Aku lalu memotong si operator baik hati itu.
“A, maaf deh, saya gak jadi pake kartu BPJS. Kalau saya jadinya bayar kayak pasien umum aja, saya bisa daftar sekarang kan?” tanyaku.
“Oh bisa…” kata operator itu. Dia lalu meminta nomor telpon, nama, dan alamatku. Dan dia langsung memberiku antrian nomor 3.
Bidan yang mendengarkanku telponan tadi langsung berkata “Ih Teh Meta gak boleh gitu. Teteh harus nyobain gimana rasanya jadi pasien BPJS di rumah sakit. Kan Teteh suka nyaranin orang buat dirujuk.”
Iya juga sih tapi ribet gitu prosedurnya. Aku kalau jadi pasien sakit juga bisa jadi langsung sembuh kali atau mending mati aja sekalian. Disitulah aku kemudian sangat bersyukur dengan keadaanku. Setidaknya aku masih punya pilihan lain selain mengikuti prosedur rumit itu.
Sesampainya aku di rumah sakit, aku langsung diminta untuk ke ruangan dokter, dan tak berapa lama kemudian aku diperiksa.Aku menunggu dokternya selesai memeriksa orang lain selama 10 menit. Coba aku pakai kartu BPJS, berapa lama waktu yang aku butuhkan dari dateng ke rumah sakit sampai menunggu pemeriksaan?
Saat aku menunggu dokter, aku melihat ada pasien BPJS yang dimarahi oleh perawatnya. Pasien tadi sudah konsultasi ke dokter, kemudian di counter BPJS ada berkas yang kurang, si pasien meminta berkas yang kurang pada perawatnya dan si perawat malah memarahi pasien seolah menuduh pasien menghilangkan berkasnya.
Pasien itu lalu membongkar lagi mapnya untuk mencari kertas yang hilang. Aku jadi kasian pada pasien itu. Pasien itu adalah ibu-ibu yang sudah berusia lanjut, yang datang seorang diri memeriksakan diri ke dokter dengan segala berkas-berkas yang sepertinya menambah beban hidupnya.
Saat perawatnya memanggilku untuk masuk ke ruang dokter, aku berbisik pada perawatnya,
“Teh, saya minta tolong dong, kertas yang diminta ibu itu dikasih lagi aja. Kasian tau Teh dia orang tua, sendirian, bingung gitu.” Kataku memohon pada perawatnya.
Perawatnya menatapku dengan muka sebal beberapa saat. Namun, dia lalu menulis sesuatu di kertas di tangannya dan memberikannya pada pasien ibu-ibu berusia lanjut itu. Ibu-ibu tadi lalu berterimakasih berulang kali pada perawatnya. Dan aku, lalu masuk ke ruang dokter dan memeriksakan kondisi mataku.