Dalam buku berjudul Boost Your Immune System yang ditulis oleh Patrick Holford dan Jennifer Meek, dikatakan bahwa vitamin D dapan mengurangi resiko terkena kanker. Bagaimana vitamin D bekerja melawan kanker? Tidak dijelaskan di buku itu. Jadi, mari kita cari suatu bacaan di Google Scholar. Di Google Scholar, banyak artikel menarik mengenai vitamin D dan kanker ini. Sayangnya, kebanyakan dari artikel di sana hanya bisa diakses abstraknya.
Yah, jadi gimana donk?
Oke, ayo kita coba cari lewat e-resources yang dimiliki oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Aku menemukan sebuah artikel review tentang peran vitamin D dalam menurunkan resiko dan perkembangan kanker dengan judul The role of vitamin D in reducing cancer risk and progression. Artikel ini dipublikasi oleh Nature pada bulan Mei 2014. Belum terlalu lama kan ya?
Di artikel sebelumnya, kita sudah membahas tentang perjalanan vitamin D di dalam tubuh kita. Sama halnya dengan peran vitamin D untuk mengurangi penyakit autoimun, dalam mengurangi resiko kanker yang memiliki peranan penting adalah hasil metabolisme vitamin D yang bernama 1,25(OH)2D3 atau yang sering disebut calcitriol.
Caranya gimana?
Mekanisme yang kedua adalah dengan menginduksi terjadinya apoptosis. Apoptosis adalah mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel terprogram. Apoptosis ini diinduksi pada sel kanker supaya dia 'membunuh' dirinya sendiri dan tidak bertambah besar.
Mekanisme yang ketiga adalah stimulasi diferensiasi. Dalam perkembangan sel, istilah deferensiasi ini merujuk pada suatu proses dimana sel terspesialisasi menjadi jaringan sesuai fungsinya. Atau lebih mudahnya, sel yang tadinya tidak memiliki fungsi khusus berubah menjadi sel yang memiliki fungsi khusus. Dapat jatah pekerjaan gitu gampangnya.
Eh, tapi bentar deh. Emang sel kanker trus jadi gak bahaya gitu kalo dia jadi sel yang punya fungsi khusus? Pada sebuah penelitian yang disebutkan dalam artikel review ini, beberapa sel kanker merespon calcitriol dengan merubah diri menjadi sel-sel yang tidak berbahaya. Dalam penelitian tersebut, yang diamati adalah human myeloid leukaemia cells (sel kanker darah) yang terdiferensiasi menjadi monosit dan makrofag.
Mekanisme yang keempat adalah efek antiinflamasi atau anti peradangan. Terjadinya peradangan ternyata mempunyai kontribusi dalam penyakit kanker dan dapat membuat kanker bertambah parah. Oleh karenanya, calcitriol ini menghambat terjadinya peradangan supaya kanker tidak bertambah parah.
Mekanisme yang selanjutnya adalah menghambat metastasis. Metastasis adalah penyebaran sel kanker ke jaringan atau organ tubuh yang lain. Calcitriol menekan gen-gen tertentu di sel kanker sehingga dia sulit untuk menyebar.