Puasa baru berlangsung beberapa hari ketika kehebohan itu terjadi.
Tadinya, aku merasa lini massa di sosial media akan tenang tanpa ada yang ribut masalah warung makan harus tutup atau boleh tetap buka selama bulan Ramadan. Tidah seperti tahun-tahun sebelumnya ketika ada saja orang yang ribut tentang warung makan yang buka. Sebagian orang sibuk mengecam pemilik warung makan yang buka dan sebagian orang lainnya sibuk membela pemilik warung makan.
Namun ketenangan itu terusik ketika seorang teman di Facebook membagi tautan status seseorang. Status tersebut bercerita tentang Sang Pemilik Status yang kesal karena di foodcourt sebuah mall dia melihat ada orang yang sedang makan padahal belum waktunya berbuka. Dia mengungkit masalah toleransi orang-orang yang makan ini karena ada beberapa orang yang sedang berpuasa sudah duduk di sana sambil menunggu azan magrib.
Status tersebut dikomentari oleh ribuan orang. Banyak yang mengatakan Sang Pemilik Status ini manja. Dia yang wajib berpuasa, kenapa orang lain yang harus ikut menahan lapar?
Aku sebenarnya merasa agak kesal juga membaca status tersebut. Walaupun di sisi lain aku merasa geli.
"Lo lagi puasa ngapain sih main ke foodcourt? Lo mau buka puasa di sana? Trus kenapa datengnya sebelum azan magrib? Kenapa gak habis azan sih ke sananya kalo emang gak tahan lihat makanan?"
Ibadah puasa yang diwajibkan memang hanya puasa di bulan Ramadan. Namun di luar itu, banyak sekali puasa sunah yang dianjurkan untuk dijalankan. Ada puasa Daud (yang sehari puasa sehari tidak), ada puasa Senin Kamis, dan lain sebagainya.
Dulu, nenekku selalu berpuasa Senin Kamis sehingga kadang-kadang aku ikutan juga. Beberapa muslim yang aku kenal juga menjalani ibadah puasa Senin Kamis. Aku merasakan suasana yang berbeda ketika menjalankannya. Tidak ada perda yang mengatur bahwa warung makan harus tutup di hari Senin dan Kamis. Tidak ada siaran TV khusus sahur. Tidak ada yang berjualan kolak ketika akan berbuka. Semuanya berjalan sama dengan hari-hari biasanya.
Pernah suatu kali bahkan aku meeting di rumah makan ketika sedang menjalani puasa hari Kamis. Tidak ada yang perlu merasa kesal. Niat puasa sudah diucapkan. Insya Allah hal itu tidak akan merusak puasaku.
Aku pernah mendengar, di situlah ujian puasa yang sesungguhnya. Ketika tidak ada dukungan dari luar untuk berpuasa dan kita sendiri tetap yakin berpuasa. Sebab dalam sebuah hadis dikatakan, "Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Sebab puasa hanyalah untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung."
Puasanya untuk Allah, ganjarannya untuk kita sendiri, terus kenapa orang lain yang harus direpotkan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H