Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ke Mana Uangnya?

1 Juni 2017   05:59 Diperbarui: 1 Juni 2017   11:11 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Teh, aku udah transfer uangnya yah...” tulis Kak Allan dalam aplikasi obrolan WhatsApp dilampiri dengan bukti transfernya. “Aku berangkat dari sini jam 5.15. Jadwalnya sih sampai di Bandung jam 8.30.”

Aku yang masih setengah mengantuk hanya membalas, “Okeh.”

Sejak kami berkomitmen untuk menikah, aku dan Kak Allan sepakat untuk patungan mengumpulkan uang yang akan kami gunakan untuk menapaki kehidupan kami selanjutnya. Tempat pengumpulan uangnya disepakati di aku. Dan kami menjalani hubungan jarak jauh Bekasi-Bandung yang dihubungkan dengan kereta Argo Parahyangan.

Pukul 7 pagi aku sudah sampai di stasiun Padalarang untuk melanjutkan perjalanan ke stasiun Bandung. Tempat aku menemui Kak Allan. Sambil menunggu kereta yang akan membawa ke Bandung datang, aku mengambil uang di mesin ATM yang ada di stasiun Padalarang. Aku agak mengernyitkan dahi, “Kok jumlahnya masih sama kayak kemarin sih?”

Aku kemudian masuk ke ruang tunggu dan mengambil slip saldo tabungan yang aku dapat saat mengambil uang kemarin. Aku kemudian membandingkan saldo tabunganku kemarin dan pagi ini. Ternyata sama saja. Malah berkurang 100 ribu yang aku ambil baru saja ini.

“Lah, nyangkut kemana uang yang dia kirim tadi?” tanyaku dalam hati.

Aku lalu memberitahu Kak Allan tentang hal ini.

“Tapi di tabungan aku udah berkurang jumlahnya,” kata dia dengan nada bingung.

Aku masih memandangi dua slip saldo tabungan yang aku dapat dari mesin ATM.

“Harusnya mah transfer lewat ATM itu langsung gak sih? Masak pake pending kayak kirim surat lewat pos?” tanyaku dalam hati.

Tak berapa lama kereta yang akan membawaku ke stasiun Bandung datang. Aku kemudian menumpangi kereta itu dan sampai di stasiun Bandung. Menunggu beberapa saat kemudian kereta dari Bekasi masuk ke stasiun Bandung dan tampak Kak Allan datang menghampiriku di ruang tunggu stasiun.

Setelah basa basi kecil, Kak Allan kemudian menunjukkan mutasi tabungannya lewat ponselnya. Dan tampak bahwa telah ada pengurangan sejumlah uang dalam tabungannya.

“Kamu Teh, coba diliat mutasi tabungan kamu...” katanya.

Aku berfikir keras. Aku tidak punya aplikasi mobile banking. ATM bank syariah ini ada dimana yah?

“Kayaknya ATMnya ada di deket masjid agung deh Kak...” kataku.

“Kenapa kamu gak nelpon call center nya aja sih?” tanyanya sambil menggaruk kepala.

“Hu hu hu.... pulsanya abis banyak nelpon callcenter tuh Kak...” kataku.

Kami lalu keluar stasiun naik angkot menuju masjid agung Bandung. Sampai disana, ternyata ATM nya tidak ada.

“Yah Teh, ini mah papan iklan doank. Bukan Banknya ada disini...” kata Kak Allan.

“Yah, gimana donk, aku gak tau lagi ATM dia ada dimana,” kataku.

“Ya udah sih, telpon aja call centernya napa?” ujarnya dengan nada agak keras. Kayaknya sih dia udah jengkel.

“Iya deh iya...” jawabku.

Aku kemudian menelpon call center Bank syariah tempat aku menjadi nasabah.

“.... jadi kemarin ada penarikan uang sejumlah sekian pada jam 16.00 kemudian hari ini jam 1.44 ada peng-autodebit-an ke tabungan berencana sejumlah sekian dan pagi ini jam 5.00 ada dana dari transfer antar bank sejumlah sekian....” jawab petugas call center yang aku telpon.

“Oooo” aku kemudian tau kemana uangnya pergi. Ada duit yang ditarik ke tabungan berencana dengan jumlah yang sama dengan yang ditransfer oleh Kak Allan. Aku langsung mengakhiri telpon dengan callcenter itu supaya pulsaku tidak habis lebih banyak. “Iya, Pak. Makasih ya Pak,”

“Jadi gimana?” tanya Kak Allan.

Aku hanya tersenyum.

“Kemana uangnya?” tanyanya lagi.

“Ke ambil sama tabungan berencana semalem,” jawabku masih sambil tersenyum.

Kak Allan menghembuskan nafas.

“Kamu download m-banking aja gih,” katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun