Belakangan ini, lini masa Facebook-ku penuh dengan isu tentang Majapahit adalah kerajaan Islam. Di satu sisi, orang-orang merasa benar-benar yakin bahwa Majapahit adalah kerajaan Islam dengan merentetkan bukti-buktinya. Di sisi lain ada orang yang membuat isu bahwa Majapahit adalah kerajaan Islam sebagai lelucon. Mereka, berdiri di atas keyakinan mereka masing-masing dan saling meninggi.
Kalau pendapatku sendiri, setahuku sih kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu. Mengapa nama kerajaannya Majapahit? Karena di daerah sana, buah majanya rasanya pahit. Tapi kalau memang bukti ilmiah mendukung pernyataan yang mengatakan bahwa Majapahit adalah kerajaan Islam, aku tidak akan menapik.
Syaratnya jelas. Kalau bukti ilmiah mendukung.Â
Aku teringat suatu kisah yang diceritakan oleh Iqbal Aji Daryono di kolom detik.com. Suatu hari, dia dan anaknya, Hayun, berjalan-jalan di Melbourne Museum. Hayun menjelaskan bentuk dinosaurus kepada bapaknya sesuai dengan yang dia terima di sekolahnya.
"Jadi bentuknya dinosaurus tuh seperti ini, Pak. Tapi it can be right, it can be wrong (bisa benar bisa salah)," kata Hayun.
Mengapa begitu?
"Bentuk yang ini bisa benar, bisa salah. Soalnya hewan-hewan ini sudah nggak ada yang hidup lagi, dan scientist cuma guessing aja pakai tulang-tulang," lanjut anak kecil itu.
Sebuah kata-kata yang bijaksana dari seorang anak kecil. Hewan-hewan itu sudah tidak ada yang hidup. Ilmuwan hanya mereka-reka bentuknya dengan menggunakan fosil yang bisa mereka temukan. Siapa tau fosil yang mereka temukan saat ini masih belum lengkap. Suatu saat bila fosil yang lebih lengkapnya ketemu, bisa jadi bentuk dinosaurusnya juga berubah.
Sama saja dengan kerajaan Majapahit. Apakah kerajaan itu masih ada? Tidak kan? Lalu dari mana orang-orang tahu bahwa kerajaan Majapahit itu kerajaan Hindu? Tentu dari peninggalan-peninggalan yang berhasil ditemukan. Cerita dari prasasti-prasasti dan lain sebagainya.
Kemudian, kenapa ada orang yang bilang bahwa Majapahit sebetulnya adalah kerajaan Islam? Orang yang berpendapat demikian juga memiliki dasar dan metode penelitiannya tersendiri. Ada peninggalan-peninggalan dan cerita yang menyatakan bahwa Majapahit adalah kerajaan Islam.
Pengetahuan itu berkembang. Tidak menutup kemungkinan bila data baru berhasil dikumpulkan, nanti akan ketemu fakta baru bahwa Majapahit adalah kerajaan Islam. Atau malah bukan Hindu, Buddha, atau Islam. Siapa tahu?
Yang perlu kita perhatikan sekarang, sebenarnya bukanlah Majapahit apakah kerajaan Hindu atau Islam. Namun, kita harus memperhatikan bagaimana kita menyikapi ilmu dan pengetahuan yang kita dapat. Seperti Hayun, kita harus menanamkan dalam hati kita tentang kerendahan hati terhadap ilmu dan pengetahuan yang kita miliki. Tidak perlu bersikeras bahwa ilmu dan pengetahuan kita lebih benar dari yang lain. It can be right. It can be wrong.
Walaupun begitu, untuk memercayai pengetahuan pun kita tetap harus melihat siapa yang berbicara. Tentu aku tidak menyarankan memercayai ilmu kesehatan manusia yang dilontarkan oleh ahli botani, misalnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H