perbandingan pola faktor resiko hipertensi menurut jenis kelamin dalam laporan Riskesdas 2007. Ketiga, mereka melakukan pembahasan fenomena hipertensi perempuan hasil Riskesdas 2007 menurut kerangka gender. Kesimpulan kajiannya, hipertensi perempuan di Indonesia dapat dipengaruhi oleh determinan sosial kebijakan program KB dan keterbatasan akses sumber daya yang menimbulkan distress emosional.

Menurutku, kajian ini agak tanggung terutama di bagian penggunaan kontrasepsi hormonal. Dalam pembahasannya, kajian tersebut merujuk pada 6 penelitian tentang pengaruh KB terhadap perubahan tekanan darah yang dilakukan di 6 wilayah yang berbeda. Dan dalam 6 penelitian tersebut, alat kontrasepsi yang digunakan pun berlainan. Apakah itu merupakan sample yang cukup mengingat Indonesia adalah negara yang sangat luas dengan karakter fisik perempuan yang beragam?

Entah dengan jajaran redaksi jurnal tersebut. Namun, menurutku kajian ini menimbulkan pertanyaan. Apalagi, dalam pembahasan tidak ada kajian mendalam tentang penggunaan kontrasepsi hormon yang mengakibatkan hipertensi secara langsung. Penulis hanya membandingkan faktor resiko hipertensi sesuai gender dari Riskesdas 2007 dengan proporsi perempuan pengguna kontrasepsi hormonal menurut umur dari Riskesdas 2010. Apakah cukup adil membandingkan hasil penelitian dari 2 tahun yang berbeda dengan rentang waktu 3 tahun?

Ada baiknya, kajian-kajian seperti ini diminimalkan dan dilakukan systematic review terhadap penelitian primer yang sudah dilakukan. Systematic review adalah suatu metode penelitian untuk melakukan identifikasi, evaluasi, dan interpretasi terhadap semua hasil penelitian yang relevan terkait pertanyaan penelitian tertentu, topik tertentu, atau fenomena yang menjadi perhatian. Pada prinsipnya, systematic review adalah metode penelitian yang merangkum hasil penelitian primer untuk menyajikan fakta yang lebih komprehensif dan berimbang.

Dalam melakukan systematic review, kita harus melakukan transformasi masalah kesehatan menjadi pertanyaan penelitian yang akan dijawab. Kemudian kita melakukan seleksi yang ketat terhadap hasil penelitian (atau data) yang akan dikaji. Selanjutnya data tersebut dilakukan sintesis hasil dengan teknik meta-analisis atau meta-sintesis sebelum ditulis laporannya.

Kelebihan systematic review dibanding kajian biasa adalah penggunaan metode ilmiah dan pengerjaannya yang sistematis. Sehingga, systematic review ini minimal bias serta hasilnya jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena metode pengerjaannya yang pasti, systematic review dapat dengan percaya diri memberi masukan pada penentu kebijakan.

Beberapa waktu lalu, secara mengejutkan Cochrane mengumumkan bahwa omega 3 tidak menurunkan resiko jantung. Ini bertentangan dengan kepercayaan orang selama ini. Namun mereka percaya diri mengumumkannya karena mereka yakin dengan metode yang mereka gunakan. Mereka menjamin design penelitiannya valid.

Beberapa hari kemudian, Dr. Ian Jhonson , seorang peneliti nutrisi dari the Quadram Institute dan Professor Tim Chico, seorang ahli obat-obat kardiovaskular di University of Sheffield, menyarankan bahwa penelitian dari Cochrane ini perlu ditindak lanjuti dengan serius. Tidak menutup kemungkinan, hasil systematic review ini akan mengubah label suplemen omega 3 dan mengubah guideline pengobatan penyakit kardiovaskular.

Kembali ke kajian tentang kontrasepsi hormonal sebagai kontributor hipertensi pada perempuan. Bila kajian dilakukan dengan metode systematic review (yang tidak membiarkan orang mempertanyakan keabsahannya), kajian ini tentu bisa dilirik oleh pemangku kebijakan. Kontrasepsi hormonal mana yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah? Kontrasepsi jenis itu, mungkin akan diawasi penggunaannya.

Mungkin, Puspiptek (Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) bisa membuka divisi systematic review di bidang kesehatan dan obat seperti The Cochrane Database of Systematic Review. Divisi tersebut akan mengumpulkan inovasi dan laporan penelitian yang selanjutnya diolah menjadi systematic review. Systematic review ini kemudian dibuat masukan untuk penentu kebijakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun