Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perlukah Suplemen Selama Puasa?

11 Juni 2016   14:43 Diperbarui: 13 Juni 2016   10:06 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, aku membaca sebuah poster di internet yang diambil dari kata-kata yang pernah dilontarkan oleh Sujiwo Tedjo. Intinya, iklan suplemen selama puasa itu menghina puasa. Kan puasa itu dasarnya menyehatkan la kok dengan munculnya iklan suplemen rasanya mau bilang kalau puasa itu bikin sakit (aku cuma baca sekilas. Kalau ada yang salah ngutipnya tolong dibenarkan). Dan tempo hari aku membaca sebuah status milik seorang seleb blog bernama Agus Mulyadi, dia berkata bahwa dia gak sreg sama iklan suplemen yang diperankan oleh pria kantoran. Pria kantoran kan minim mobilitas, kok manja banget harus butuh suplemen…

Sebenarnya, apakah kita benar-benar butuh suplemen saat puasa?

Dalam Nutrition Journal, ada sebuah artikel yang menuliskan bahwa puasa adalah suatu intervensi non-obat untuk meningkatkan kesehatan. Dalam artikel tersebut juga disebutkan bahwa puasa dapat memperlambat laju penyakit autoimun, arteroslerosis, cardiomiopati, cancer, diabetes, penyakit ginjal, penyakit neurodegenerative, dan penyakit pernafasan.

Artinya betul, bahwa puasa itu sehat sebab dengan berpuasa kita mengatur makanan yang kita asup dan itu dapat memperlambat laju penyakit.

Dalam journal tersebut, terdapat artikel review berjudul The Impact of Religious Fasting on Human Health. Artikel tersebut merupakan ringkasan dari beberapa penelitian mengenai dampak puasa Ramadan pada orang-orang yang menjalankannya. Subjek penelitian yang diambil pola makannya adalah makan besar pada saat sahur dan makan kecil saat berbuka, dan makan lagi 1 jam sebelum tidur. Kebanyakan orang makan makanan manis lebih banyak di bulan puasa dibanding bulan lainnya.

Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara nutrisi yang diasup selama puasa dan tidak. Tidak ada perbedaan yang berarti pula pada indeks massa tubuh subjek penelitian.

Rasio total kolesterol : kolesterol HDL menurut penelitian tidak berkurang selama bulan Ramadan. Kadar trigliserida dan gula darah hanya berkurang sesaat tetapi secara keseluruhan tidak ada perubahan. Yang berkurang adalah kadar vitamin E.

Sehingga sebetulnya, bila kita makan dengan gizi seimbang dan kondisi tubuh kita dalam keadaan sehat dan prima kita tidak butuh suplemen tambahan. Lagi pula bila yang kita konsumsi bukan suplemen yang sifatnya long acting, Suplemen tersebut akan segera terbuang dari tubuh sebelum tengah hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun