Ketika aku pulang, aku mampir ke rumah teman yang tadi tidak bersedia untuk ikut.
"Kamu masih temanan ma dia di facebook gak?" tanyaku.
"Enggak," jawabnya. "Aku baca artikel di internet gitu. Katanya sosial media itu emang punya dampak buruk bagi kesehatan mental yang disebabkan oleh perasaan rendah diri. Makanya kemarin kamu bilang blokir ya aku blokir."
Aku hanya manggut-manggut mendengarkannya bercerita. Aku teringat membaca sebuah artikel berjudul Baik-Buruk Efek Instagram bagi Kesehatan Mental di tirto.id (2017). Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa media sosial kini menjadi alat untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Fitur di media sosial membuat orang semakin gandrung untuk membagikan apa saja pada semua orang. Dan disadari atau tidak, aktivitas ini berdampak buruk bagi kesehatan mental.
Bukan rahasia bila visual-visual yang banyak ditampilkan di sosial media terutama instagram melanggengkan standar ideal bentuk tubuh atau kecantikan. Tak hanya perkara citra tubuh di Instagram saja yang berefek negatif terhadap mental seseorang. Foto-foto liburan atau kehidupan seseorang dapat memicu rasa iri dan perilaku membanding-bandingkan dalam diri para pengguna sosial media.
Dan menurutku itulah yang dialami temanku ini. Dalam percakapan nyata, kita mengenal betul orang yang kita ajak berbicara. Kita memperhatikan raut muka dan nada bicara lawan bicara kita. Sedangkan di sosial media, saat update status sebenarnya kita seperti lebih berbicara pada diri sendiri.
Artikel ini pertama kali tayang di ucnews.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H