Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Solusi Menghindari Rusaknya Hubungan Pertemanan

1 Agustus 2017   18:51 Diperbarui: 1 Agustus 2017   19:24 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Neng, ikut kumpul di Amplaz gak?" tanyaku pada seorang teman. Saat itu, aku dan teman-teman sedang merencanakan berkumpul untuk sekedar ngobrol, bila tidak mau dibilang halal bi halal.

"Gak ah, gak suka..." jawabnya.

"Kenapa?" tanyaku.

"Ada si dia noh, masak dia update status kalo kodrat istri itu bisa melahirkan anak dari rahimnya sendiri," jawabnya.

"Lah trus?" tanyaku.

"Ya aku gak suka aja. Maksud dia apa coba update status kayak gitu? Mau nyindirin aku yang udah lama nikah tapi belum punya anak?" jawabnya dengan nada tidak enak.

"Dia bukan nyindirin kamu, sayangku," kataku dengan penuh nada bijak. "Mungkin dia lagi ngomongin dirinya sendiri."

"Pokoknya aku gak suka," katanya.

"Kalo gak suka, blokir Fbnya. Susah amat," komentarku.

Karena temanku tidak bersedia hadir, akhirnya aku pergi sendiri ke Ambarukmo Plaza, tempat teman-teman yang lainberkumpul. Di sana aku melihat sosok yang disebut 'si dia' oleh temanku. Aku lalu menyapa semua teman yang hadir. Mendengar pembicaraan mereka, aku menarik kesimpulan bahwa 'si dia' baru beberapa minggu nikah dan sudah dikaruniai kehamilan.

"Wah, ada yang bisa tambah kesel pasti kalau tau gini," kataku dalam hati.

Ketika aku pulang, aku mampir ke rumah teman yang tadi tidak bersedia untuk ikut.

"Kamu masih temanan ma dia di facebook gak?" tanyaku.

"Enggak," jawabnya. "Aku baca artikel di internet gitu. Katanya sosial media itu emang punya dampak buruk bagi kesehatan mental yang disebabkan oleh perasaan rendah diri. Makanya kemarin kamu bilang blokir ya aku blokir."

Aku hanya manggut-manggut mendengarkannya bercerita. Aku teringat membaca sebuah artikel berjudul Baik-Buruk Efek Instagram bagi Kesehatan Mental di tirto.id (2017). Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa media sosial kini menjadi alat untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Fitur di media sosial membuat orang semakin gandrung untuk membagikan apa saja pada semua orang. Dan disadari atau tidak, aktivitas ini berdampak buruk bagi kesehatan mental.

Bukan rahasia bila visual-visual yang banyak ditampilkan di sosial media terutama instagram melanggengkan standar ideal bentuk tubuh atau kecantikan. Tak hanya perkara citra tubuh di Instagram saja yang berefek negatif terhadap mental seseorang. Foto-foto liburan atau kehidupan seseorang dapat memicu rasa iri dan perilaku membanding-bandingkan dalam diri para pengguna sosial media.

Dan menurutku itulah yang dialami temanku ini. Dalam percakapan nyata, kita mengenal betul orang yang kita ajak berbicara. Kita memperhatikan raut muka dan nada bicara lawan bicara kita. Sedangkan di sosial media, saat update status sebenarnya kita seperti lebih berbicara pada diri sendiri.

Artikel ini pertama kali tayang di ucnews.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun